Sikap Berdoa
Wah…mantap doanya! Pas jadi calon Sintua! Demikianlah respon atas doa pembukaan yang dipimpin oleh Ulyses Sitompul (TI03) pada saat –Kick Off Meeting Program Internet Phase 2- untuk 70 SMA di Kawasan Toba. Langsung semua tertawa. Maklum, semua tahu, ada aturan di PGTS bahwa yang paling “terlambat” yang wajib berdoa. Jadi dengan nafas mungkin masih terengah-engah, Ulyses berdoa. Sungguh, doa yang bagus, runtut, dan meliput semua pengharapan pada siang itu; bukan seperti doa, misalnya, yang terlambat makan.
Renungan minggu lalu berbicara tentang doa berupa shopping list. Firman Tuhan hari Minggu ini dari Luk 18:9-14 berbicara tentang perumpamaan orang Farisi dengan pemungut cukai dalam berdoa. Kisahnya, mereka berdua pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa begini: Ya Allah, aku telah berbuat begini, begono…dst. Ada daftar “prestasi”. Pemungut cukai berbeda. Ia berdiri jauh-jauh, tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Ia memukul-mukul dadanya sebagai ekpresi penyesalan yang dalam (band. Yes 66:2; Yer 31:19).
Berbicara tentang prestasi, bisa membawa kita besar kepala. Misalnya, tidak sedikit yang mengapresiasi hal yang PGTS lakukan empat bulan ini. Hampir 15 program sudah/sedang berjalan. Tetapi kalau dilihat lebih dalam, sebenarnya ada 106 daftar program yang disiapkan BPH dan Dewan Pakar saat itu. Artinya, masalah dan tantangan di Kawasan Toba sungguh banyak sekali!!! Ya masalah lingkungan danau dan hutan, masalah kemiskinan dan pendidikan, juga masalah ketahanan budaya lokal termasuk narkoba.
Dengan begitu banyaknya persoalan, kita bisa saja patah semangat. Atau mengeluhkan saja. Namun puji syukur, kita percaya pada doa dan kuasanya. Kita imani hakekat doa adalah pengakuan campur tangan dan pemeliharaan Allah; Mohon belas kasihanNya; Ekspresi keyakinan pada Allah yang Maha Dahsyat.
Tetapi manusia diciptakan tidak hanya bisa meminta dan meminta. Manusia diperlengkapi untuk memberi dan memberi dan kita ingat pesan indah Tuhan bahwa adalah lebih berbahagia mereka yang memberi dari pada menerima (Kis 20:35). Allah memerintahkan kita untuk melakukan perbuatan baik sebagai buah firman (2Tim 3:16-17), bukan saja dalam bentuk ketaatan tetapi juga dalam kesediaan berkorban. Maka apabila ada yang kita beri, kita bersyukur dan bersuka cita karena Allah memampukan kita melakukannya. Kita tidak perlu berbangga menyombongkan hal itu. Merendahlah, bersikaplah kita belum bisa memberikan yang terbaik. Ampuni kami ya Tuhan. Ini sekaligus meneguhkan perlunya meninggikan orang lain dan merendahkan diri sendiri (band. 2Kor 11:7; Flp 2:3). Tuhan Yesus sendiri dengan tegas memberi pengajaran – sebagaimana pada ayat terakhir, bahwa barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (band. Mat 23:12; Yak 4:10). Tetaplah merendah. Tetaplah berusaha memberi yang terbaik. Selamat hari Minggu dan beribadah. Tuhan memberkati. Amin.
Pdt (Em) Ramles MS – Ketum PGTS. _Kabar dari Bukit merupakan cuplikan refleksi/laporan Pengurus PGTS kepada anggota melalui medsos yang dipadu dengan renungan firman Tuhan.