February 4, 2019 roy

KABAR DARI BUKIT (Edisi 3 Februari 2019)

Percaya dan Berserah

Firman Tuhan di hari Minggu ini Luk 4:21-30 berbicara tentang Yesus ditolak di Nazaret, kampung halamanNya, tempat Ia dibesarkan. Kisahnya Yesus masuk rumah ibadat, membaca nubuatan Yes 61:1-2 dan menutup ayat tersebut dengan berkata: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnyaā€¯ (ayat 21). Artinya, Yesus menyatakan Ia adalah Mesias yang dinubuatkan, yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan, membebaskan, dan menghadirkan tahun rahmat Tuhan (lihat ayat 18-19).

Mereka semula kagum dengan pengajaran Tuhan Yesus. Tetapi kemudian berbalik menolak setelah menyadari, Yesus adalah anak Yusuf tukang kayu. Tidak mungkin Ia Mesias yang dinubuatkan nabi Yesaya. Mereka sinis merendahkan Yesus. Ini didasari dua hal: kecongkakan diri dan iri hati melihat hikmat Yesus. Tuhan Yesus lantas berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya (ayat 24). Ia menguatkan pernyataanNya dengan mengambil contoh dua nabi besar Israel yakni Elia dan Elisa, yang tidak dihormati nenek moyang mereka.
Peringatan yang dibawa kedua nabi-nabi itu untuk mereka dengar, akhirnya berkat diberikan kepada janda di Sarfat dan Naaman orang Siria (ayat 24-27), dan keduanya bukan umat Yahudi. Mereka pun yang mendengar respon Tuhan Yesus, sangat marah dan bahkan ingin melemparNya dari tebing. Ajaib, Tuhan Yesus berlalu, menghilang.

Dalam keseharian kadang kita juga dapat bersikap demikian. Sikap tidak sepenuhnya percaya pada Tuhan Yesus dan firmanNya, juga kepada hamba-hambanya, membuat kuasa Allah sulit untuk bekerja dalam hidup seseorang.
Teguran atau nasihat bagus – yang mungkin diberikan Tuhan melalui orang lain – kepada kita, sering kita anggap remeh, seperti angin lalu. Dasarnya: kesombongan dan merasa lebih pintar.

Sikap sombong dan meninggikan diri serta menganggap hikmat dunia lebih hebat, sangat berbahaya. Hikmat dunia tentu bermanfaat dan bernilai. Tetapi terbatas. Hikmat dari sorga melalui firmanNya atau hambaNya di atas segalanya. Iman percaya ini penting dan menjadi dasar kita berpijak dan melakoni hidup. Rendah hati dan kasih. Dalam kehidupan, kadang kita tidak mengerti mengapa sebuah peristiwa atau persoalan (berat) datang. Mengeluh dan kecewa berkepanjangan, tentu tidak menyelesaikan.

Solusi mesti dicari. Nasihat perlu. Berangkat dengan doa mutlak dilakukan, meski hikmat dunia jalan yang pertama diambil. Jika sakit berobatlah ke dokter, jika nilai ujian buruk belajarlah lebih keras, jika tidak naik jabatan bekerjalah lebih keras dan cerdas, jika sering sakit rajinlah berolah raga. Ini penting. Mengambil jalan pintas langsung menuntut mukjizat Tuhan, itu berarti mengujiNya dan tidak berhikmat. Perlu dipahami, sering ada maksud dan rencana Allah yang perlu dicari dan dijalani dengan iman. Kadang tidak masuk akal, tetapi itulah iman. Itulah penyerahan diri. Itulah bukti kita mengasihi Allah. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

(Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Umum Gaja Toba dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI)

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!