Penjala Manusia
Minggu lalu saya dan Ketua Sinode kami (yang menggantikan saya) berada di Pulau Sumba NTT. Kita diundang untuk acara baptisan warga di dua desa yang sebelumnya menganut kepercayaan suku, dan kini telah siap menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Sebelumnya juga sudah beberapa kali dilakukan baptisan yang sama oleh ketua pengurus wilayah Sumba. Ya, ada 35 gereja kami disana dengan satu sekolah SMTK.
Firman Tuhan hari Minggu ini sesuai leksionari untuk kita renungkan dari Luk 5:1-11, menceritakan Rasul Simon Petrus yang semula nelayan penjala ikan dan Tuhan ubah menjadi penjala manusia. Petrus sepanjang malam itu tidak mendapatkan ikan hasil tangkapan. Kemudian Tuhan Yesus menyuruh menebarkan jala di tempat dalam yang ditunjukNya, Petrus pun dengan berat hati menebar jalanya, dan hasilnya luar biasa! Mukjizat. Petrus memanggil teman-temannya dan semua mendapat banyak.
Melihat hal itu, Petrus pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebuah sikap rendah hati. Ia telah meragukan Yesus dan merasa berdosa tak layak. Tetapi Yesus dengan kasih dan kuasaNya, mengatakan dengan jelas: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia” (ayat 10b).
Menjala manusia. Membawa jiwa-jiwa baru kepada Kristus. Tugas panggilan semua pengikut Kristus. Banyak orang dan wilayah di Indonesia yang belum mengenalNya. Bahkan di Sumba NTT masih banyak yang hidup dengan kepercayaan tradisional dengan peran roh-roh nenek moyang yang masih besar. Timbul rasa kasih. Mereka hidup dalam rasa takut. Roh-roh jahat atau roh orang mati dianggap masih sering datang mengganggu. Tentu ini menghambat pola pikir dan sekaligus menjerat hidup mereka untuk tidak maju-maju.
Simon Petrus telah melihat keajaiban dari Yesus. Ia pun mengaku dosanya dan merasa tidak layak. Tetapi Yesus memanggilnya untuk ikut menjala menyelamatkan jiwa-jiwa. Kita pun yang sudah melihat mukjizat Yesus dalam hidup kita yakni telah menebus dosa-dosa kita, membebaskan kita dari rasa takut, memberi kita hidup yang kekal, selayaknya mengambil bagian dalam menjala manusia. Ladang banyak yang menguning dan siap di tuai (Mat 9:37; Yoh 4:35). Pesan nas minggu ini: jangan merasa mukjizat itu belum ada dalam hidup kita, dan tidak ikut menabur, menyiram, berperan dalam pekabaran Injil. Dan, kita bisa tidak layak ikut menerima tuaian. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.
Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Umum Gaja Toba dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI