KABAR DARI BUKIT (Edisi 13 November 2022)

BERSYUKUR DAN BERTANGGUNGJAWAB

Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi

Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku! (Yes. 12:2)

Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini, diambil dari kitab Yes. 12 yang berisi enam ayat. Tema pokoknya: “Nyanyian syukur atas keselamatan”. Ini pujian bangsa Israel kepada Allah atas kesetiaan dan pemenuhan janji-Nya, meski kadang Allah murka dan menghukum; dan kita juga saat ini bersyukur telah diselamatkan melalui Tuhan Yesus, penggenapan semua janji-Nya.

Alkitab menegaskan bahwa setiap manusia dipanggil untuk dua hal. Pertama, dalam Rm. 8, kita dipanggil untuk masuk ke dalam keselamatan dan kebenaran di dalam Kristus. Kedua, pada Kej 1:28, sejak awal bumi dibentuk, manusia dpanggil menerima mandat budaya, mengelola bumi dan juga beranak cucu. Pada 1Kor. 12, dituliskan panggilan berkarya sesuai talenta dan karunia rohani yang diberikan.

Mungkin kita belum melakukan panggilan itu secara optimal, atau sering gagal, terlebih dengan godaan dunia dan iblis serta ego ingin ditinggikan. Kadang kita mengalami masa-masa sulit, seperti permasalahan keluarga, pekerjaan atau organisasi, atau bahkan sakit-penyakit atau dampak covid terhadap pekerjaan dan lainnya. Masalah selalu ada, pergumulan datang, tetapi Allah setia dan penuh kasih. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 6 November 2022)

KUATKANLAH HATIMU

Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi

Tetapi sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri (Hag. 2:4)

Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini, diambil dari kitab Hagai 1:15b-2:9. Renungan kita sesuai kalender gerejawi masih dari Perjanjian Lama leksionari tahun C, yang kini bersisa dua minggu lagi. Selanjutnya kita akan masuk ke Minggu Adven dan memulai leksionari tahun A.

Nabi Hagai adalah salah satu yang sempat menikmati Bait Allah yang dibangun Raja Salomo dengan megahnya. Bait ini kemudian dihancurkan Nebukadnezar setelah menduduki Israel, dan penduduknya dibuang ke Babel. Kekaisaran Babel kemudian ditaklukkan oleh kekaisaran Persia. Raja Koresh, penguasa baru, yang hatinya telah digerakkan oleh Tuhan, menyetujui pembangunan kembali bait Allah tersebut, dan meminta pulang ke Yerusalem sebagian kecil orang untuk membangunnya (Ez. 1:1). Namun orang Samaria dan bangsa lain sekitarnya, menentang pembangunan ini, yang membuat orang Israel menjadi lesu dan pembangunannya terhenti (Ez. 4:24).

Nabi Hagai kemudian dipanggil oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan kepada gubernur Zerubabel, imam besar Yoshua, dan rakyat negeri, agar pembangunan bait Allah diteruskan. “Kuatkanlah hatimu,” sampai dinyatakan tiga kali, agar umat semangat dan tidak kendor hati. “Bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam” (ay. 4). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 30 Oktober 2022)

IMAN DAN DUA CARA BERSERAH

Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi

Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya (Hab. 2:4)

Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini dari Hab. 1:1-4; 2:1-4. Nas ini dari dua pasal: pertama, berbicara tentang keluhan nabi karena ketidaksetiaan; dan pasal kedua tentang orang yang benar akan hidup oleh karena percayanya. Perikop terakhir ini sama dengan kitab PB yang menuliskan, “Orang benar akan hidup oleh iman” (Rm. 1:17; Gal. 3:11; Ibr. 10:38).

Saya tertarik pada sebuah postingan di grup WA yang menuliskan, “aku menyerahkan pergumulanku kepada Tuhan.” Saya tidak tahu persis masalah dan pergumulannya, tetapi saya perlu sampaikan bahwa pernyataan itu bisa benar dan bisa salah. Kenapa? Karena iman yang salah akan menghasilkan sikap dan perbuatan yang salah.

