Perdamaian Kekal
Firman Tuhan hari ini pada Minggu Adven IV, Ibr 10:5-10, berbicara tentang persembahan yang sempurna dan kekudusan yang kekal. Menjelang hari natal ini kita diingatkan kembali tentang latar belakang dan maksud Tuhan Yesus Putra Allah turun dari sorga dan menjadi manusia. Semua karena kasih Allah. Manusia berdosa dan terus mengulanginya. Allah berhak murka terhadap setiap orang berdosa sebab telah murtad dan melawan perintah-Nya.
Perjanjian lama mengajarkan bahwa manusia yang melakukan dosa dan kesalahan dapat menebus dengan menyerahkan korban persembahan. Ada beberapa jenis korban persembahan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuannya, yakni:
– Ola, korban bakaran;
– Khatta’t, korban penghapus dosa;
– Asyam, korban penebus salah;
– Minkha, korban sajian;
– Zevakh dan Selamin, korban perdamaian dan korban keselamatan
Dalam ritual persembahan itu umat yang berdosa akan membawa persembahannya, baik berupa ternak hewan atau barang lainnya. Jenis, ukuran, dan nilai persembahan yang diberikan, ditentukan oleh tingkat kesalahannya, tetapi juga disesuaikan dengan kemampuan ekonominya. Seorang janda miskin yang berdosa, cukup membawa tepung atau seekor burung tekukur, akan tetapi seorang pejabat kerajaan diwajibkan membawa beberapa ekor hewan ternak seperti sapi atau lembu yang gemuk sebagai ganti penebusan atas kesalahan dirinya yang besar. Dalam ritual yang dilakukan, seorang imam akan meletakkan tangannya di atas hewan ternak yang dibawa, meneguhkan bahwa itulah penebusan atas dosanya, dan kemudian setelah hewan itu disembelih, darahnya dipercik-percikkan ke seluruh arah Bait Allah. Ibadah itu dapat berlangsung berulang-ulang bila mereka melakukan dosa yang berulang juga. Dalam hal ini, yang utama akhirnya adalah ketaatan pada aturan Taurat itu, sehingga secara hakekat, manusianya sendiri tidak mengalami perubahan dalam dirinya (band. Ibr 10:1).
Nas minggu ini juga mengingatkan akan Mzm 40:7-9 yakni janji yang baru. Roh Kudus telah membuat perjanjian baru dengan kita umatNya, hati kita dimeteraikan oleh firmanNya. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Ibr 8:10b). Melalui Perjanjian Baru, persembahan yang benar dan sempurna adalah Yesus yang telah mempersembahkan diriNya sebagai jalan pendamaian manusia dengan Allah melalui iman, dalam darahNya (Rm 3: 25; 2Pet 3:14).
Dengan demikian kita orang berdosa dan percaya bahwa bayi Yesus yang lahir di Betlehem 2000 tahun lalu, merupakan jalan perdamaian Allah dengan kita manusia. Melalui iman percaya itu, kita tidak perlu lagi berulang-ulang menebus dosa dan kesalahan. Tetapi diingatkan, ketaatan pada FirmanNya diperlukan, bukan dalam ritualnya, melainkan dalam irama langkah kehidupan kita. Terlebih lagi, bayi Yesus yang lahir dan kita rayakan merupakan tindakan agung kasih-Nya, yakni kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. Inilah sukacita natal yang kita rayakan setiap tahun dan bahkan setiap hari dalam hati kita. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.
Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Umum Gaja Toba