KABAR DARI BUKIT (Edisi 11 Mei 2025)

GUSTI MBOTEN SARE

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan–yaitu kamu sendiri–, namun ia telah menjadi batu penjuru” (Kis. 4:11)

Membaca nas minggu ini saya jadi teringat saat diadili dan dipenjara karena melawan rezim Presiden Suharto di tahun 1978-1979. Saat itu gerakan mahasiswa memang langsung menyerang Suharto, memintanya turun karena dianggap sebagai sumber permasalahan bangsa. Peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) sebelumnya, hanya menyerang dominasi Jepang dan peran Ali Murtopo yang dianggap otak pengerdilan partai politik, ormas dan juga mahasiswa. Meski banyak yang mendukung gerakan mahasiswa, namun tidak sedikit yang mengatakan bahwa yang kita lakukan adalah sia-sia. Penguasa kuat, militer dan partai politik kokoh mendukung Suharto. Pengadilan mahasiswa pun termasuk terhadap saya nyatanya berjalan tidak adil. Tuduhannya pasal karet. Saya dan kawan-kawan pemimpin mahasiswa akhirnya dipenjara setahun. Namun sejarah membuktikan, sepuluh tahun kemudian, Suharto jatuh! Keputusan pengadilan terdahulu bahwa kami bersalah, akhirnya dianulir. Kebenaran memang sering mengambil jalan yang panjang dan berliku.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Kis. 4:5-12. Ini kisah pengadilan terhadap Rasul Petrus dan Yohanes yang dianggap penghasut oleh pemimpin-pemimpin Yahudi bersama Imam Besar yang mengadakan sidang Mahkamah Agama di Yerusalem (ay. 5). Petrus dan Yohanes memang sebelumnya menyembuhkan seorang laki-laki lumpuh di Bait Suci (Kis. 3:1-10) dan berkhotbah tentang Yesus. Tuduhannya: dengan kuasa apa mereka melakukannya?

Petrus dengan lantang menjawab: “Ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati–bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu.” Petrus berani mengatakan hal itu karena ia penuh dengan Roh Kudus (ay. 8-10).

Petrus dan Yohanes beruntung saat itu, setelah melihat penampilan mereka (ay. 13), keputusan sidang hanyalah menegur dan meminta agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatannya. Ternyata, hal itu tidak membuat para murid takut, malah terus mengabarkan Injil hingga ke seluruh dunia.

Dalam kehidupan keseharian kita, hal seperti ini sering terjadi. Perbuatan baik, tidak selamanya dapat diterima pihak tertentu. Ada saja dibuat alasannya. Tapi ini tidak membuat kita untuk takut berbuat baik. Resiko selalu ada, ya tidak apa-apa. Kadang buah kebaikan tidak langsung kelihatan, atau tidak dihargai, itu adalah ujian ketulusan dan kesabaran kita. Tapi satu prinsip, tidak ada perbuatan baik yang sia-sia. Tuhan tidak tidur, Gusti Mboten Sare. Semua ada dalam kendali-Nya dan Ia Mahamelihat dan Mahatahu. Perlu kita sadari juga, Gusti Mboten Sare mengingatkan kita agar berpikir bijak sebelum bertindak.

Oleh karena itu jangan mudah menyerah. Tetaplah berbuat baik, dan lakukan dengan konsisten, tulus, penuh kasih, dan percaya itu adalah panggilan orang percaya. Bila buah keberanian dan pengorbanan kita tidak langsung kelihatan, bukan berarti Tuhan tidak bekerja. Kita hanya perlu meneguhkan hati dengan percaya pada rencana-Nya, mengingat janji-Nya, berpatokan keteladanan dalam Alkitab, dan berdoa serta berserah. Sebagaimana Yesus, lihat, batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan…, namun ia telah menjadi batu penjuru (ay. 11).

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Bacalah renungan paralel menurut leksionari hari ini dengan tema: Yesus Ditolak Orang Yahudi (Yoh 10:22-30) dan Mati yang Berkilau (Why. 7:9-17), silahkan klik www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 4 Mei 2025)

JANGAN BERGUMUL SENDIRIAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati” (Yoh 21:14)

Manusia memiliki kemampuan luar biasa, baik fisik, pikiran, maupun jiwanya. Tentunya setelah melewati didikan dan latihan yang panjang; itulah yang membuat manusia semakin siap. Untuk itu boleh saja ada mengkatagorikan manusia berdasar kemampuan: kurang, biasa, tinggi, dan super. Namun ada saatnya tantangan tidak dapat diatasi. Seiring usaha, muncul temuan dan jawabannya sehingga masalah yang dulu berat, kini ada penyelesaiannya. Sayangnya, permasalahan baru muncul lagi; hidup bagaikan putaran spiral tanpa ujung.

