January 16, 2017 roy

Kabar dari Bukit (Edisi 15 Januari 2017)

“Tuhan Kita Setia”

“Hamoraon, hagabeon, hasangapon ido dilului na deba…” demikian kutipan lagu Batak Alusi Au yang terkenal itu. Artinya: kekayaan, berketurunan (sukses) dan terhormat, itulah yang diinginkan orang (Batak) dan dianggap bagian filosofi hidup. Sebenarnya tidak ada yang salah. Tetapi ketika dikaitkan dengan orang Batak yang melakukan pembunuhan di Pulo Mas, dan filosofi itu dianggap sebagai pendorong mengambil “jalan pintas” mencapai status, ini tentu memerlukan kajian lebih dalam.


Firman Tuhan hari Minggu ini dari *1Kor 1:1-9* berbicara tentang empat pengajaran. Pertama, Alah memanggil kita untuk dikuduskan. Gambar kekudusan itulah yang mestinya lebih menonjol, bukan lagi yang lain, misalnya Bataknya. Mungkin Gaja Toba Alumni IBK harus ditulis IKB.Nomor satunya Kristen, baru Batak. Dalam nas ini Rasul Paulus juga menyebut orang Kristen itu jemaat Allah (band. *2Kor 1:1; Rm 16:16*) bukan denominasi yang perlu diperdebatkan, seperti di Korintus yang mendasari surat ini.

Kedua, kita diajarkan cara bersyukur yang berbeda, yakni bukan atas berkat yang kita terima, tetapi ketika orang lain yang menerimanya. Rasul Paulus menyebut nama Sostenes yang diduga adalah jurutulisnya *(Kis 18:17)*, ini merupakan kerendahan hati yang menonjolkan orang lain. Itu muncul dari perasaan damai sejahtera dan rasa syukur yang ibarat dua sisi mata uang. Damai sejahtera itu bukan karena kecukupan materi, keamanan, kesehatan karena sering berolah raga dan pengendalian makanan, dan lainnya. Itu lebih banyak ukuran dunia. Damai sejahtera dari Allah yang diam dan menetap di dalam hati orang percaya, itulah yang diminta dan lebih diutamakan, sebab bersumber dari Yang Mahakuasa *(Yoh 14:27)*. Damai sejahtera yang demikian ini yang akan menghasilkan rasa syukur dan diekspresikan setiap hari.

Ketiga, kita diajar menjadi kaya ( _mamora_) dalam segala hal. Jadi bukan hanya kaya materi dan kehormatan atau keturunan. Tuhan memberi kita kemampuan untuk menjadi kaya dalam iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan untuk membantu, dan khususnya dalam kasih (band. *2Kor 8:7*). Kita diminta memakai kekayaan karunia-karunia yang sangat berharga itu bagi pelayanan dengan perasaan penuh syukur dan damai sejahtera.

Keempat, kita diajarkan Tuhan itu setia. Kita tentu perlu takut akan dosa dan orang Kristen juga tidak mungkin tidak berbuat dosa (lagi). Akan tetapi, adanya jaminan kasih karunia *(1Pet 1:2)*, hubungan dan kedudukan anak-bapak yang terus terjalin *(Yoh 1:12)*, penyertaan Roh Kudus dan kekuatan firman-Nya *(Kis 20:32)*, membuat kita tidak ragu akan janji-Nya (band. *1Tes 3:13*). Pergumulan dan kesulitan yang kita hadapi pada masa kini, kegagalan yang kita alami pada masa lalu, itu bukanlah kisah yang sebenarnya. Kita diajak agar tetap fokus pada kisah utamanya yakni kita sudah diselamatkan dan menjadi warga sorgawi. Rintangan dan hambatan jangan membuat kita kehilangan rasa syukur dan sukacita. *William Barclay* mengatakan: “ketika hari penghakiman tiba, orang percaya tidak perlu takut menghadapinya. Kita datang menghadap Dia bukan dengan kebaikan yang kita lakukan, melainkan dibungkus oleh kebaikan-kebaikan yang Tuhan Yesus sudah lakukan, sehingga tidak ada yang bisa mendakwa, dan juga tidak ada tuduhan.” Ia yang memanggil kita, adalah Allah yang setia (band. *Ibr 10:23; 11:11*).

Syukurlah, seperti lagu *Alusi Au*, hasrat tadi hanya keinginan dari sebagian ( _na deba_) orang Batak saja. Yang utama dan lebih penting adalah mencintai (seseorang). Ya Cinta, Kasih, memang segalanya, sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita dan mau berkorban untuk kita. Selamat hari Minggu dan beribadah. Tuhan memberkati. Amin.

Pdt (Em) Ramles Silalahi –Ketua Umum PGTS.

Kabar dari Bukit adalah refleksi Pengurus PGTS kepada anggota yang dipadu renungan firman Tuhan.

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!