Yesus Dimuliakan
Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (ayat 7).
Firman Tuhan di Minggu Epifani terakhir hari ini dan disebut Minggu Transfigurasi diambil dari Mrk 9:2-9, bertema: Yesus dimuliakan di atas gunung. Kisahnya, Yesus naik ke gunung bersama tiga muridNya, tiba-tiba tampak oleh mereka Yesus berubah rupa, pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat, dan sepertinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Lalu kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”
Peeistiwa ini merupakan pengantar kemuliaan dan pemenuhan ke-Illahian Yesus. Hari Rabu ini diperingati sebagai Rabu Abu, halte kita untuk masuk ke masa Pra-Paskah. Skenario rencana penyelamatan Allah bagi manusia semakin nyata. Ada yang ragu. Para murid yang belum memahami suara dari sorga saat pembaptisannya (Mrk 1:11), kembali dikumandangkan dengan sangat jelas: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Otoritas Yesus diteguhkan dan melebihi Musa dan Elia (band. Ul. 18:15; Mzm. 2:7; Yes. 42:1). Ini juga sebagai penegasan jawaban Petrus kepada Yesus: “Engkau adalah Mesias!” (Mrk. 8:27-29).
Tetapi melihat itu respon Petrus sedikit bermasalah. Ia tampak lebih mengutamakan kemuliaan dari sisi keduniaan: membangun kemah. Ingin kenyamanan dan kenikmatan. Ini seperti kita, ingin terus mempercantik gedung-gedung gereja. Sementara kemesiasan Yesus adalah jalan penderitaan. Kemuliaan yang hanya timbul karena pengorbanan. Oleh karena itu Yesus kemudian mengatakan kepada murid-muridNya, tidak perlu menceritakan kejadian tersebut, dengan maksud saatNya belum tiba.
Kini Ia layak dimuliakan dan kita perlu menceritakan semua tentang kasih, kuasa dan kemuliaanNya. Ia juga akan kembali datang dengan segala kemuliaanNya sebagai raja dan hakim bagi bangsa-bangsa (Mrk 13:26; 16:6). Kehadiran Musa (band. Kel 24:15–18) dan Elia (band. 1 Raj 19:8–18) yang tampak bersama Yesus, jelas memperlihatkan gambaran kehidupan bersama Yesus di sorga begitu menakjubkan. Sebuah kerinduan dan pengharapan bagi kita orang percaya.
Pesan bagi kita, ketika merasakan kehadiran Yesus dalam segala bentuk berkat atau teopani atau kuasaNya, maka kita diingatkan akan kemesiasan Yesus adalah pengorbanan. Kita yang wajib percaya dan taat bukanlah mendirikan kemah kenyamanan, melainkan kemuliaan melalui penderitaan. Namun dengan iman, dibalik penderitaan, semua akan berakhir dengan kemenangan. Perjalanan penderitaan dan bahkan kematian menuju cahaya kemuliaan.
Transfigurasi sebuah deklarasi Yesus adalah Tuhan. Kita pun anak-anakNya tetaplah berusaha hidup seperti Dia, memberi pengharapan dan pertolongan bagi sesama. Kemuliaan Yesus pun semakin nyata. Lihat dan dengarkan: berkumandang suara dari seberang….bawalah pelita Injili (KJ 425). Itulah kehendak Yesus. Haleluya. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati, amin.
Pdt. Em. Ramles M. Silalahi. Ketua Umum Gaja Toba dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI.