Hakikat Pelayanan
Tiada perjalanan jauh dan panjang yang tidak dimulai dengan langkah pertama. Semua memiliki tahapan, seperti bersekolah harus SD sebelum sampai ke puncak S3. Melangkah masuk ke dalam pelayanan juga demikian, dan itu akan mendorong kita untuk terus memberikan yang terbaik. Haleluya.
Firman Tuhan hari Minggu ini 1Tes 2:1-8 memberi kita pesan bahwa pemberitaan firman atau perbuatan kasih tidak akan pernah gagal atau sia-sia. Untuk itu diminta agar setiap pelayanan haruslah dengan keyakinan yang teguh, keberanian yang didasarkan pada semangat untuk belajar dan melayani lebih baik, serta terutama motivasi yang benar. Pelayanan bukan melihat kebesaran dan hebatnya hal yang dilakukan, melainkan didasari kesadaran bahwa Tuhan telah memberikan yang lebih banyak kepada kita sebelumnya; niscaya itu amat berharga di hadapan Tuhan.
Dalam iman, apabila Tuhan menginginkan kita untuk mengabarkan Injil dan berbagi kasih, meski kita tahu akan ada tantangan dan rintangan yang muncul, maka Ia akan memberi kita kekuatan dan keteguhan (band. Yer 1:6-9; Flp 1:30). Keteguhan tidak diartikan sebagai respon impulsif yang semberono, melainkan keberanian untuk menekan ketakutan dan melakukan yang terbaik dan benar.
Acara pelayanan Gaja Toba di Kabupaten Karo dan Samosir dua hari kemarin meneguhkan. Ada 1800 siswa SMA kelas 3 diberi motivasi untuk berani meraih cita-citanya, disertai pemberian 240 buah komputer untuk 60 SMA (ditambah 29 buah untuk lembaga sosial dan gereja). Kita pun punya keyakinan, setiap pelayanan organisasi atau kumpulan orang percaya yang tulus, maka Tuhan akan menolong membuatnya berhasil.
Kita semua tidak layak melayani, tetapi Tuhan memampukan, sepanjang ada tekad kuat dan keinginan untuk belajar. Seorang pegiat sosial bercerita tentang bagaimana mengajak seorang eksekutif perusahaan besar untuk terlibat, respon awalnya negatif. Eksekutif yang lain, awalnya enggan mendengar penjelasan. Ogahan. Namun berkat kesabaran, kelemahlembutan dan keteguhan, pintu dibukakan dan semua menjadi dahsyat penuh sukacita.
Nas minggu ini menekankan pelayanan jangan lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni berisi tipu daya. Kita bukan untuk menyukakan manusia, melainkan menyukakan Allah yang menguji hati kita. Tidak perlu bermulut manis apalagi ada maksud mengambil loba yang tersembunyi (ayat 3-5). Kelayakan kita membutuhkan ujian sebagaimana Rasul Paulus mengalaminya. Ujian bisa datang dari diri sendiri atau godaan iblis; namun Allah tidak pernah mencobai manusia (Yak 1:13). Maka ketika kita ingin melayani, arahkan semua kepada Tuhan Yesus, bukan pada diri sendiri untuk mendapatkan hormat dan pujian atau menyombongkan diri (Yoh 5:41, 44).
Pelayanan kasih (dan Injil) tidak cukup dengan kata-kata, melainkan harus berisi dengan aksi nyata. Rasul Paulus memperlihatkan teladan, perlunya setiap orang untuk berkorban dengan membagi hidup dengan orang lain, memberi perhatian dan berbagi waktu dan kepedulian, seperti seorang ibu merawat anaknya, sambil terus belajar. Ia juga tidak membanggakan diri atas hal yang dilakukannya, melainkan meletakkannya semua bagi kemuliaan Tuhan. Ayo kita semua, ayunkan langkah, tuaian banyak, dan teruslah melayani. Selamat beribadah hari Minggu, Tuhan memberkati, Amin.
Pdt. Em. Ramles M. Silalahi, Ketua Umum PGTS.