April 18, 2025 roy

KABAR DARI BUKIT (Edisi 18 April 2025 – JUMAT AGUNG)

PENANGGUNG PENYAKIT DAN SENGSARA KITA

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (Yes. 53:6)

Firman Tuhan bagi kita pada Jumat Agung, hari besar umat Kristiani ini, diambil dari Yes. 52:13-53:12. Judul perikop ini: Hamba TUHAN yang menderita.

Nabi Yesaya sangat jelas dan tepat menuliskan nubuatan tentang datangnya Juruselamat manusia. Namun gambaran hamba Tuhan yang diberikan, bukanlah seperti yang dipikirkan oleh umat Israel. Allah ingin membalik cari pikir mereka, yang beranggapan bahwa Raja dan Mesias yang datang tipikal Raja Daud atau pahlawan dalam mitos. Allah memiliki maksud tentang hal itu, menegaskan bahwa kadang-kadang yang dipikirkan manusia tidak selalu sama dengan pikiran Allah. “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku” (Yes. 55:8).

Hamba Tuhan yang datang tidak tampan dan tidak semarak; gambaran kesederhanaan-Nya. Penderitaan-Nya dituliskan begitu rinci dan buruk: seperti bukan manusia lagi, sehingga orang menutup muka ketika melihat dia (ay. 52:14; 53:2b, 3). Itu terjadi karena Ia tertikam, dihina, dianiaya, penuh kesengsaraan, tetapi membiarkan diri-Nya ditindas dan tidak membuka mulut seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian (ay. 53:7). Sebuah sikap hidup berserah tanpa banyak keluhan yang layak kita teladani.

Ironisnya, semua itu terjadi bukan karena kesalahan-Nya. “Sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya…. Dia ditikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (ay. 53:4a, 5).

Sangat jelas bahwa hamba Tuhan yang digambarkan nabi Yesaya adalah Yesus Kristus. Proses peradilan yang panjang dan tidak adil dihadapi Tuhan Yesus, termasuk cuci tangan Pilatus dan saling lempar tanggungjawab, yang membuat penderitaan Yesus semakin berat. Tetapi ini meneguhkan iman kita bahwa tidak ada pemimpin agama lain yang mati bagi pengikut-Nya dan bahkan mati disalib. Itulah Yesus yang mati tersalib penanggung dosa-dosa kita.

Ia turun dari sorga dan mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:6-7). Tuhan Yesus menyadari akan melewati penderitaan yang tidak tertahankan, sehingga Dia sampai mengatakan, “biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku”, dan kemudian ditambahkan-Nya, “tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:39). Ini menjadi teladan bagi kita tentang kesetiaan-Nya (Flp. 2:8).

Yesus harus mati agar kita hidup kekal (Yoh. 3:16). Manusia masih terus berbuat dosa yang upahnya maut. Sesuai prinsip penebusan, harus ada pengganti korban agar yang percaya selamat (Rm. 6:23; Ef. 1:7). Ada darah yang tercurah, dan tentu terutama didasari oleh penyesalan dan pertobatan (Im. 1-7; 2Taw. 29:23; 1Yoh. 2:2). Dengan penyesalan dan pertobatan, maka kita layak mendapat pengampunan atas dosa-dosa yang dilakukan (Kol. 1:14).

Kasih dan keagungan Tuhan Yesus itulah yang kita peringati di Jumat Agung ini. Respons terbaik kita yakni terus memuliakan dan ikut melayani Dia melalui kesaksian tentang kasih dan kuasa-Nya dan menjadi berkat bagi orang lain. Dan Ia berpesan, agar kita memperingati, merayakan, dan menerima tugas tanggungjawab tersebut dengan mengikuti perjamuan kudus (1Kor. 11:23-26).

Selamat beribadah dan mengikuti perjamuan kudus.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Bacalah renungan paralel menurut leksionari hari ini dengan tema: Dari Perjamuan Malam hingga Golgota – Via Dolorosa (Yoh 18:1-19:42) dan Kita Mempunyai Seorang Imam Besar (Ibr. 10:16-25), silahkan klik www.kabardaribukit.org

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!