Salib Kekuatan Allah
Ada banyak fungsi salib: bisa sebagai hiasan di baju, digantung di leher atau simbol di dinding rumah. Ada juga yang membuat sebagai tiang jemuran. Bahkan, ada yang menjadikannya musuh sampai mengada-ada untuk dipakai tujuan politik.
Firman Tuhan hari Minggu ini dari *1Kor 1:10-18* berbicara tentang salib sebagai kekuatan Allah. Jemaat Korintus senang berdebat tentang kehebatan kelompok masing-masing, khususnya tentang baptisan dan pemimpinnya. Timbullah perpecahan. Padahal, itu mendatangkan keburukan, seperti kelemahan, celaan (Mat 12:26), batu sandungan, kepahitan (Ibr 12:15), dan kehancuran (Mat 12:35).
Pertentangan terjadi karena EGOISME. Fokusnya mementingkan diri sendiri, bukan orang lain untuk menyenangkan hati Tuhan (Gal 5:20). Merasa diri penting sangat berbahaya, seperti kata *T.S. Eliot*: separuh rasa sakit yang terjadi di dunia ini hanya karena seseorang merasa dirinya penting. Padahal, ia perlu melihat dulu dosa-dosa yang sudah dilakukannya, dan bagaimana Yesus telah mati bagi dirinya di kayu salib.
Nas minggu ini menegaskan, jangan suka berdebat yang tidak perlu. Tidak hakiki. Utamanya adalah Kristus. Bukan manusia. Pengkhotbah dan manusia tidak lebih utama dari firman. Kekuatan bukan pada yang bercerita, tetapi pada ceritanya (get the story not the storyteller). Kebanggaan harus pada Tuhan Yesus yang disalib.
Buah syukur dan kebanggaan ialah kita ikut memberitakan salib. Bercerita tentang kasihNya. Mungkin bagi orang lain itu kebodohan, tetapi bagi kita yg diselamatkan oleh penebusan Yesus, salib itu adalah kekuatan Allah. Salib itu adalah tempat Allah memperlihatkan kasih-Nya. Salib bagi kita bukan ornamen, hiasan, atau simbol, melainkan salib menjadi hakekat keselamatan. Tetap fokus pada sumbernya yakni Tuhan Yesus. Fokus pada misi-Nya. Teruslah berbuah. KDT menanti. Selamat hari Minggu dan beribadah. Tuhan memberkati. Amin.
Pdt (Em) Ramles Silalahi –Ketua Umum PGTS.
Kabar dari Bukit adalah refleksi Pengurus PGTS kepada anggota yang dipadu renungan firman Tuhan.