Baptisan Roh dan Api
Epifani, atau epiphania, adalah hari raya Penampakan Tuhan yang diperingati pada tanggal 6 Januari, sekaligus memperingati kedatangan orang-orang Majus yang mengunjungi bayi Yesus yang baru lahir.
Firman Tuhan hari Minggu Epifani ini dari Mrk 1:4-11 berbicara tentang pembaptisan Tuhan Yesus. Gereja (Timur) memperingatinya sebagai manifestasi Yesus Kristus memulai karya pelayanan-Nya sebagai Anak Allah.
Kita tahu Yesus dibaptis oleh Yohanes bukan untuk bertobat oleh karena berbuat dosa. Yesus ingin memperlihatkan kerendahan hatiNya menjadi sama dengan kita, sekaligus peneguhanNya masuk ke dalam pelayanan umat Yahudi. Peneguhan ini penting untuk penggenapan PL akan kedatangan sang Mesias, yakni didahului oleh Yohanes sebagai “suara orang yang berseru-seru di padang gurun” (Yes 40:3). Yohanes awalnya menolak membaptis, tetapi Tuhan Yesus mengatakan, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Mat 3:15).
Baptisan Yesus juga gambaran awal akan kematian-Nya di kayu salib (Luk 12:50), dan kemenangan atas kematian tersebut dengan kebangkitan-Nya. Yohanes menyadari pesan ilahi dan kehendakNya sehingga mengatakan: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” (ayat 7-8). Dalam Mat 3:11 ditambahkan, Ia membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Artinya, dengan kita orang percaya dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka Roh Allah “menyelubungi” dan memimpin kita dalam menjalani kehidupan ini untuk sama dengan Yohanes, ikut mempersiapkan dan meluruskan jalan demi memperluas kerajaanNya.
Awal tahun 2018 ini merupakan halte atau milestone untuk merenungkan, apakah kita tetap sebagai orang percaya yang sah dibaptis olehNya dengan Roh Kudus dan api sebagaimana dinyatakan Yohanes. Semestinya, kita memiliki Roh itu menyala-nyala, yang terwujud dalam semangat yang berkobar-kobar dalam berkarya di setiap ladang Tuhan, sesuai dengan tempat, talenta dan karunia rohani yang diberikan. Baptisan dengan Roh tidak dimaksudkan untuk menjadi malas, enggan, atau berpikir untuk kesenangan diri sendiri semata. Jika kehilangan Roh dengan api itu, saatnya untuk meminta kembali kepadaNya, agar hidup kita di mata Tuhan, seperti yang didengar Yohanes terhadap Yesus: kita adalah anak-anakNya yang dikasihi dan berkenan kepadaNya. Haleluya. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati, amin. 🙏
( Pdt. Em. Ramles M. Silalahi. Ketua Umum Gaja Toba. Salam dari Boston yang penuh salju.)