Pikiran Kristus
Bagaimana kita merespon ketika seseorang bertanya tentang iman kita, apakah kira-kira kita dapat menjelaskan dengan benar dan baik? Seseorang yang belum bulat pemahamannya, masih bertanya-tanya, semoga itu merupakan tahapan Roh Kudus bekerja di dalam hatinya.
Firman Tuhan hari minggu ini dari 1Kor 2:1-16 berbicara tentang pemahaman hikmat Allah dan pikiran Kristus. Akal pikiran dan intelektualitas manusia sangat terbatas untuk memahami Pribadi Allah dengan segala hikmat dan keberadaan-Nya. Manusia dengan segala warna dan nuansa mozaik kehidupannya, tidaklah mudah dipahami dengan akal pikiran. Teori-teori psikologi dan psikologi analisa hanya dapat membantu untuk mencoba memahaminya, dan itupun banyak dengan generalisasi dan pengecualian.
Inilah titik utama yang Rasul Paulus tekankan pada kita, agar tidak seperti jemaat Korintus yang memahami dengan salah. Paulus tidak bersandar pada dirinya, melainkan pada pimpinan Roh, sebagaimana firman Tuhan berkata, “supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” Penting juga dilihat, Paulus bukan menihilkan perlunya belajar atau studi pendalaman, sebagaimana ia juga pernah belajar tentang Injil setelah pertobatannya. Pikiran manusia tentu baik sepanjang dipakai dengan benar.
Rasul Paulus tidak ingin berdebat dengan jemaat yang dikasihinya itu. Ia sadar bila menggunakan filsafat dan perdebatan, akan gagal (Band. Kis 17:32-34). Ia juga tidak mau menonjolkan keintelektualannya atau kepintarannya dalam menulis atau berpidato, tetapi ia lebih menekankan pesan Injil dari Kristus: biarlah Roh Kudus yang bekerja dengan pesan firman itu.
Dengan pimpinan Roh Kudus, melalui firman yang sudah dinyatakan, orang percaya dapat membaca dan memahami pikiran, rencana dan tindakan Allah, yang semuanya ini adalah pikiran Kristus. Melalui Roh Kudus, kita dapat berbicara dengan Allah, dan berharap mendapatkan jawaban atas pergumulan kita. Memang untuk itu, kita perlu menghabiskan cukup waktu mengenal pikiran Kristus tersebut, sebagaimana Rasul Paulus alami dalam hidupnya. *Hubungan yang intim dengan Kristus, hanya terjalin bila kita cukup menghabiskan waktu dengan-Nya dan juga dengan firman-Nya. Mereka yang bersedia memberi waktunya ini menuju manusia rohani; yang tidak mengejar kepuasan duniawi dan tidak membuat ukuran dan nilai keberhasilan berdasarkan ukuran-ukuran duniawi. Ukurannya adalah, agar kita dapat menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Flp 2:5).
Untuk apa? Rasul Paulus menuliskannya di ayat 9, yakni agar bagi kita, _*”A
*KABAR DARI BUKIT*
_Pikiran Kristus_
Bagaimana kita merespon ketika seseorang bertanya tentang iman kita, apakah kira-kira kita dapat menjelaskan dengan benar dan baik? Seseorang yang belum bulat pemahamannya, masih bertanya-tanya, semoga itu merupakan tahapan Roh Kudus bekerja di dalam hatinya.
Firman Tuhan hari minggu ini dari *1Kor 2:1-16* berbicara tentang pemahaman hikmat Allah dan pikiran Kristus. Akal pikiran dan intelektualitas manusia sangat terbatas untuk memahami Pribadi Allah dengan segala hikmat dan keberadaan-Nya. Manusia dengan segala warna dan nuansa mozaik kehidupannya, tidaklah mudah dipahami dengan akal pikiran. Teori-teori psikologi dan psikologi analisa hanya dapat membantu untuk mencoba memahaminya, dan itupun banyak dengan generalisasi dan pengecualian.
Inilah titik utama yang Rasul Paulus tekankan pada kita, agar tidak seperti jemaat Korintus yang memahami dengan salah. Paulus tidak bersandar pada dirinya, melainkan pada pimpinan Roh, sebagaimana firman Tuhan berkata, “supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” Penting juga dilihat, Paulus bukan menihilkan perlunya belajar atau studi pendalaman, sebagaimana ia juga pernah belajar tentang Injil setelah pertobatannya. Pikiran manusia tentu baik sepanjang dipakai dengan benar.
Rasul Paulus tidak ingin berdebat dengan jemaat yang dikasihinya itu. Ia sadar bila menggunakan filsafat dan perdebatan, akan gagal (Band. *Kis 17:32-34*). Ia juga tidak mau menonjolkan keintelektualannya atau kepintarannya dalam menulis atau berpidato, tetapi ia lebih menekankan pesan Injil dari Kristus: biarlah Roh Kudus yang bekerja dengan pesan firman itu.
Dengan pimpinan Roh Kudus, melalui firman yang sudah dinyatakan, orang percaya dapat membaca dan memahami pikiran, rencana dan tindakan Allah, yang semuanya ini adalah pikiran Kristus. Melalui Roh Kudus, kita dapat berbicara dengan Allah, dan berharap mendapatkan jawaban atas pergumulan kita. Memang untuk itu, kita perlu menghabiskan cukup waktu mengenal pikiran Kristus tersebut, sebagaimana Rasul Paulus alami dalam hidupnya. *Hubungan yang intim dengan Kristus, hanya terjalin bila kita cukup menghabiskan waktu dengan-Nya dan juga dengan firman-Nya.* Mereka yang bersedia memberi waktunya ini menuju manusia rohani; yang tidak mengejar kepuasan duniawi dan tidak membuat ukuran dan nilai keberhasilan berdasarkan ukuran-ukuran duniawi.
Untuk apa? Rasul Paulus menuliskannya di ayat 9, yakni agar bagi kita, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Selamat hari Minggu dan beribadah. Tuhan memberkati. Amin.
Pdt (Em) Ramles Silalahi –Ketua Umum PGTS-.
Kabar dari Bukit adalah refleksi Pengurus PGTS kepada anggota yang dipadu renungan firman Tuhan.