KABAR DARI BUKIT (Edisi 31 Juli 2022)

KASIH DAN AMARAH

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan (Hos. 11:9b)

Salam dalam kasih Kristus.
Marah adalah salah satu sifat dasar manusia, bersifat universal dan bagian dari perasaan. Sebagai manusia, kesabaran itu ada batasnya. Kasih juga ada batasnya. Meski batas itu tidak sama bagi semua orang, sesuai pribadi masing-masing. Ledakan marah timbul bila tersambar sumbunya; ada yang pendek langsung bereaksi, tetapi ada yang sumbunya panjang, meledak setelah beberapa waktu bagaikan bom atom. Kejengkelan dan tumpukan kekecewaan yang dialami, bagaikan api dalam sekam, menjalar perlahan membentuk magma panas.

Kasih adalah salah satu sifat dasar Allah, selain sifat lainnya yakni, sebagai Pribadi dan Roh yang hidup. Kita tahu cerita Tuhan Yesus yang marah di Bait Allah, membalikkan meja-meja pedagang sehingga uang yang di atasnya berhamburan. Ia juga membuat cambuk dari tali, lalu mengusir semua binatang yang diperdagangkan (Yoh. 2:15-16). Tuhan Yesus juga marah saat mengutuk pohon ara yang tidak berbuah (Mrk. 11:12-14).

Beberapa minggu ini firman Tuhan disajikan kepada kita tentang amarah Tuhan, melalui nabi Amos dan juga nabi Hosea di pasal awal. Minggu ini juga kita kembali membaca tentang amarah Tuhan, dari Hosea 11:1-11. Kekecewaan Allah terhadap bangsa Israel tampaknya mencapai puncak. Allah begitu mengasihi dan telah berbuat banyak hal kepada mereka, seperti membebaskan dari perbudakan di Mesir dan membimbing mereka hingga memberi makan (ay. 2-4). Tetapi bangsa Israel kemudian selingkuh, menyembah Baal dan patung-patung. Allah menilai bangsa ini tidak mau insyaf, sehingga Allah bermaksud untuk menghukum dengan kembali diperbudak, dan terlibat dalam peperangan dahsyat (ay. 5-6, band. 1 Kor. 10:20).

Melalui nas minggu ini kita kembali diingatkan bahwa sebagai Pribadi, Allah dapat marah. Tetapi Allah bukanlah manusia. Amarah Allah yang timbul tidaklah untuk melihat umat-Nya menderita, apalagi untuk menghanguskan (ay. 9). Kasih Allah melampaui kesalahan dan dosa yang manusia perbuat. Allah hanya menginginkan pertobatan dan umat-Nya kembali mengikut Dia dan hidup dalam damai sejahtera (ay. 11).

Kini pertanyaannya kepada kita: jika Allah dapat marah, apakah kita boleh marah? Apa batas kesabaran dan tujuan yang menjadi tolok ukur seorang Kristiani. Pertama, Alkitab mengajarkan, agar lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah (Yak. 1:20). Kedua, marah itu jangan sampai menjadi dosa, harus selesai sebelum matahari terbenam marahnya telah padam (Ef. 4:26). Ketiga, marah yang bertujuan mendidik, memberi peringatan tentang hal yang salah. Keempat, marah itu jangan sampai membuahkan rasa sakit, baik di tubuh apalagi di jiwa. Memang kitab Amsal mengajarkan perlu didikan keras dengan tongkat, tetapi penggunaannya perlu bijak (Ams. 15:10; 22:15). Jangan dilupakan, marah yang didasari kasih adalah prinsip utamanya.

Dan terakhir, marah itu pilihan, bisa dihindari penyebabnya dengan cara mengalihkan perhatian, menghentikan hubungan. Tuhan Yesus berkata: “Bila seseorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah….” (Mat. 10:14). Kadang-kadang kita perlu berkata, EGP (emangnya gua pikirin?). Apalagi jika bukan hal yang menjadi tanggungjawab utama kita. Jangan terlalu sok peduli, yang membuat diri sendiri susah dan tidak enak hati. Kita juga perlu mengasihi diri sendiri untuk tujuan lain yang lebih besar. Namun bila memang itu menjadi bagian utama hidup kita, kesabaran maksimal adalah menutupnya dengan berserah. Allah mempunyai rencana kepada tiap orang, dan berdoalah agar Allah bekerja menurut kasih dan kehendak-Nya. Kekristenan, sejatinya, bukanlah sesuatu yang rumit.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, Orang Kaya yang Bodoh (Luk. 12:13-21), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 24 Juli 2022)