Firman Tuhan bagi kita pada hari Minggu yang berbahagia ini adalah Yoh. 21:1-14. Nas ini menceritakan penampakan ketiga Kristus setelah kebangkitan-Nya, di hadapan tujuh murid yang sedang mencari ikan di danau Tiberias. Yesus kembali memperlihatkan mukjizat meneguhkan kuasa-Nya, saat murid-murid sedang menjala tapi tidak mendapat ikan. Namun dengan mengikuti perintah Yesus, mereka mendapatkan banyak ikan, jalanya tidak koyak dan jumlah ikan yang ditangkap tepat (ay. 6-11).

Hal kedua dari nas ini menegaskan bahwa pasca kematian-Nya, Yesus memiliki dua jenis tubuh, yakni tubuh rohani dan kemuliaan, seperti saat pertama bangkit bertemu Maria hingga terakhir Ia naik ke sorga. Tubuh kedua sama seperti kita, daging dengan kebutuhannya termasuk rasa lapar sehingga Yesus meminta ikan hasil tangkapan untuk dipanggang dan dimakan (ay. 5, 12).

Ada pelajaran hidup yang kita dapatkan dari nas ini. Pertama, kerja keras dan cerdas kadang tidak cukup untuk mendapatkan hasil terbaik. Manusia berencana Tuhan yang menetapkan (Ams. 16:9; 19:21; bdk. Luk. 5:5). Penting sekali doa (Ams. 16:1, 3) dan juga ketaatan kepada perintah Allah, sebagaimana Petrus mengikuti perintah untuk menebar jala ke sebelah kanan perahu (ay. 6).

Hal kedua, jangan terjebak pada situasi sulit. Sejak kematian Yesus, para murid mengalami “goncangan” jiwa. Namun mereka tidak mau terjebak dalam kesedihan; mereka kembali bekerja sebagaimana semula. Memang ada faktor ketakutan kepada penguasa Romawi, harapan menipis, dan tidak adanya kepastian. Yesus sendiri baru saat pengangkatan-Nya memberi perintah agar mereka terus mengabarkan Injil setelah Roh Kudus dicurahkan penuh, yang membuat mereka kembali bersemangat. Maka itu, manfaatkan waktu sebaik mungkin, dengan demikian kesedihan hilang sebab badai pasti berlalu.

Ketiga, upayakan selalu bersama-sama orang percaya, seperti murid di nas ini. Perintah Alkitab sangat jelas bahwa kita mesti bersekutu – meski bagi yang tidak sesuai dengan diri kita sebaiknya menjauh (Luk. 9:5; Ams. 13:20). Dalam kebersamaan, akan ada saling peduli, saling menghibur dan membangun (Ibr. 10:25; 1Tes. 5:11).

Keempat, Yesus selalu peduli. Para murid tidak menduga kedatangan-Nya di subuh hari itu. Tapi Yesus tahu permasalahan yang setiap orang percaya hadapi, baik pengharapan maupun pergumulan. Hati Yesus tetap untuk kita, bahkan saat ini di sorga Ia berdoa untuk kita sebagai Pengantara dan Imam Besar (Ibr. 7:25; 9:24), mempersiapkan tempat bagi kita (Yoh. 14:2-3), memerintah sebagai Raja (Ef. 1:20-22), dan menjadi Pembela kita. Oleh karena itu janganlah bergumul sendirian, seolah tidak ada lagi harapan. “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1Pet. 5:7; bdk. Mzm. 37:3). Bahkan, Yesus sering melakukan yang lebih baik dari pada yang kita pikirkan (Ef. 3:20). Ia setia dan penuh kasih.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Bacalah renungan paralel menurut leksionari hari ini dengan tema: Gembalakanlah Domba-dombaku (Yoh 21:15-19) dan Pentas Drama Sorgawi (Why. 5:11-14), silahkan klik www.kabardaribukit.org

PENDAMPINGAN DESA WISATA – MEAT

Groundbreaking Pembangunan Cabin/Villa Wisata Desa Meat Bersama GAJA TOBA Wilayah Selatan Kaldera | Kamis, 1 Mei 2025 | pukul 09.00 WIB – Selesai | Lokasi Pembangunan Cabin/Villa Wisata, Bibir Danau Toba, Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.

Sejak pertengahan tahun 2024, GAJA TOBA Wilayah Selatan Kaldera—komunitas alumni Institut Teknologi Bandung asal kawasan Danau Toba—telah melaksanakan program pendampingan pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal di Desa Wisata Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba.