Ketika dihadapkan pada masalah atau pergumulan, ada dua cara untuk kita berserah kepada Tuhan; keduanya tetap dalam bingkai iman yakni kita percaya Tuhan ada dan mampu menolong kita. Cara pertama berserah, melalui pikiran atau kecerdasan intelektual. Melalui pikiran kita dapat bertanya: mengapa hal itu terjadi? Apa yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikannya? Contoh sederhana. Jika sakit batuk, minumlah obat batuk, tentu diiringi doa. Tidak elok kita meminta Tuhan langsung membereskan semua masalah, padahal kita mampu melakukan sesuatu. Jangan juga cepat berkeluh seperti nas minggu ini: “Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, …. Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan?” (ay. 2-3). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 23 Oktober 2022)

MENYAMBUT PELANGI

Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi

Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan (Yoel 2:32)

Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Yoel 2:23-32. Nas ini dua bagian: pertama tentang “Janji Tuhan kepada bangsa yang bertobat” (ay. 18-27); dan kedua, tentang “Hari Tuhan” (ay. 28-32). Bangsa Israel telah menderita oleh hukuman, dan Tuhan menyesal (ay. 13). Maka melalui Nabi Yoel, Allah memberi janji jika mereka bertobat, melalui hati yang koyak berefleksi dari pengalaman buruknya.

Allah menjanjikan pemulihan sisi materi dan sisi rohani. Firman-Nya, “Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, ….” (ay. 23-24). Pada sisi rohani Allah berfirman, “Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, …, Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi” (ay. 28, 30).

Badai pasti berlalu. Demikianlah kecendrungan pandemi covid saat ini. Tatkala varian Omicron yang lebih “lemah” muncul, dan penduduk semakin banyak yang divaksin, kehidupan seakan kembali mulai normal. Mal, pasar, pesta di gedung, jalanan, mulai ramai kembali. Tetapi kita tidak boleh terlena; selain waspada, kita perlu mencari hikmah dari badai covid tersebut. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 16 Oktober 2022)

RINDU PERUBAHAN

Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi

Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Yer. 31:33)

Salam dalam kasih Kristus.
Setelah beberapa minggu lalu firman Tuhan yang diberikan bagi kita tentang penghukuman (bangsa Israel), kini kabar baik disampaikan Nabi Yeremia. “Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir” (ay. 31-32a).

Sebagai orang tua, ketika anak kita berperilaku tidak seperti yang kita kehendaki dan jauh dari firman Tuhan, kita merasa kecewa, marah dan mungkin menghukum. Tetapi semarah-marahnya, hati kita akan berbalik ketika melihat anak semakin menderita, memelas; dan di sisi lain, kita melihat mereka jatuh terjebak dan tidak berdaya, kalah melawan hasrat dunia dan kedagingan. Mereka pasti rindu akan pemulihan dan perubahan. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 9 Oktober 2022)

KEKUATAN BERFIKIR POSITIF

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11)

Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini, Yer. 29:1, 4-7. Ini tentang surat Nabi Yeremia kepada umat Israel yang sedang dalam pembuangan (ay. 1). Minggu lalu kita diberitahu, bahwa penderitaan umat semasa diangkut dari Yerusalem dan dibuang ke Babel, sangatlah berat, mengingatkan kembali ke era perbudakan di Mesir (lihat minggu lalu).

Ada beberapa hal yang disampaikan Nabi Yeremia pada umat dan menjadi pelajaran bagi kita juga. Pertama, tidak perlu menangisi apa yang sudah terjadi, tetapi lanjutkanlah hidup. Nabi Yeremia mengatakan, “Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya” (ay. 25). Artinya, tidak ada gunanya meratapi kenahasan nasib, tetapi lebih baik menghadapi realitas dan tantangan ke depan, mempersiapkan diri dengan tegak kepala. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 2 Oktober 2022)

MENANTI DENGAN DIAM
Rivers of Babylon

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya (Rat. 3:22)

Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan sesuai leksionari bagi kita di hari Minggu ini cukup memilukan, dari Rat. 3:19-26. Nas ini disandingkan juga dengan Mzm. 137, yang dipopulerkan melalui lagu Boney M, Rivers of Babylon.

Kedua nas dan lagu tersebut menceritakan penderitaan pahit bangsa Israel, saat mereka dibuang ke Babel. “Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu. Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku” (ay. 19-20).

“Di tepi sungai Babel, di sanalah kita duduk… Kita menangis, ketika mengingat Sion,” tutur syair lagu di bait pertama.