PERSELINGKUHAN

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Horas, Syalom…. Saudaraku dalam Kristus. Saat ini di media dan khususnya grup WA/FB orang Batak, diskusi tentang kematian Brigadir Yosua Hutabarat menjadi topik hangat. Kematiannya yang dianggap tidak wajar, ditambah informasi dari pihak kepolisian terlambat dan sering berubah, semua menjadi kecurigaan dan diskusi publik. Bumbu ceritanya, diduga ada penganiayaan dan perselingkuhan dalam kejadian tersebut, membuat kisahnya bak sinetron. Pak Jokowi sendiri telah dua kali berbicara mengenai hal ini, tanda seriusnya masalah. Semoga pihak kepolisian dan penegak hukum lainnya, dapat mengungkap kisah sebenarnya dan menghukum yang bersalah sesuai aturan yang berlaku.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini dari Hosea 1:2-10. Nas ini juga menyangkut perselingkuhan bangsa Israel dengan menyembah ilah-ilah lain dan tidak lagi taat pada perjanjian yang Tuhan buat dengan mereka. Maka Tuhan kembali memperlihatkan amarah-Nya, sebagaimana disampaikan melalui nabi Amos pada renungan minggu-minggu lalu. Namun amarah Tuhan selalu disertai dasar kasih dengan tujuan agar terjadi pertobatan.

TUHAN berfirman kepada Hosea dengan maksud berbicara kepada bangsa Israel: “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN. Maka pergilah ia dan mengawini Gomer binti Diblaim, ….” (ayat 2-3a). Hosea pun patuh dan mendapat anak dari istrinya yang suka berselingkuh ini. Ada tafsiran, anak kedua dan ketiga adalah juga hasil perselingkuhan istrinya. Nama anak-anak ini pun diberi Tuhan, Yizreel, Lo-Ruhama dan Lo-Ami (ay. 5-9). Ketiga nama itu menunjukkan sindiran Allah terhadap bangsa pilihan-Nya itu.

Jika jujur, kita juga tentu kadang “berselingkuh”, tidak berupa fisik, tetapi dalam bentuk ketidaktaatan kepada Tuhan. Adakalanya kita mengikuti pikiran sendiri yang tidak sesuai dengan firman-Nya. Kadang kita tergoda untuk mengikuti iblis, yang sering memperlihatkan kepalsuan: indah di awal dan buruk di belakang. Bahkan, yang lebih berbahaya, kita tahu Tuhan tidak menyukainya, tapi kita tidak merasa bersalah, tidak menyesal, merasa itu tidak apa-apa. Dengan mudah kita beranggapan, Tuhan itu baik, Mahamengerti dan Mahapengasih. Tetapi cara pandang ini jelas tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.

Nas minggu ini mengingatkan kita agar pertobatan dilakukan secara total, tidak suam-suam kuku. Amarah Tuhan dapat timbul sebagaimana nas minggu ini. Jika kita mentuhankan jabatan, harta dan nafsu kedagingan serta dunia, itu jelas perselingkuhan yang Tuhan tidak menyukainya.

Saatnya kini kita berbalik, mengikuti dan setia kepada Dia. Bebaskan beban masa lalu dan terus bersyukur dengan lembaran baru. Jangan hilang niat atau kemauan kita untuk berubah, nyaman menjalani hidup seperti manusia lama. Tuhan akan terus melihat kita, tapi bukan dengan hati yang marah dan geram, melainkan hati yang penuh sukacita, melihat kita anak-anak-Nya bertumbuh terus menjadi manusia baru.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

KABAR DARI BUKIT (Edisi 17 Juli 2022)

IBADAH YANG BERCELA

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

“TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub:
“Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!” (Amos 8:7)

Horas, syalom….
Firman Tuhan bagi kita di hari yang berbahagia ini dari Amos 8:1-12. Ini kelanjutan renungan minggu lalu (Amos 7:7-17), yang melalui penglihatan ketiga kepada nabi Amos, mengingatkan Israel dan kita semua, agar selalu memperhatikan orang miskin dan yang memerlukan pertolongan. Penglihatan keempat adalah nas minggu ini. Tuhan menunjukkan buah-buahan musim kemarau dalam bakul kepada nabi Amos. Buah-buahan adalah simbol persembahan umat kepada Allah di altar.

