Berpikir yang Di Atas
Pertanyaannya sederhana: apa manfaat untuk anggota dengan ikut membayar iuran PGTS? Sebuah otokritik yang baik agar pengurus lebih rajin sosialisasi program PGTS. Tetapi pernyataan kedua membuat kita miris: “Pengurus tidak bisa cari duit, makanya anggota dikutak katik.” Respon saya: Amangoi Amang….
Firman Tuhan di hari Minggu Paskah ini dari Kol 3:1-4 meminta kita agar berpikir tentang perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Alasannya disebut di ayat 2: Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Kitab Kolose bab 1 dan 2 memang bercerita tentang yang dilakukan oleh Kristus bagi kita, dan bab 3 (dan 4) menjelaskan kita pun perlu melakukan sesuatu bagi Dia dan sesama. Artinya, kita diminta bangkit berkarya seiring kebangkitan Yesus.
Bangkit bersama Kristus berarti hidup kerohanian kita dibangkitkan oleh Allah untuk memasuki hidup baru bersama dengan Kristus. Roh dan jiwa kita diperbarui. Roma 6:5 mengatakan, “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.”
Sebagai manusia baru, kita orang percaya diminta mencari perkara-perkara di atas, yakni kepentingan sorgawi, yakni menempatkan prioritas sorgawi dalam kehidupan praktis sehari-hari. Tubuh kita tetap berada di dunia ini dengan segala pergumulannya, tetapi hati dan orientasinya haruslah sorgawi.
Manusia baru tidak terjebak dengan aturan legalistik dan menghilangkan hakekat yakni KASIH. PGTS berdiri karena kasih kita alumni ITB Kristen Batak ingin membayar hutang kepada kampung halaman, mengasihi orang-orang dan saudara kita yang masih miskin dan relatif tertinggal dari kawasan lain. Aturan iuran anggota Rp. 500.000 tidak perlu dilihat sebagai beban, apalagi dibuat hitungan untung rugi, sebab kita mengasihi KDT (melalui PGTS). Ciri manusia baru melihat angka 500.000 itu sebuah aturan dan kita tetap dalam kemerdekaan membuatnya menjadi Rp. 10.000 atau jutaan rupiah sesuai dengan kasih kita kepada KDT. Semangat memberi dengan kasih kepada mereka yang tertinggal, juga harus dilihat sebagai upaya membendung dan penangkal bagi kecendrungan materialisme.
Saat ini Tuhan Yesus sudah duduk bertakhta di sorga (Mzm 110:1; Ef 1:20). Rumah kediaman orang Kristen adalah tempat dimana Kristus hidup (Yoh 14:2,3). Semangat kita adalah semangat pengabdian dan rasa syukur dan bukan semangat mencari imbal jasa. Upah adalah sesuatu hak yang melekat dan bukan itu tujuannya. Kesempurnaan dalam panggilan dan pilihan Tuhan, membuat kita sebagai orang yang merdeka semakin memberi buah, menjadi serupa dengan gambar Kristus (2 Kor 3:18), hidup semakin berbuahkan kebenaran (2 Kor. 9:10).
Jadilah manusia baru yang bangkit berkarya. Tetap berpegang pada janjiNya di ayat 4: Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Selamat Paskah dan beribadah merayakan kebangkitanNya, Tuhan memberkati, amin.
Pdt (Em) Ramles Silalahi, Ketua Umum PGTS. Kabar dari Bukit adalah refleksi Pengurus PGTS kepada anggota yang dipadu renungan firman Tuhan.