December 17, 2018 roy

KABAR DARI BUKIT (Edisi 16 Desember 2018)

Damai Sejahtera

Firman Tuhan di Minggu Advent III hari ini, Flp 4:4-7, merupakan nasihat Rasul Paulus dari penjara kepada dua wanita pengerja pelayanan yang sedang berselisih paham. Ia sangat gundah melihat kedua wanita rekannya di Filipi itu tidak sehati sepikir. Dan ia menekankan kunci jawabannya, yakni di ayat 4: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Lho, aneh, kok bersukacita? Tapi ada dasarnya, motivasinya, sebagaimana disampaikan Rasul Paulus di pasal sebelumnya, yakni kita orang percaya mesti berdiri teguh, karena kita telah menjadi warga kerajaan sorgawi, yang menantikan kedatangan Yesus Kristus dan mengubah tubuh kita menjadi serupa dengan tubuhNya yang mulia (Flp 3:20-21, band. 1:6,10). Itulah sukacita dari Tuhan. Rasul Paulus sendiri yang sedang di penjara, memberi teladan atas hal itu.

Sikap bersukacita tidak berhenti. Itu harus diikuti dengan berinisiatif untuk menyelesaikan perselisihan dan masalah yang ada, baik untuk diri sendiri atau orang lain yang berselisih (ayat 3). Inisiatif itu yang ia sebut dalam ayat 5 sebagai kebaikan hati yang perlu dilihat pihak lain dan semua orang, sehingga pembatas dan penghalang menjadi cair. Menunggu pihak lain lebih dahulu berinisiatif, itu tidak baik, tidak sikap Kristiani. Dan tidak perlu juga kuatir (ayat 6), inisiatif itu tidak akan merugikan, seperti kehilangan harga diri, malu, direndahkan, dan hal lainnya. Justru sifat congkak, merasa benar sendiri, merasa hebat, itu harus dihilangkan; dan terutama “…tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Flp 2:3-4). Merendahkan diri awal dari sukacita dan damai sejahtera.

Pesan nas minggu ini sangat penting dan relevan dalam menyongsong natal yang akan tiba. Janganlah masih ada perselisihan dengan sesama ketika kita merayakan kelahiranNya. Ia datang untuk memperdamaikan kita yang berdosa dengan Allah, dan karenanya sangat elok dan cantik kita pun berdamai dengan sesama. Rubuhkan tembok, penghalang, egoisme, sehingga jalan untuk berdamai bersatu terbuka lebar. Ingatlah, damai sejahtera dari Allah itu hanya bagi manusia yang berkenan kepadaNya (Luk 2:14).

Bila ada yang masih mengganjal dalam menyelesaikannya, bawalah itu dalam doa dan bersyukur (ayat 6b). Tuhan akan bekerja; kadang seketika, kadang berliku-liku. Damai itu indah. Dan buahnya seperti ayat 7 yang sering kita dengar sebagai pengantar khotbah di gereja: “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Maka, periksa dan cari yang kita benci, atau tidak kita sukai. Selesaikan, berinisiatiflah. Selamat berdamai dengan sesama. Dan Natal tahun ini pun akan sah dan bercahaya penuh. Damai sejahtera (Yun. eirene) itu “sorga kecil” di dunia. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Umum Gaja Toba

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!