Tetapi Tuhan berkata kepada Amos: “Kesudahan telah datang bagi umat-Ku Israel. Aku tidak akan memaafkannya lagi.
Nyanyian-nyanyian di tempat suci akan menjadi ratapan pada hari itu” (ay. 2b-3a). Tuhan telah marah, bangsa Israel tidak lagi menunjukkan perubahan dan pertobatan. Doa nabi Amos telah didengar dan dikabulkan di dua peringatan sebelumnya, tetapi kini Tuhan melihat tidak ada kemauan pertobatan lagi.

Pada masa itu orang-orang kaya Israel memberi upah pekerja sangat rendah dan mencurangi, pedagang menjual terigu yang busuk. Semua mereka rancang menginjak hak orang miskin dan lemah. Tidak ada rasa takut. Ini terjadi karena umat merasa adalah bangsa pilihan. Mereka rajin beribadah di Bait Alah, menyanyi, berdoa dan memberi persembahan. Umat dan pemimpin lebih fokus pada megahnya bangunan, riuhnya ibadah raya, dan mengutamakan kepentingan mereka sendiri.

Ibadah mereka jalankan dan memberi persembahan menurut ukuran manusia. Semua berpikir itu akan menyenangkan hati Tuhan. Tetapi Tuhan ternyata tidak melihat itu. Tuhan ingin agar umat lebih banyak berbuat konkrit. Nyata. Jangan menipu, jangan berlaku curang. Jangan berpikir yang utama adalah keuntungan semata.

Kemarahan Tuhan digambarkan begitu menyeramkan. Ada banyak bangkai: ke mana-mana orang melemparkannya dengan diam-diam. Tuhan menjauh (ay. 12) dan membuat malapetaka kekelaman: matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah (ay. 9). Kelaparan akan datang melanda, dan juga kehausan. Nyanyian menjadi ratapan, mereka memakai kain kabung dengan kepala gundul sebagai tanda berkabung (ay. 10).

Nas minggu ini memperingatkan kita semua, jangan seolah kita telah mengikut Kristus maka menjadi aman selamat. Janganlah sibuk pada acara dan ritual ibadah semata termasuk jamuan kasih, memahami firman tapi dalam kenyataan mengabaikan kasih. Pusat keselamatan kita adalah Kristus, sehingga arah dan tindakan mestilah sama serupa dengan Kristus. Jangan menindas, bersikap arogan; tetaplah rendah hati, menjadi lebih baik di hadapan Tuhan. Pertobatan tidak pernah terlambat sebelum Tuhan memutuskan akan menghukum kita, sebagaimana penglihatan kepada nabi Amos. Semoga kita terus dimampukan untuk melakukannya.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

KABAR DARI BUKIT (Edisi 10 Juli 2022)

ACT – ACTION KASIH

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat-Ku Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi (Amos 7:7-8b)

Horas, syalom….
ACT ini viral lagi. Tetapi buruk. Aslinya, Aksi Cepat Tangggap, membantu yang kesusahan khususnya akibat bencana. Dikelola saudara kita di sebelah. Tapi menurut media, dana donasi diambil pengurus melebihi ketentuan Kementrian Sosial; Kehidupan pengurus pun tidak sesuai dengan visi misi; Yayasan, yang menurut aturan baku, pengurus tidak boleh menikmati, ternyata dilanggar. Lantas, pernyataan KPK bahwa ada dana yang mengalir mendukung teroris. ACT pun dipelesetkan menjadi Ayo Cepat Transfer. Menurut media, Yayasan ini akan ditutup. Sungguh ironi, niat baik untuk berbuat kasih berbuntut buruk.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini, dari Amos 7:7-17. Pasal 7 – 9 kitab ini menceritakan lima penglihatan nubuatan nabi Amos, terkait hukuman Allah yang akan dialami oleh kerajaan Israel. Dua penglihatan pertama telah menubuatkan hukuman. Tapi nabi Amos, seorang peternak desa,
memohon pengampunan. Allah pun setuju bersabar.

Penglihatan ketiga adalah nas minggu ini. Nabi Amos melihat Tuhan berdiri dekat sebuah tembok yang tegak lurus, dan di tangan-Nya ada tali sipat (ay. 7). Sipat adalah timah hitam yang dipakai para tukang, digantung dengan benang, untuk melihat tegak lurusnya dinding atau tiang bangunan. Jelas ini pesan Allah ingin menegakkan kebenaran dan keadilan, menghukum yang salah. Amos kembali memohon pengampunan, tetapi tidak lagi diberi kesempatan. “Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat-Ku Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi,” firman-Nya seperti di atas.

