Anak-Anak Terang
Enakan mana: mati dalam penghukuman, atau hidup oleh kasih Kristus? Gak enak kan jadi sasaran murka Allah? Paling enak, ya, memperoleh kasih Allah dan keselamatanNya. Jangan ikuti jalan dunia, tetapi berdiri teguh dalam Kristus dan kebenaranNya. Kita ini telah dijadikan Anak-anak Allah…. Itulah gambaran perbedaan hidup dalam kegelapan dan hidup dalam terang.
Firman Tuhan di hari Minggu ini dari Ef. 5:8-14 berbicara tentang “Hidup Sebagai Anak-Anak Terang.” Mereka yang diam di Efesus dahulunya hidup dalam kegelapan. Berbagai perbuatan yang mereka lakukan membuat Allah murka. Ya, mereka yang berada dalam kegelapan tidak hanya terjebak dalam situasi yang menjerat masa kininya, sebab dalam kegelapan ia kehilangan orientasi keberadaannya, tetapi juga kehilangan arah pengharapan ke depan akan tujuan kehidupannya. Hidup dalam kegelapan meraba-raba, dengan kemungkinan besar: jatuh ke situasi yang lebih buruk.
Namun kadang batas gelap-terang itu dibuat samar, seolah-olah tidak bisa membedakan antara kegelapan dan terang. Dibuat abu-abu, tidak hitam tidak putih. Dalih dicari, untuk membela diri dengan pembenaran atau pemaafan. Alasannya, terpaksa, atau hanya sementara. Padahal, dalam ayat 11 – 13 dikatakan, “telanjangilah perbuatan kegelapan itu.” Nah ini berat. Jangan mendua atau muna. Kepatuhan menjadi hal yang utama untuk terus menjadi sempurna. Memberi contoh buruk akan menjadi dosa yang buruk.. Mereka yang hidup terus di dalam kegelapan akan mendapatkan hukuman dari Allah (1Kor 6:9-10). Bahkan, dikatakan, bagi mereka yang hidup dalam kegelapan, kita pun tidak boleh berkawan dengan mereka, dalam arti bergaul secara aktif dalam kehidupan sehari-hari tanpa tujuan mengubahnya.
Ayat 10 mengatakan tegas: ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Jangan ikutin pikiran sendiri atau dunia. Apakah kita sudah cukup memberi sebagai ucapan syukur kepada Tuhan? Apakah kita sudah mengasihi dengan perbuatan, khususnya pada yang lemah? Atau kita terus mencari alasan, kita belum banyak diberkati. Ada tiga hal katanya di dunia ini yang sekali kejadian tidak pernah kembali, yakni waktu, kesempatan dan ucapan (khususnya yang salah menyakitkan). Waktu dan kesempatan adalah anugerah yang kita miliki, namun berlalu sangat cepat dan tidak bisa kembalikan.
Oleh karena itu ditengah waktu yang terus berjalan dan kesempatan menabur dan menuai selalu terbuka, mari kita merapat ke dalam barisan prajurit Kristus, membangunkan orang-orang untuk melihat terang dari Kristus (Yes 60:1). Mahkotanya, melalui pelayanan kita anak-anak terang, nama Tuhan dimuliakan. Selamat hari Minggu dan beribadah. Tuhan memberkati. Amin.
Pdt (Em) Ramles Silalahi, Ketua Umum PGTS. Kabar dari Bukit adalah refleksi Pengurus PGTS kepada anggota yang dipadu renungan firman Tuhan.