Lebih Dari Pemenang
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Firman Tuhan untuk kita minggu ini yakni Rm 8:26-39 berbicara tentang kasih Allah yang tidak terpisahkan dari kita. Ada kalanya kita tidak memahami persoalan hidup yang menerpa, kabur, misteri, tidak terjangkau. Kita ingin berdoa, tapi tidak tahu apa yang terbaik kita lakukan. Bingung, apakah mau meminta kekuatan dalam menghadapinya, atau meminta Tuhan melepaskan kita dari masalah itu. Sering yang timbul hanyalah elahan nafas panjang, atau sesunggukan. Namun, meski tidak tahu yang terbaik untuk kita doakan, Roh akan berdoa bagi kita (ayat 34; band. 1Yoh 2:1; Ibr 7:2). Alasannya, karena kita berharga di hadapan Allah.
Dalam iman tetaplah bertekun berdoa dan beribadah, agar keadaan yang menekan bisa dapat kita lewati dengan kemenangan. Prinsip kita sebagai anak-anakNya tiga hal:
(1) keadaan yang menekan itu tidak lebih besar dari kemampuan kita (1Kor 10: 13);
(2) segala perkara (apapun) dapat kita tanggung di dalam Dia (Fil 4: 13);
(3) doa dan Ibadah memiliki kuasa (2 Tim 3; Yak 5: 15-16).
Sikap iman yang menyerahkan sepenuhnya meski tidak dengan kata-kata, berdiam diri dalam ketenangan dan memusatkan pikiran pada Allah adalah sikap berdoa; yang penting bukan menyerah, mengeluh atau malah menggerutu. Pandanglah Yesus. Salah satu alasan gereja memberikan persetujuan gambar Tuhan Yesus dan lambang salib dalam kehidupan kekristenan adalah dengan maksud tujuan itu, agar hati kita lebih mudah fokus terhadap jalan yang diberikan melalui Yesus.
Bagi kita yang mengasihi Allah dan menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya, maka Allah bekerja dalam segala sesuatu. Allah hadir dalam setiap aktifitas kehidupan kita; Dia tidak hadir hanya sesaat. Sebagai anak-anakNya, proses yang kita lalui sudah sedemikian sempurna, yakni Pemilihan (Rm 9:10-13); Pembenaran/Justifikasi (Rm 4:25; 5:18); Pendamaian (Rm 3:25);
Penebusan (Rm 3:24; 8:23);
Pengudusan (Rm 5:2; 15:16); dan kelak Pemuliaan (Rm 8:18-19, 30), yakni keadaan akhir orang percaya setelah kematian tubuh dan dibangkitkan menjadi serupa dengan Yesus (1Yoh 3:2).
Bagian ketiga dan keempat nas ini mencoba menguak kebenaran posisi kita dengan lima pertanyaan dari Rasul Paulus, yakni:
● Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
● Bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri bagi kita semua?
● Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?
● Siapakah yang akan menghukum mereka?
● Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?
Apabila kita telah ada di dalam Kristus dan seluruh hidup telah kita serahkan kepada-Nya, dan dalam setiap pergumulan hidup kita ditolong oleh Roh Kudus untuk menyampaikan pengharapan dan langkah yang kita perlukan, maka jawaban pastinya terletak di tiga ayat terakhir di atas: Kita adalah orang-orang yang lebih dari pemenang. Haleluya. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati, Amin.
Pdt (Em) Ramles Silalahi, Ketua Umum PGTS. Kabar dari Bukit adalah refleksi Pengurus PGTS kepada anggota yang dipadu renungan firman Tuhan.