Melalui nas minggu ini, Allah berpesan: dosa pasti mempunyai konsekuensi. Dosa yang merupakan perbuatan melanggar firman-Nya, akan berdampak buruk. Ya, mungkin kadang Allah bersabar, apalagi jika hamba-Nya ikut memohon. Tetapi tidak selamanya demikian. Keadilan dan kebenaran, tetap harus ditegakkan.

Nabi Amos mengingatkan bangsa Israel, bahwa Allah menghukum bangsa Israel karena tidak memedulikan keadilan sosial. Orang miskin tidak diperhatikan, malah diperlakukan buruk (Am. 2:7; 4:1). Uang dan harta menjadi yang utama (3:10,15; 6:4-6). Ibadah dibuat megah, tetapi kasih nyata tidak diwujudkan bagi yang memerlukan. Bangsa Israel dipilih untuk menjadi teladan, menjalankan rencana Allah di kawasan dan bagi dunia; ternyata gagal!

Kasus ACT refleksi bagi kita dan gereja. Jangan terlalu terus mengutamakan ibadah, perayaannya. Jangan terlalu sibuk bernyanyi dan bersekutu, lupa memberi bagi yang memerlukan. Wujudkan kasih dengan nyata. Lihat kaum miskin dan yang membutuhkan kasih sayang dan pertolongan, agar tidak sesat. Penelitian dan disertasi saya menjelaskan hal ini juga, dana persembahan umat, sedikit sekali yang dipakai untuk pelayanan sosial dan kasih nyata.

Kehebatan dan keistimewaan manusia di masa lampau, jangan disombongkan. Itu bisa hilang dan diabaikan, seperti kepada bangsa Israel, umat pilihan-Nya dalam nas ini. Nubuatan ketiga ini bentuk kemarahan Allah terhadap mereka yang tidak bertobat, berpaling menjalankan perintah-Nya. Allah menghukum Israel untuk memberi pelajaran. Ini juga pesan kepada kita umat-Nya. Dia adalah Allah semesta. Allah mengasihi umat-Nya, mengajar dengan cara menghajar.

Mari melihat diri kita sendiri. Sudahkan cukup besar memberikan kasih nyata kepada yang membutuhkan, termasuk keluarga? Semoga demikian kita adanya.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, PERBUATLAH KASIH, MAKA ENGKAU AKAN HIDUP (Luk. 10:25-37), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 3 Juli 2022)

IMAN DAN PEMULIHAN

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel (2Raj. 5:8b)

Horas, syalom….
Ketaatan dan pemulihan melalui iman adalah tema firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini, yakni 2Raj. 5:1-14. Ini kisah Naaman, panglima raja Aram (Syria), yang sembuh dari penyakit kusta dengan mandi di sungai Yordan. Namun sesungguhnya ini kisah berantai, tentang cara Allah bekerja pada berbagai tipe manusia.

Atas nasihat gadis tawanan yang menjadi pembantunya, Naaman pergi menghadap raja Israel dengan surat pengantar dari raja Aram, agar dapat disembuhkan (ay. 2-5). Berbagai persembahan dibawanya, berharap raja Israel bersedia. Tetapi raja Israel malah marah, mengoyakkan pakaiannya, merasa dilecehkan (ay. 7). Namun nabi Elisa meminta agar mengirimkan Naaman kepadanya. Naaman pun datang. Nabi Elisa, tanpa keluar rumah, meminta Naaman pergi mandi tujuh kali di sungai Yordan. Naaman gusar. Kok? Tetapi pegawainya mengatakan, sebaiknya mencoba dan taat, dan Naaman melakukannya. Mukjizat pemulihan pun terjadi, penyakit kusta Naaman sembuh dan tahir (ay. 14).

Allah bekerja kadang berliku, tidak mudah ditangkap akal. Pada masa itu penyakit kusta jelas belum dapat disembuhkan. Tetapi Allah memakai semua orang, untuk mengambil bagian menjadi saksi bagi kebesaran-Nya. Seorang tawanan pembantu rumah dengan imannya berpikir sederhana, memberi informasi, ia ingin menolong tuannya meski bangsa lain, untuk sembuh dengan mengenalkan Allah Israel.

