August 1, 2017 roy

KABAR DARI BUKIT (Edisi 23 Juli 2017)

Pengharapan Penuh

Ya Abba, Bapa, ini aku anakMu Layakkanlah seluruh hidupku; Ya Abba, Bapa, ini aku anakMu, Pakailah sesuai dengan rencanaMu. Itulah refrain lagu Tetap Cinta Yesus yang enak dan sering kita dengar.

Firman Tuhan hari Minggu ini Rm 8:12-25 berbicara tentang Pengharapan anak-anak Allah. Rasul Paulus dalam bab-bab sebelumnya menyodorkan gagasan versi Romawi, yakni keselamatan ada di masa lampau, di masa kini, dan di masa mendatang. Di masa lalu, kita diselamatkan pada saat pertama kali mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat (Rm 3:24-25; 5:8-11;8:1). Pada masa kini, kita terus diselamatkan melalui proses berkelanjutan dan pengudusan. Kekalahan kita sesaat terhadap iblis, tidak menghapuskan janji dan jaminan keselamatan itu, sepanjang kita membuktikan sikap penyesalan dan pertobatan. Di saat yang sama, kita pasti menerima penggenapan seluruh upah dan berkat keselamatan yang menjadi milik kita, ketika Kerajaan Kristus sepenuhnya utuh sempurna dinyatakan nanti. Itulah pengharapan dan menjadi sauh yang kuat, yang menjaga agar kita tidak terombang-ambing menghadapi pergumulan hidup sehari-hari (Ibr 6:19). Segala persoalan, takluk pada pengharapan.

Semua itu terjadi karena kita adalah anak-anak Allah (Yoh 1:12; 3:4-5). Rasul Paulus menggunakan kata adopsi (Yunani: hiuos yang berarti “anak yang sudah diangkat secara sah”), sebagai model hubungan baru orang percaya dengan Tuhan. Di dalam budaya Romawi, seseorang yang diadopsi oleh keluarga lain, maka hak-haknya pada keluarga lama akan hilang, namun ia mendapatkan hak-hak dari keluarga yang baru. Maka, kita pun memiliki hak penuh istimewa menerima janji-janji Allah sebagai anak dan ahli waris (band.: Gal 3:26; 4:5; Ef 1:5). Valid dan sah!!

Salah satu keistimewaan menjadi anak-anak Allah adalah hubungan kita menjadi begitu dekat. Kita dapat memanggil dengan akrab, yakni: Abba, yang berarti Bapa. Kata Abba berasal dari bahasa Aram yang sering digunakan pada saat kehidupan sehari-hari Tuhan Yesus. Penulisan “ya Abba, ya Bapa” juga merupakan ungkapan Tuhan Yesus tatkala Ia berdoa di bukit Getsemani (Mar 14:36; Gal 4:3-9).

Sebagai anak-anak Allah, maka Yesus adalah teladan kita di dunia ini, yakni terus bersaksi dan berbuah dengan menyembuhkan penyakit masyarakat, baik fisik, ekonomi, sosial maupun jiwa-jiwa yang haus akan kedamaian dan sukacita. Nas minggu ini jelas menekankan pentingnya kita ikut menderita (berkorban) sama seperti Yesus alami. Melalui itu, kita memiliki dan mewujudkan tujuan hidup yang sekaligus menjalankan misi Allah, sambil mengucap syukur dan terus mematikan perbuatan-perbuatan tubuh kedagingan sebagai bagian ketaatan kita kepada-Nya (Rm 1:5). Nilai sebuah kemenangan akan sangat tinggi dan sepadan dengan perjuangan yang kita korbankan.

Mari menatap ke depan, terus berharap akan bumi baru dan langit baru sebagaimana yang Allah janjikan, yang bebas dari perbuatan dan konsekuensi dosa. Gambaran indah itu tidak bisa kita uraikan dengan kata-kata, sebagaimana dikatakan firman-Nya: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1Kor 2:9). Itulah bagian kita yang terus berkarya. Haleluya. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati, Amin.

(Pdt (Em) Ramles M. Silalahi, Ketua Majelis Pertimbangan Sinode Pusat Gereja Kristen Setia Indonesia).

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!