October 17, 2017 roy

KABAR DARI BUKIT (Edisi 8 Oktober 2017)

Kebenaran Sejati

Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus (Flp 3:7).

Firman Tuhan hari Minggu ini dari Flp 3:4b-14 berbicara tentang kebenaran sejati. Kita dibenarkan karena iman merupakan kebenaran awal tentang hubungan kita dengan-Nya. Maka akan berbahaya jika orang percaya berhenti mencari kebenaran yang lebih dalam akan Pribadi-Nya, khususnya kuasa kebangkitan-Nya.

Rasul Paulus dalam nas ini menjelaskan keistimewaan dirinya sebagai orang Yahudi sejati (band. 2Kor 11:22; 2Kor 11; Gal 1:13-24). Ia seolah-olah menyombongkan diri dengan semua latar belakangnya. Tetapi kalau dilihat lebih dalam, ia sebenarnya ingin menekankan bahwa pencapaian manusia – betapa pun hebatnya, tidak memiliki arti untuk memperoleh keselamatan dari Allah. Jadi, tidak seperti kesombongan Yahudi yang merasa keturunan Abraham dan berpuas diri. Ini refleksi bagi kita: janganlah bermegah dengan denominasi, jabatan, kepintaran dan kekayaan, atau semata orang baik di hadapan manusia. Betul, pencapaian, martabat dan kesuksesan memiliki nilai dan harga. Namun, ketika kita merasakan telah diselamatkan oleh Yesus, maka perlu menganggap semua pencapaian itu sebagai “sampah”, dibanding nilai ketika menerima Kristus. Seperti Paulus, ia menganggap semua yang lalu itu sebagai kerugian, bahkan juga “keuntungan yang dirampas” dari yang seharusnya diperolehnya sejak dahulu (band. Mat 13:44-46). Paulus tidak menyesalinya, yang penting baginya masa lalu adalah masa lalu, the past belong to the past.

Mengenal dalam Pribadi-Nya, seyogianya merupakan tujuan akhir kita. Itu memang bisa dengan membaca atau mendengar firmanNya, membaca kehidupan Yesus, berdoa dan bersekutu. Tetapi pengenalan yang lebih dalam hanya dapat terjadi dengan mengambil bagian dalam misi Kristus, seperti pelayanan kasih atau memberitakan Injil, dan meneladani penderitaan-Nya (Mat 28:19; Flp 3:10). Jadi pengenalan itu tidak sekedar “hafal firman” dan “tahu sejarah”. Tetapi dilakukan dengan melihat hidup ini sebagai mujizat kebaikanNya, dan bersedia ikut berkorban dalam panggilan pelayananNya bagi sesama (Rom 6:4; Ef 2:5-6).

Tetaplah bertumbuh dalam pengenalan Kristus, berkonsentrasi pada hubungan pribadi dengan-Nya. Lihat ke depan pada kehidupan yang penuh dan berarti. Sebagaimana Rasul Paulus ingin berlari dalam perlombaan (band. 1Kor 9:24; Ibr 12:1), memusatkan pikiran dan mengerahkan segala daya untuk dapat mengejar kesempurnaan dalam pengenalan itu, maka kitapun fokus sungguh-sungguh mencapai sasaran. Jangan terjebak masa lalu.

Kesempurnaan hubungan dengan Yesus ada tiga tahapan: Pertama, ketika kita diangkat menjadi anak-anakNya dan dinyatakan “dibenarkan”. Ini kelak akan disempurnakan penuh (band. Kol 2:8-10; Ibr 10:8-14). Kedua, kesempurnaan dalam pertumbuhan, artinya terus bertumbuh dalam pengenalan dan berkarya. Ketiga, kesempurnaan ketika Yesus datang kembali memenuhi janjiNya, membawa kita ke dalam kerajaan-Nya yang penuh (band. 1Kor 13:10; Flp 3:20, 21).

Panggilan sorgawi ini yang menyerap semua pikiran Paulus. Ia menyatakan dirinya belum tuntas dan sempurna akan pengenalan Kristus. Ia sadar telah ditangkap. Tapi ia terus mengejar kesempurnaan. Sebuah teladan bagi kita. Jangan membiarkan mata kita jauh dari tujuan itu. Yesusku segalanya bagiku. Itulah kebenaran sejati. Selamat beribadah hari Minggu, Tuhan memberkati, Amin.

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi, Ketua Umum PGTS.

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!