Raja Aram berpikir bahwa kuasa dan harta dapat menyelesaikan semua masalah. Ada salah pengertian, berpikir Raja Israel adalah manusia, raja biasa, sehingga ia meminta menyembuhkan, dengan hadiah, yang membuat raja Israel marah. Nabi Elisa melihat peluang bagus untuk menyatakan kebesaran Tuhannya, maka ia meminta Namaan dikirimkan kepadanya. Ketaatan Namaan akhirnya membuktikan, bahwa kuasa mukjizat Allah tidak mesti melalui proses yang rumit dan meriah. Cukup mandi tujuh kali di sungai Yordan.

Melalui nas minggu ini kita diajarkan beberapa hal. Pertama, kita semua diminta untuk ikut menjadi saksi kebesaran dan kekuasaan Allah. Tidak harus menjadi orang penting. Nyatakanlah bahwa Allah Israel, Allah yang kita kenal dalam Yesus Kristus, adalah Allah yang dahsyat, berkuasa atas semua umat manusia. Berikan informasi sekecil apapun, sebagai kesaksian, tuaian, pembuka pengenalan terhadap Allah kita.

Kedua, maklumi, penyampaian informasi mudah terdistorsi dan dibelokkan. Pembantu kecil mengatakan yang menyembuhkan Allah Israel melalui nabi Elisa, ternyata berbelok menjadi raja Israel yang tidak percaya mukjizat. Oleh karena itu, jika ada informasi tidak menyenangkan diterima, jangan cepat kesal, mergut, apalagi marah. Usahakan mencari informasi yang benar. Jangan juga cepat-cepat pasrah berserah. Allah bukanlah pembantu kita, melainkan kitalah pembantu-Nya untuk menyatakan kebaikan dan kebenaran.

Ketiga, iman dan ketaatan adalah inti semua solusi. Iman setia pembantu Namaan yang berani berbicara. Iman Elisa yang tahu Allah juga berkarya bagi mereka yang tidak mengenal-Nya. Iman pegawainya yang membuat Namaan taat. Iman menjadi kunci segalanya, sepanjang dilakoni untuk menyatakan kasih dan kemuliaan Tuhan.

Saudaraku dalam Kristus. Mungkin saat ini kita dalam situasi beban penyakit atau beban hidup lainnya. Jangan pernah putus harapan. Jangan juga terkesima dengan bentuk atau proses ritualnya. Allah tidak bekerja demikian. Bila dokter sudah angkat tangan, atau tidak punya dana dan daya, air putih yang kita minum dalam iman dan doa, akan menjadi “obat” mujarab bagi kesembuhan dari Allah. Mintalah kesediaan hamba Allah untuk ikut mendoakan (Yak. 5:14). Roh Allah dapat bekerja dengan perkataan saja (Mat. 8:13; Yoh. 5:9), apalagi dengan air putih. Dalam bidang lain juga sama, ketika jalan lain sudah buntu. Imanlah yang membuat segalanya mungkin bagi orang percaya, tetapi cobalah untuk taat dan jadikan kesaksian yang hidup.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, Tuaian Banyak Pekerja Sedikit (Luk. 10:1-11, 16-20), dengan mengklik

www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 26 Juni 2022)

JABATAN DAN PELAYANAN

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

“Anakku…, jadilah engkau seperti emas, sebab bila ada pun yang melontarkanmu ke lumpur atau selokan, engkau tetaplah emas”

Syalom….
Itulah pesan ayah saya sebelum saya berangkat sekolah ke Bandung. Dan saya berusaha tetap memegangnya. Sebab jika itu bekal dasar, maka kita tidak takut lagi menghadapi jalannya kehidupan. Kita akan berusaha terus untuk menjadi berkat emas berharga bagi banyak orang dan sekaligus melayani Tuhan. Memang tidak sempurna, tapi upaya menjadi lebih baik tetaplah dilakukan.

Jabatan dan pelayanan adalah tema firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini, yakni dari 2Raj. 2:1-14. Kisahnya tentang nabi Elia yang akan terangkat ke sorga, dan penggantinya nabi Elisa telah ditunjuk (ay. 3, 5). Namun ada kekhawatiran nabi Elisa, apakah dia akan mampu seperti Elia? Elia telah membuktikan kuasanya dengan memukulkan jubahnya ke atas air sungai Yordan, dan air itu terbelah sehingga mereka dapat melewatinya. Elisa kemudian meminta khusus, agar Elia mau memberikan dua bagian dari “kuasa” yang dimilikinya (ay. 9).

