Menjadi Milik Kristus
“Arrrooa…Ai pintor ise ibana. Au pe …..”
Mungkin terdengar uangkapan seperti itu pada orang Batak. Artinya kurang lebih: “Apa rupanya….memangnya dia siapa? aku juga …..” Sikap pede yang sedikit berisi nada sombong. Sikap itu kadang muncul saat membaca SMS, postingan di WA, email, dsb. Isinya langsung “nyaplak”, tanpa “basa-basi” salam, seperti menyebut Syalom, Selamat Pagi, Horas, Maaf, Semoga sehat-sehat, atau ditutup dengan Tks.
Firman Tuhan hari Minggu ini dari Rm 1:1-7 berjudul Salam. Sikap Rasul Paulus selalu terlihat seperti itu dan juga dalam penutup. Salam memperlihatkan penghargaan kepada pembacanya. Apresiasi. Paulus belajar dari sikap Tuhan Yesus yang merendahkan diri-Nya dengan turun dari sorga menjadi manusia. Sikap rendah hati Rasul Paulus juga diperlihatkan dengan menyebut dirinya hamba, yang adalah budak, seseorang yang tidak memiliki hak pribadi. Kalaupun ia menyebut sebagai rasul, itu merupakan kata umum yang berarti utusan (_apostle/apostolos_), bukan dalam pengertian kedudukan. Bahkan ia sebut sebagai rasul yang paling hina dari segala rasul (1Kor 15:9). Raja Daud pun naik takhta dengan kerendahan hati, tanpa melakukan kekerasan terhadap Saul.
Rasul Paulus melakukannya sebab mengakui kekuatan Injil. Ia memahami janji yang diberikan Allah kepada umat Yahudi dan kepada umat manusia, bahwa keselamatan akan diberikan bagi semua orang, bukan hanya orang Yahudi tetapi bagi siapa saja yang menerima kehadiran Allah di hatinya. Janji Allah keselamatan itu melalui keturunan Daud, dan digenapkan dalam Yesus. Kita merayakannya seminggu lagi.
Bagian kedua firman yakni Roh kekudusan disebutkan telah bekerja menyatakan kuasaNya (ayat 4). Roh menempatkan semua orang sesuai dengan rencanaNya. Setiap orang diberi talenta disertai kuasa dalam misiNya. Demikian juga organisasi lahir atas kehendakNya. Kekeliruan melihat talenta dan mengacaubalaukannya, membuat tidak menghasilkan buah dan berkat; bahkan menjadi derita dan kegelapan bagi pihak lain.
Bagian ketiga, kita dipanggil menjadi milik Kristus untuk menuntun pihak lain supaya orang lain percaya dan taat kepadaNya (ayat 5-6). Mereka yang dituntun, mendapat berkat sesuai dengan keberadaan kita: di rumah, di kantor, punguan, organisasi, dan lainnya. Itu semua sesuai (visi) misi masing-masing. Dengan demikian bila teguh konsisten, semakin banyak dituntum terberkati, dan nama Tuhan lebih dimuliakan.
Pembuktian kita milik Kristus yang dikuduskan dan dipanggil, haruslah dengan adanya buah berkat bagi orang lain itu. Ini pun, semua harus dengan sikap rendah hati; dimulai dengan menghargai orang lain, menyapa dengan kasih, dan menutupnya dengan rasa syukur terima kasih. Bahkan, katakan dan siapkanlah: Tuhan Memberkatimu. Amin.
Pdt (Em) Ramles Silalahi – Ketua Umum PGTS–
Kabar dari Bukit adalah refleksi/laporan Pengurus PGTS kepada anggota yang dipadu renungan firman Tuhan.