Sabar Menderita
“Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih,” kata peribahasa yang maknanya: nasib buruk tidak dapat dihindarkan, akan tetapi nasib baik juga tak dapat dicari-cari. Kehidupan yang ada di depan kita semua adalah rahasia Tuhan; kemalangan atau keuntungan bisa datang secara tidak terduga tanpa disangka-sangka.
Firman Tuhan di Minggu Paskah V hari ini dari 1Pet 3:13-18a berbicara tentang menderita dengan sabar. Kemalangan sering diasosiasikan dengan penderitaan yang tidak seharusnya dia tanggung. Ini bisa berasal dari tiga sumber: Pertama, bagian dari kemanusiaan kita (human nature), bahwa kita bisa sakit2an renta karena faktor usia. Kedua, karena ulah kita sendiri. Seseorang yang boros, keuangan lebih besar pasak dari tiang, maka suatu saat ia pasti menderita karena hutang. Seseorang yang tidak banyak beraktifitas fisik atau berolah-raga tetapi makan banyak yang tidak sehat, maka jangan heran suatu saat ia akan sakit jantung atau stroke. Semua itu ada sebab akibat, ada causalitasnya, yang kadang muncul casus belli atau pemicu sehingga proses penderitaan itu terjadi lebih cepat.
Nas minggu ini mengatakan kalau kita berbuat baik maka sangat jauh kemungkinan ada yang mau berbuat jahat kepada kita. Kebaikan biasanya berbuah kebaikan. Pohon yang baik juga berbuah yang baik. Tetapi ada faktor ketiga: penderitaan datang karena niat baik yang dijalankan secara salah, akibatnya timbul salah pengertian, pertentangan dan bahkan kekerasan yang berakhir dengan penderitaan. Ini semua faktor manusia. Adapun faktor keempat yang dinyatakan dalam nas ini, adalah ketika menjalankan perintah Kristus dalam kehidupan kekristenan kita, dan ternyata datang penderitaan, maka itu adalah kehendak Allah (1Pet 2:19,20; 4:16).
Sebagai duta Kristus dan buku yang terbuka, kita harus siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang tentang pengharapan kita pada Kristus. Ini terutama atas anugerah yang telah diberikan dan misi panggilan untuk memberitakan Injil dan memuliakan nama-Nya (2Ti 4:17). Memang benar bahwa dalam membagikan iman dan kasih, kita tidak perlu heboh bombastis pencitraan atau ingin dipuji, atau bahkan dengan cara menjengkelkan, atau bersikap sombong. Tetaplah memberi jawaban lembut dan penuh kasih, ketika orang lain melihat dan bertanya tentang iman kita, pengharapan dan kehidupan, atau visi kehidupan kristiani kita. Jadi, pertanggungjawaban dalam hal ini bukan hanya kepada Allah saja, tetapi juga kepada sesama kita di dunia, sehingga jangan sampai apa yang kita imani dan katakan ternyata tidak sama dengan sikap dan perbuatan kita (band. Kol 4:6). Artinya, kita NATO ( No Action Talk Only), tidak memiliki integritas, yakni satunya perkataan dan perbuatan.
Kita harus memegang prinsip, sepanjang kita melakukan hal dan cara yang benar, tuduhan-tuduhan kosong tidak berguna. Kita ingat ketika Tuhan Yesus melalui hidupnya yang saleh, tetap mendapatkan penderitaan. Akan tetapi semua itu akhirnya mempermalukan diri mereka sendiri sebagaimana nas minggu ini menjelaskan.
Dengan mengikut teladan Kristus, menjadikan Dia sebagai idola ( role model), maka itu memberi jalan masuk kepada Allah Bapa. Jadi tetaplah bersaksi dan berkarya, meski harus menderita, dan tetaplah bersabar. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati, Amin.
Pdt (Em) Ramles Silalahi, Ketua Umum PGTS. Kabar dari Bukit adalah refleksi Pengurus PGTS kepada anggota yang dipadu renungan firman Tuhan.