Elia dengan penuh hikmat berkata: “Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi” (ay. 9-10). Elia tahu bahwa kuasa yang dimilikinya berasal dari Tuhan dan hanya DIA yang berhak memberi. Tapi Elia memberi tanda, jika Elisa melihat ia terangkat ke sorga, maka kuasa itu akan ada padanya. Dan puji Tuhan, suksesi dan pelayanan berjalan baik.

Rasa takut di awal pasti ada ketika hendak memegang jabatan, sebagaimana Elisa ingin ada kepastian memiliki kuasa yang sama dengan Elia. Untuk itu Elisa tetap setia mengikuti Elia kemana pun ia pergi hingga melihat Elia terangkat ke sorga. Dan akhirnya kuasa yang sama diberikan Tuhan kepada Elisa, ia dapat membelah sungai Yordan (ay. 14). Elisa pun dapat merasakan kedahsyatan Allah yang dia sembah dan layani.

Jabatan adalah sesuatu yang dibuat manusia dalam organisasi untuk tempat mengabdi dan melayani. Oleh karena itu, kita senang melihat orang ingin memiliki jabatan. Mungkin agar ia lebih optimal dalam melayani. Tetapi hati kita miris jika melihat suksesi dan pelayanan seperti bergelut jabatan. Ada yang ingin tetap mempertahankan, ada yang membuat jabatan dengan membentuk organisasi baru. Malah ada yang menghalalkan segala cara demi meraih jabatan: sikut kiri kanan, meninggalkan teman, menyebar info bohong, dan sebagainya.

Firman Tuhan minggu ini mengajarkan kita hal penting tentang jabatan dan pelayanan, dengan meneladani Elisa. Pertama, Elisa setia dengan terus mengikuti Elia. Kedua, Elisa terus meningkatkan kemampuan dirinya. Ia semangat ingin belajar dan tidak membiarkan dirinya tanpa persiapan. Ketiga, mendapat dukungan dari kelompoknya, sebagaimana Elisa memperolehnya dari nabi-nabi yang lain (ay. 5-6).

Seperti pesan ayah saya di atas, keberhasilan menjalani kehidupan menjadi emas dibentuk oleh empat faktor: kemauan, kemampuan, karakter, dan kesempatan. Kemauan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik, didasari motivasi yang tulus dan siap melayani sesama dan Tuhan; kemampuan juga terus diasah dan dikembangkan. Karakter sangat menentukan, menjadi orang yang selalu berpikir positip dan penuh kasih dan pengampunan. Dan terakhir, kesempatan selalu Tuhan yang memberi, dan jalan Tuhan mestinya penuh damai.

Saudaraku, jika saat ini telah memiliki atau rindu akan jabatan, atau tidak memegang jabatan dan rindu melayani, ujilah dan belajarlah dari nabi Elisa. Jangan sampai peran yang dipegang bukan lagi sebagai berkat dan teladan bagi banyak orang. Dan tetaplah percaya, sepanjang motivasi memang baik dan dijalankan penuh kasih, Tuhan akan membuka jalan untuk kita dapat melayani lebih baik dan menyenangkan hati-Nya.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, Harga Mengikut Yesus (Luk. 9:51-62), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

Road To GAJA TOBA PULANG KAMPUNG 2022

Road to GT Pulkam
Turnamen Golf 2022

Terima kasih ke semua Pengurus dan Member Gaja Toba yang hadir pada pertemuan hari ini. Semoga program2 kerja yang kita rencanakan akan terlaksana dgn baik dan bermanfaat bagi kampung halaman kita yaitu Kawasan Danau Toba. Tuhan memberkati pelayanan kita 🙏🙏

KABAR DARI BUKIT (Edisi 19 Juni 2022)

WARISAN DAN BERKAT

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Syalom….
Bagi orang Batak (dan juga suku lain), tidak jarang masalah warisan menjadi sumber pertikaian, bahkan berujung kekerasan, kasus hukum, atau putus hubungan. Pemicu biasanya dasar pembagiannya. Ada yang ingin mengacu kepada hukum adat; yang tiap daerah bisa berbeda. Misalnya, ada hak atas rumah utama adalah bagi anak sulung, tapi ada daerah lain untuk yang bungsu. Ada juga penyebabnya perbedaan gender; berpendapat, anak perempuan tidak berhak sama sekali. Alasannya, mereka telah “dijual” kepada marga lain, jadi hak mereka dari suaminya. Tetapi hanya sedikit yang melihat, warisan orang tua adalah berkat bagi semua.

