KABAR DARI BUKIT (Edisi 28 Maret 2021)

MASALAH DAN TUHAN

Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: “Engkaulah Allahku!” (Mzm. 31:16)

Kita memasuki Minggu Sengsara, minggu keenam masa Pra Paskah. Dalam leksionari disebut hari ini sebagai Liturgy of the Passion, atau Liturgy of the Palms. Umat Katholik mengekspresikannya dengan membawa daun palem, mengingatkan umat menyambut Tuhan Yesus menunggang keledai saat memasuki kota Yerusalem, sebuah simbol perdamaian, menjelang akhir pelayanan-Nya. “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,” seru orang-orang yang mengikutinya (Mrk. 11:8-9; Why. 7:9-10).

Firman Tuhan bagi kita hari ini, Mzm. 31:10-17, ditulis oleh Raja Daud. Ia meratap, merasakan sengsara: sesak, sakit hati dan mata, tubuh dan jiwa merana. Rasa duka dan keluh kesah menguasai, tulang pun menjadi lemah (ayat 10-11). Dan yang lebih membuat derita Daud lebih besar, semua temannya lari menjauh. Musuh-musuh dan yang tidak menyukainya, mencela dan berbisik-bisik, ingin mencelakakan bahkan membunuhnya (ayat 12-14). Dan itu jugalah yang dialami Tuhan Yesus setelah Ia ditangkap di atas Bukit Zaitun (Mat. 26:47-56; Luk. 22:47-48). Penderitaan 18 jam menjelang akhir hidup-Nya di Golgota di hari Jumat Agung. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 21 Maret 2021)

DOSA DAN DOSA ASAL

Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku (Mzm. 51:7)

Manusia lahir ke dunia ada yang mengibaratkan jiwanya bagaikan selembar kertas putih, putih polos, tidak berdosa. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa ada dosa yang ditanggung oleh keturunan seseorang, hingga yang ketiga dan keempat, bila ia melakukan dosa dan tidak membereskannya (Kel. 20:5). Raja Daud juga dalam ayat di atas menegaskan hal tersebut. Para ahli pun menyebut hal ini sebagai dosa asal, dosa turunan, merupakan menjadi kodrat manusia. Tetapi doktrin ini masih sering diperdebatkan.

Ayat di atas yang menjadi bagian dari firman Tuhan bagi kita minggu ini, yakni Mzm. 51:1-15, dapat juga dimaknai berbeda, dan dapat diterima semua pihak, bahwa manusia sejak lahir telah memiliki kecendrungan berbuat dosa. Bila seseorang tidak dekat dan mengenal Tuhan dengan baik serta tidak lahir baru, maka kecendrungan itu semakin besar. Demikian pula jika orang tersebut lebih mengikuti keinginan daging dan hati manusianya yang egois, godaan dunia dan iblis, maka dosa semakin tidak tertahankan lagi menjadi jerat yang kuat. Jerat, berarti terperangkap, satu dosa melahirkan dosa lain, dan seterusnya, hingga tidak bisa lepas. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 14 Maret 2021)

BERSYUKURLAH. CARANYA?

Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN…. Biarlah mereka mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan pekerjaan-pekerjaan-Nya dengan sorak-sorai! (Mzm. 107:21a, 22)

Ajakan bahkan perintah bersyukur dalam hidup ini sudah sering kita dengar. Apalagi jika kita sedang diberkati, itu sikap yang mudah. Mazmur 107:1-3 bagian pertama bacaan kita minggu ini menganjurkan demikian. “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik” (ayat 1a). Ajakan ini ditujukan kepada umat Israel, orang-orang yang ditebus oleh TUHAN, dan terlebih yang dipersatukan dari pembuangan dan diaspora di negeri-negeri, dari timur dan dari barat, dari utara dan dari selatan (ayat 2-3). Tentu ajakannya bagi kita juga.

Tetapi, bagaimana jika kita sedang susah dan kemalangan? Apakah tetap bisa bersyukur? Ayat 17-22 nas bagian kedua minggu ini menuliskan hal itu. Kadang kita dapat berada dalam situasi yang tidak mengenakkan. Dalam ayat lainnya dijelaskan, umat bisa saja mengalami kesulitan berat, seperti lapar haus dan lesu (ayat 4-9), terkurung dalam kegelapan (ayat 10-16), atau menghadapi gelombang angin badai (ayat 23-32). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 7 Maret 2021)

KEMULIAAN TUHAN

Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman (Mzm. 19:8)

Dalam buku saya yang terbit tahun lalu dengan judul Mengenal Alkitab Kita (Doktrin Alkitab), ada penjelasan tentang keberadaan Allah dan wahyu (penyataan). Wahyu diberikan atas prakarsa Allah untuk menyatakan diri-Nya, dengan tujuan supaya manusia mengenal DIA, mentaati, dan melayani-Nya. Jadi, wahyu bukanlah hasil pemikiran manusia.

Wahyu dibagi dalam dua kelompok, yakni:

1. Wahyu umum, merupakan tindakan Allah menyatakan diri-Nya secara umum melalui alam semesta, sejarah, dan hati nurani manusia. Wahyu umum bersifat universal, dalam arti dapat dilihat dan dinikmati oleh setiap manusia. “Langit menceritakan kemuliaan Allah” dan “Bumi penuh dengan kemuliaan-Nya” (Mzm. 19:2; Yes. 6: 3). Read more

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!