Upaya yang kami lakukan meliputi:

  • Mengaktifkan infrastruktur wisata desa yang selama ini kurang optimal, sehingga manfaat ekonominya belum terasa oleh masyarakat.
  • Mengelola bangunan yang mulai rusak akibat minim perawatan, bekerja sama dengan Pemerintah Desa.
  • Mendirikan booth UMKM F&B lengkap dengan peralatan, bekerja sama dengan Toba Experience.
  • Melatih pemuda setempat dalam pembuatan makanan dan minuman, serta meningkatkan perawatan kawasan dan promosi.
  • Mendorong para pemuda warga setempat yang bekerja di booth UMKM untuk terus melanjutkan pendidikan di Universitas Terbuka.
  • Mensubsidi biaya operasional hingga atraksi dan fasilitas pendukung lainnya berhasil ditambahkan.

“Doa yang terjawab”

Menjadi pengharapan kami dalam setiap langkah pelayanan ini, yang selalu kami laporkan secara rutin kepada anggota Gaja Toba maupun publikasi di media online. Agar kiranya program ini akan mendapat dukungan dari para anggota Gaja Toba maupun perantau lainnya.

Akhirnya doa itu pun terjawab. Pendampingan konsisten dari pengurus Wilayah Selatan Gaja Toba menarik perhatian salah satu senior kami, Jonner Napitupulu GT82, yang istrinya, Emma br. Siahaan, berasal dari Desa Meat. Dengan antusias, beliau memberikan dukungan berupa meja dan kursi baru untuk fasilitas pelayanan desa, serta komputer untuk sistem kasir digital.

Pada saat serah terima bantuan tersebut, Bapak Jonner juga menyatakan dukungannya terhadap rencana pembangunan 10 unit villa wisata di Desa Meat, bekerja sama dengan Pemerintah Desa. Bahkan, beliau langsung memesan 2 unit villa sebagai komitmen nyata terhadap pengembangan kawasan ini. Sejak saat itu, persiapan untuk membangun villa ini mulai dilakukan, termasuk beberapa pertemuan dengan para perantau dari Desa Meat yang diinisiasi oleh Gaja Toba di Medan.

Pada April 2025, Desa Meat menerima kunjungan dari dua gubernur—Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution dan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoandra—yang didampingi oleh Bupati Toba Effendi Napitupulu. Dalam kunjungan ini, mereka duduk di meja dan kursi sumbangan Gaja Toba, menandai momentum strategis. Kunjungan tersebut menegaskan kesiapan kita untuk memulai groundbreaking pembangunan villa pada 1 Mei 2025.

Berbagai rentetan peristiwa yang sudah dijalani Gaja Toba dalam pelayanan di Desa Meat, segala kesulitan dan dukungan yang akhirnya diterima, akhirnya membuka harapan baru, bahwa kolaborasi yang baik antara perantau dan pemerintah desa, dengan pengelolaan yang profesional memiliki potensi berhasil yang tinggi. Ini adalah optimisme, bahwa bentuk kerja sama yang sudah terjadi di Desa Meat ini, bisa menjadi percontohan untuk direplika di desa-desa lain. Karena anggota Gaja Toba berasal dari seluruh kabupaten dan kota yang berasal dari kawasan Danau Toba.

Ini juga bisa menjadi momentum positif Gaja Toba, agar mulai memusatkan pelayanannya di basis kampung halaman masing-masing. Di mana dukungan awal berbasis sosial, karena Gaja Toba tidak boleh berbisnis, pada akhirnya mampu mendorong lahirnya usaha/bisnis yang menguntungkan, yang bernafaskan pemberdayaan masyarakat, menjaga kelestarian budaya dan alam. Usaha inilah yang kemudian melanjutkan inisiasi awal yang sudah dimulai oleh Gaja Toba.

Acara ini merupakan tonggak penting dari kolaborasi antara Pemerintah Desa Meat, Gaja Toba, dan para mitra yang peduli terhadap pembangunan berkelanjutan di kawasan Danau Toba. Pembangunan unit cabin/villa wisata ini diharapkan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan ekonomi desa melalui sektor pariwisata, dengan skema Built-Operate-Transfer yang berpihak kepada kepemilikan masyarakat.

Lebih dari itu, inisiatif ini sejalan dan turut mendukung arah kebijakan pembangunan Pemerintah Kabupaten Toba dalam mengembangkan potensi desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pariwisata. Oleh karena itu, kolaborasi yang kuat antara komunitas, pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan bersama.

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!