Persoalan senada di tengah bangsa kita saat ini, ada pada partai-partai politik, yang dituduh membangun oligarki. Anak-anak pendiri seolah menjadi pemilik takhta. Ini juga sering terjadi di kehidupan gereja – yang umumnya kharismatik. Padahal, jelas sekali, partai dibangun untuk kemajuan bangsa dan negara, dan gereja dibangun untuk kemuliaan Tuhan. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 12 Juni 2022)

HIKMAT ATAU KEMUNAFIKAN?

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Syalom…. Hari ini Minggu Trinitas, minggu yang meneguhkan iman percaya kita tentang Allah dalam tiga wujud, Satu hakekat: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ini satu seri rangkaian yakni Allah Bapa mengaruniakan Tuhan Yesus turun ke bumi di hari Natal; melayani, mati, dan bangkit serta naik ke sorga. Kemudian turunlah Roh Kudus yang kita rayakan minggu lalu.

Dan firman Tuhan bagi kita di minggu ini dari Ams. 8:1-31. Judul perikopnya: Wejangan hikmat. Renungan paralelnya menurut leksionari adalah Mzm. 8; Rm. 5:1-5 dan Yoh. 16:12-15. Dua nas terakhir renungannya dapat dibaca di website www.kabardaribukit.org. Amsal ini berbicara tentang hikmat. “Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya? …. Hai, para pria, kepadamulah aku berseru, kepada anak-anak manusia kutujukan suaraku” (ay. 1, 4).

Hikmat lebih berharga daripada permata (ay. 11). Maka manusia perlu mencarinya dan menemukan kebenaran yang sejati di dalam Tuhan Yesus, sebagaimana penulis Amsal Raja Salomo melihat dengan imannya keberadaan hikmat di dalam Tuhan Yesus. “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.” Ayat berikutnya menjelaskan bahwa anak manusia telah ada sebelum dunia dijadikan, sebelum air samudera raya ada, langit masih dipersiapkan, sebelum diberi batas kepada laut, Hikmat dan Tuhan Yesus telah ada (ay. 22-31).

Kini pertanyaan bagi kita, bagaimana kita menghargai hidup yang kita jalani saat ini? Apakah dengan banyaknya uang dan harta yang kita miliki? Atau, jabatan yang ada dan pernah kita pegang? Tentu baiknya tidak begitu. Apalagi, harta yang ada kita miliki diperoleh dari cara-cara yang tidak berkenan kepada Tuhan. Atau, jabatan yang kita emban saat ini, kita dapatkan dengan mengorbankan pertemanan dan persaudaraan, bahkan iman kita? Atau, kita emban jabatan tanpa ada tanggungjawab?

Janganlah sampai kita jauh dari lingkungan pertemanan dan persaudaraan. Terlebih, itu terjadi karena kita menilai diri sendiri terlalu berlebihan. Sebuah ilustrasi gambar memperlihatkan bahwa manusia yang menilai dirinya sangat hebat dan memandang kecil orang lain, sebenarnya ia seperti memandang dari atas bukit. Sebaliknya juga terjadi, bagi orang yang dipandang kecil tadi, dari bawah ia melihat orang yang diatas bukit juga kecil. Jadi, sami mawon, sarua wae, dos, sama saja.

Orang yang dalam pimpinan hikmat-Nya, hidupnya berharga di mata Allah dan juga menjadi berkat bagi sesama. Orang yang berhikmat takut akan Tuhan (Ams. 1:7). Ia membenci kejahatan dan tipu muslihat (ay. 13). Dalam hikmat ada pengetahuan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk melakukan hal yang baik dan benar, bertanggungjawab, serta nasihat, pengertian dan kekuatan (ay. 12-16).

Oleh karena itu, janganlah kita hidup di dalam dua dunia, satu kebenaran dari hikmat Tuhan, dan satu lagi dari kebenaran diri sendiri. Ini adalah kemunafikan. Tidak satunya kata-kata dengan perbuatan dan sikap hidup. “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah” (1Pet. 2:1).

