Harga Mengikut Yesus
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya (ayat 34-35)
Firman Tuhan Minggu II Pra-Paskah hari ini Mrk 8:31-38 bercerita tentang nubuatan penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia. Yesus telah mengetahui akhir pelayananNya, dengan berkata Ia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (ayat 31). Petrus yang responsif menegur Yesus, tetapi Yesus balik menghardiknya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Yesus kemudian berkata kepada orang banyak dan murid-muridNya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya….” Dua syarat yang sangat berat. Yang pertama adalah menyangkal diri. Ini jelas tidak mudah. Menyangkal diri berarti menghilangkan hak dan kepentingan diri sendiri. Kehidupan menjadi milik Tuhan. “Bukan aku lagi yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20). Sebagai milik Tuhan, kita diminta terus mengarahkan hidup untuk kepentingan kemuliaanNya. Bukan ke diri sendiri. Bahkan, dalam tantangan kematian pun, tetap setia ikut Dia; bukan meraung, berharap pada dukun, atau kuasa gelap. DitegaskanNya: yang mencoba mau menyelamatkan nyawanya justru ia akan kehilangan nyawanya.
Syarat kedua, memikul salib. Salib dalam hal ini bukan sekedar simbol, tetapi jelas sebagai beban, penderitaan. Wujudnya bisa muncul dalam kesusahan hidup, penyakit, anak bermasalah, musibah, dan lainnya; semua Tuhan yang tetapkan. Refleksi diri perlu dengan kerendahan hati, melihat akarnya. Rencana Tuhan sering misteri, tetapi dengan iman dan mata rohani semua akan berakhir indah.
Mengikut Tuhan berarti taat sepenuhnya padaNya. Harkat diri bisa tertantang menjadi rendah. Demi Dia, reputasi dan kehormatan bukanlah sesuatu yang harus mutlak ditinggikan. Percaya dan berserah; tidak hanya percaya, tapi juga berserah. Tidak juga berserah tapi tidak percaya. Kadang memang terasa berat dan seolah tak mampu. Tetapi ketika iman dikedepankan dan bekerja, maka Tuhan akan menguatkan dan memampukan. Yesus telah memberi teladan dengan memikul salib, via dolorosa, ke bukit tempat Ia terpaku dan tersalib.
FirmanNya menegaskan bahwa syarat ini mutlak: Setiap orang…. Artinya, tidak ada pengecualian. Menyangkal diri, memikul salib, dan ikut Dia berarti hidup tidak semua dibuat menjadi enak. Padang gurun tantangan harus dibangun. Injil dan Yesus harus diberitakan. Berbuah nyata. Tidak melulu kesenangan diri. Perjalanan terkadang berat dan merasa lelah. Seperti sering kata anak saya: ada harga ada barang. Ya, ada harga untuk kemuliaan. Siap? Puji Tuhan.
Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati, amin. ( Pdt. Em. Ramles M. Silalahi. Ketua Umum Gaja Toba, dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia)