Bersukacitalah
Ketika mendengar ayat itu dibacakan sebagai ayat sidi saya, tahun 1971, rasanya sungguh senang: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Haleluya.
Firman Tuhan hari Minggu ini Flp 4:4:1-9 merupakan nasihat-nasihat bagi jemaat di Filipi. Ada empat nasihat penting: tetaplah berdiri teguh di dalam Tuhan, sehati sepikirlah, bersukacitalah, dan naikkan segala kekuatiran di dalam doa.
Kehidupan kita sehari-hari memang sering digoda oleh hal-hal yang menghilangkan sukacita. Padahal, perbedaan atau hasrat yang belum tiba, itu alamiah. Kadang, hasil atau jalan keluar tidak seketika. Maka tetaplah berdiri teguh di dalam Tuhan. Sehati sepikir itu sebuah proses, dan akan lebih mudah dengan mencari kesamaan tujuan. Buang egoisme; ingat kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus. Jangan perbedaan merenggut sukacita.
Sukacita bisa lahir bahkan ditengah penderitaan. Rasul Paulus menulis nas ini saat di penjara. Ini memberikan pelajaran penting: sikap di dalam hati, seharusnya bukanlah merupakan refleksi keadaan di luar tubuh. Teguh. Kebahagiaan bukan datang dari hal peristiwa tertentu, tetapi sikap dari dalam hati, yakni hati yang selalu dipenuhi Roh Yesus. Kunci sukacita yang diberikan nas ini gampang: lakukanlah hal yang baik. Nyatakan.
Kejengkelan hati, atau kehilangan semangat dari situasi yang tidak menyenangkan, tutup atau selesaikan dengan sabar dan kasih. Fokuslah menilai mana yang utama dalam hidup ini. Buanglah hal-hal yang tidak penting dan tidak serius untuk dipikirkan. Kekuatiran tidak menambah apapun juga. “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya” (Mat 6:27; Luk 12:25). Ubah kekuatiran menjadi sebuah doa.
Pikiran kita pengikut Kristus sebaiknya terus diprogram dan diberi “makanan” hal-hal yang benar dan berguna, hal yang mulia, yang adil, yang suci, yang manis, yang sedap didengar, dan semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Kumpulan “makanan pikiran” inilah yang membentuk pikiran positif kristiani.
Semua hal itu harus dipraktekkan. Tidak hanya ide di kepala, atau wacana semata. Perlu dilatih. Jangan mau terjebak dalam pertanyaan atau dikusi yang membuang enerji, apalagi tidak berdampak pada perubahan cara pandang dan sikap hidup. Carilah makna hidup melalui firman, dan berusahalah untuk dapat memahami dan membuatnya menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu hanya terjadi dengan disiplin dan ketaatan.
Jika saat ini masih ada kekuatiran, tidak bersukacita, maka pastinya ada yang salah dalam perspektif melihat kehidupan ini. Berubahlah. Pandanglah Yesus. Selamat beribadah hari Minggu, Tuhan memberkati, Amin.
Pdt. Em. Ramles M. Silalahi, Ketua Umum PGTS.