Mari menanyakan diri kita, apakah sudah berhikmat dengan penuh kasih dan tidak mengorbankan orang lain untuk memperoleh apa yang kita dapatkan saat ini? Roh Kudus, Roh Kebenaran, itulah yang membimbing kita kepada kebenaran sejati, hidup seturut dengan firman Tuhan. “Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” (Mat. 23:28).

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, Memimpin ke dalam Kebenaran (Yoh. 16:12-15), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 5 Juni 2022)

PERPECAHAN ORGANISASI

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Syalom…. Saudaraku dalam kasih Yesus Kristus.
Di perkumpulan orang Batak, agak sering kita mendengar “perpecahan”. Suatu organisasi (disebut Punguan atau Parsadaan) dan tadinya berjalan bagus, tetapi kemudian muncul lagi organisasi serupa dengan pengurus yang berbeda. Ini biasa terlihat pada perkumpulan marga-marga, atau sub-marga, dan sering mengejutkan hati dan menguras pikiran.

Minggu ini adalah hari raya Pentakosta atau disebut juga dengan Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja. Firman Tuhan di Minggu hari ini dari Kej. 11:1-9. Ini cerita Menara Babel, yang pasti pernah kita dengar. Awalnya manusia satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya (ay. 6a). Tetapi kemudian manusia bersepakat dan berkata: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi” (ay. 4)

Melihat hal ini, Tuhan mengambil sikap: “Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing” (ay. 6b-7). “Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel” (ay. 8b-9).

Kembali ke masalah “perpecahan” dalam perkumpulan orang Batak, mengapa hal itu terjadi? Apakah itu hal baik atau selalu buruk dan negatif?

Falsafah budaya orang Batak adalah Dalihan Na Tolu (Tungku Berkaki Tiga), yakni hubungan tripartit Dongan Tubu (rekan semarga), Hula-hula (marga istri) dan Boru (perempuan semarga dengan laki-laki). Prinsip utama tiga tungku ini, bersikap hormat kepada hula-hula, bersikap kasih mengayomi kepada boru, dan bersikap kasih menghargai kepada dongan tubu. Jadi dalam keseharian atau acara/ritual, seseorang bisa menjadi hula-hula yang dihormati, tapi kadang dia menjadi boru bila bertemu semarga dengan istrinya. Prinsip ini membuat kesetaraan, egaliter, sebagaimana tiga tungku memiliki peran dan kedudukan yang sama.

Menurut Dr. Andar Lumbantobing dalam bukunya Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak (BPK Gunung Mulia, 1996), orang Batak memiliki sifat-sifat keprajuritan yang gemar berkelahi, pertikaian kelompok; meski orang Batak bukanlah pendendam. Maka selain kesetaraan tadi, hal ini mendorong persaingan yang tinggi. Selain itu, orang Batak juga menghargai sahala ni tohonan (wibawa jabatan), yang sering dikejar sebagaimana hasangapon dalam konsep 3H (hamoraon= kekayaan, hagabean = beranak laki-laki dan perempuan, dan hasangapon =kehormatan, kemuliaan); sebagai tujuan hidup, sesuai lagu Marragam-ragam (Beraneka-ragam) yang sangat populer.

Oleh karena itu terjadinya “perpecahan” organisasi, tidak perlu kita melihatnya sebagai hal negatif. Memang disayangkan, tapi tidak perlu ditangisi. Sebagaimana pada gereja juga terjadi “perpecahan” sejak awal hingga saat ini, ternyata memberi dampak positif, sepanjang dasar berpisah dan kemandiriannya adalah untuk dapat lebih baik dan optimal melayani Tuhan dan sesama. Kita bisa membayangkan, seandainya gereja-gereja tetap dalam satu wadah denominasi, maka tidak akan terjadi pertumbuhan umat Kristiani seperti saat ini.

Hal yang perlu kita pelajari dan cermati, ketika berpisah dan mandiri, maka pelayanan kepada anggota perkumpulan haruslah lebih baik. Jangan juga seperti Menara Babel, motif mendirikannya untuk mencari nama (ay. 4), sahala, kehormatan, namun manfaat dan pelayanan bagi anggota tidak lebih baik. Apalagi jika motif untuk berpisah didasari sifat TEL (Teal=sombong, Elat=irihati, Late=dengki dan merusak); tentu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita semakin berkarya bagi sesama bersama Roh Kudus yang tercurah hari ini.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, YESUS DAN ROH KUDUS (Yoh. 14:8-17), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!