Kemuliaan dan Penderitaan
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal (ayat 24-25).
Firman Tuhan Minggu Pra Paskah V hari ini, Yoh 12:20-33, berbicara tentang pemberitaan Yesus akan kematianNya. Para murid kedatangan pengagum Yesus dan ingin bertemu denganNya. Ketika muridNya menyampaikan hal itu, respon Yesus sedikit berbelok. Ia malah menubuatkan saat kematianNya akan tiba, dan sekaligus menggambarkan caranya Ia akan mati.
Ada tiga analogi sebagai refleksi yang diberikan nas ini dan menjadi pengajaran bagi kita. Pertama, analogi biji gandum, yang jika tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Artinya, untuk bisa berkarya dan berbuah banyak dan bagus, maka perlu berkorban. No pain no gain. Kerja keras, kerja cerdas, memberi banyak dan berkorban banyak, maka hasilnya kelak akan banyak pula. Kedua, analogi tentang yang ingin menyelamatkan nyawanya, malah ia akan kehilangan. Seseorang yang menyelamatkan nyawanya dengan mencintai dunia ini dan menjalani untuk dirinya sediri, maka pesan Yesus sangat jelas: ia akan kehilangan nyawanya yakni kehidupan yang kekal. Hidupnya putus dan berakhir tragis di alam neraka penderitaan. Ketiga, analogi tentang melayani. Jika ingin melayani Tuhan, maka ia harus taat mengikuti perintahNya, dan hatinya pun harus selalu terfokus pada kemuliaan Yesus, bukan untuk dirinya sendiri. Dengan begitu, maka yang tulus melayani Tuhan, kelak Bapa akan memuliakannya.
Refleksi dan analogi Yesus ini menggambarkan diriNya yang akan menjalani semua itu. Ia harus mati tersalib untuk bisa menjadi buah keselamatan bagi banyak orang yang percaya padaNya. Yesus tidak ingin mengikuti kehendak hati (kemanusiaanNya) dengan melarikan diri dan tidak taat pada misi Bapa. Cawan itu tidak berlalu dan Ia harus minum (Mat 26:39,42). HatiNya tetap fokus pada Bapa dan Ia menyadari misiNya adalah melayani Bapa. Oleh karena itu dengan hati terharu, Ia menetapkan dan berkata: Bapa, muliakanlah nama-Mu!
Respon Bapa selalu dahsyat. Suara sorgawi meneguhkan bahwa keputusanNya itu sesuai dengan kehendak Bapa dan melalui ketetapan itu pula nama Yesus ditinggikan. Ia memilih jalan Bapa, meski berat.
Bagian terakhir nas ini sangat penting bagi kita, yakni pernyataan Yesus bahwa masa penghakiman telah tiba. Dunia ini dan kedagingan kita, akan terus menghadapkan kita pada pilihan. Ya atau Tidak. Bersediakah kita berkorban mematikan keinginan keduniaan kita? Apakah kita akan terus egois hanya memikirkan diri kita sendiri, tanpa peduli sesama dengan berharap itulah cara menyelamatkan jiwa? Apakah kita menyadari bahwa kita hadir di dunia dengan misi dan rencana Allah, dan untuk itu siapkah kita untuk terus menjadi pelayanNya, di manapun kita berada dan ditempatkan? Jika kita ingin ditinggikan dan dimuliakan kelak, maka tentu pilihannya sudah jelas. Teladan dan jalan telah diberikanNya. Selamat memilih dan siap berkorban. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati. Amin.
Pdt. Em. Ramles Silalahi, Ketua Umum Gaja Toba dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia.