June 4, 2018 roy

KABAR DARI BUKIT (Edisi 3 Juni 2018)

Sabat dan Manusia

“Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat” (Mrk 2:27-28).

Firman Tuhan hari Minggu ini dari Mrk 2:23 – 3:6 memberi pesan tentang makna hari Sabat; kisah tentang murid-murid Yesus memetik bulir gandum dan Dia menyembuhkan seorang yang mati sebelah tangannya di hari Sabat. Bagi umat Yahudi khususnya kaum Farisi hari Sabat adalah hari yang sakral seperti tertuang dalam 10 perintah Allah (Kel 20:10 ). Orang dilarang bekerja termasuk memetik gandum.

Sabat berarti perhentian, tatkala Allah menciptakan alam semesta enam hari lamanya dan beristirahat di hari ketujuh. Siklus yang baik dan teruji. Konon, Korea pernah mencoba siklusnya menjadi sepuluh hari untuk meningkatkan produktivitas, tetapi hasilnya lebih buruk. Oleh karena itu kita perlu memahami Sabat dari beberapa sudut pandang. Pertama, Allah menciptakan perintah itu untuk kebaikan manusia. Allah memberi kesempatan beristirahat dan bersekutu (lebih lama) dengan-Nya untuk menikmati berkat-Nya (Kej 2:3; Kel 20:11). Manusia wajib disegarkan jiwa dan tubuhnya.

Kedua, Allah memberi perintah bukan sebagai beban atau kuk kaku yang membuat manusia terbelenggu. Hakekat semua perintah Allah ada pada dua hukum utama: Mengasihi Allah dan sesama. Kasih mengalahkan legalitas. Murid-murid yang sedang lapar, sama seperti penjelasan Yesus tentang Daud memakan roti sajian (1Sam 21:1-6), atau orang yang sakit, perlu segera disembuhkan. Tuhan melihat hati. Sabat merupakan halte bagi manusia untuk bersekutu dan lebih peduli dengan sesama.

Ketiga, Sabat memberi pesan bahwa Allah adalah pengendali hidup kita semua. Sabat merupakan peringatan akan kasih Allah, yang membebaskan dan menyelamatkan (Ul 5:15). Allah adalah pemilik dan Tuhan atas hari Sabat. Sebuah kesempatan “bersenang-senang karena Tuhan” (Yes. 58:14).

Keempat, Sabat juga perlu dipahami sebagai hari pertama dalam seminggu sebagai peringatan akan kebangkitan-Nya. Manusia perlu menyadari hubungannya dengan Allah telah dipulihkan melalui pengorbanan di kayu salib dan memperoleh kemenangan melalui kebangkitan Yesus.

Ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum Alkitab sesuatu yang baik, tetapi itu jangan sampai membuat kita kehilangan hukum kasih, dan terutama pengecualian saat yang khusus untuk lebih peduli sesama. Bagi Tuhan itu intinya, dan tidak mesti demi Tuhan lantas berdebat demi kedegilan ego (3:5). Hukum dan peraturan demi kebaikan manusia, dan kita perlu berhikmat menjalani semua itu. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

Pdt. Em. Ramles Silalahi, Ketua Umum Gaja Toba.

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!