Bangsa Israel dihukum karena ketidaksetiaan, sebab mereka menyembah allah-allah lain, dan tidak peduli terhadap kaum miskin dan yang membutuhkan pertolongan. Nabi Yeremia dan nabi lain sebenarnya sudah lama mengingatkan, bahkan masa empat raja berkuasa. Tetapi bangsa itu tidak mendengarkan, terus dengan kebebalan mereka. Dan akhirnya, ketidaksabaran Tuhan pun tiba; mereka dibuang, dihukum. Era kejayaan kerajaan Israel, runtuh dan punah! Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 25 September 2022)

WAHYU KEPADAKU

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Maka tahulah aku, bahwa itu adalah firman TUHAN (Yer. 32:8b)

Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan bagi kita di Minggu berbahagia hari ini dari Yer. 32:1-3a, 6-15. Ini kisah tentang Nabi Yeremia yang dipenjara oleh karena bernubuat tentang kejatuhan Israel. “Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menyerahkan kota ini ke dalam tangan raja Babel, supaya ia mendudukinya; …. Apabila kamu berperang melawan orang Kasdim itu, kamu tidak akan beruntung!” (ay. 3, 5b).

Nubuatan itu jelas kritik pedas. Sebenarnya nabi Yeremia juga memberi jalan keluar melalui pesan kiasan. Yeremia berkata bahwa ia menerima wahyu agar membeli dari sepupunya sebidang tanah. Tidak masuk akal membeli tanah di tengah situasi memburuk saat itu; perang, kelaparan, penyakit sampar melanda, dan kota Yerusalem akan jatuh (ay. 23-24). Namun ternyata, benar, sepupunya datang kepadanya dan berkata: “Belilah ladangku yang di Anatot itu, sebab engkaulah yang mempunyai hak tebus untuk membelinya” (ay. 6-8, 23-24).

Merasa itu adalah nubuatan firman Tuhan yang benar kepadanya (ay. 8), ia pun taat membelinya. Sesuai pesan wahyu, nabi Yeremia membuat surat pembelian bermeterai di depan para saksi yang ikut menandatangani, dan juga di depan semua orang Yehuda yang hadir. Yeremia pun berkata kepada Barukh: “Ambillah surat-surat ini, baik surat pembelian yang dimeteraikan itu maupun salinan yang terbuka ini, taruhlah semuanya itu dalam bejana tanah, supaya dapat tahan lama. Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Rumah, ladang dan kebun anggur akan dibeli pula di negeri ini!” (ay. 10-15). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 18 September 2022)

SAKIT HATI

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Mengapakah mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan patung-patung mereka, dengan dewa-dewa asing yang sia-sia? (Yer. 8:19b)

Salam dalam kasih Kristus.
Kita pasti pernah merasakan kesedihan yang dalam. Misalnya, kehilangan orang-orang yang kita kasihi, dipanggil Tuhan kepangkuan-Nya, atau yang kita kasihi pergi menjauh dengan marah dan tidak mau bersama kita lagi. Saya membayangkan hal ini terjadi jika anak yang kita kasihi jatuh ke dalam jerat narkoba. Atau anak kita menikah dengan orang yang tidak seiman, kemudian membenci menganggap iman kita salah.

Banyak kisah yang kita baca tentang perilaku anak yang terjerat narkoba. Mereka tidak lagi memedulikan orang tua, kakak adik, dan sesamanya; hidupnya telah diserahkan kepada racun kehidupan itu. Dampaknya sering lebih buruk lagi, mereka mencuri dan tega melakukan hal-hal yang menyakiti orang lain. Dosa berbuahkan dosa.

Demikianlah Allah merasakan kesedihan yang dalam tatkala bangsa Israel yang dikasihi-Nya, berpaling kepada allah-allah lain. Umat Israel menyembah patung dan dewa-dewa asing (ay. 19). Ratapan inilah yang disampaikan Allah melalui Nabi Yeremia, melalui nas bacaan kita di hari Minggu yang berbahagia ini, yakni Yer. 8: 8:18-9:1. “Tidak tersembuhkan kedukaan yang menimpa diriku, hatiku sakit pedih. …. Sudah lewat musim menuai, sudah berakhir musim kemarau, tetapi kita belum diselamatkan juga! …. Tidak adakah balsam di Gilead? Tidak adakah tabib di sana? Mengapakah belum datang juga kesembuhan luka puteri bangsaku?” (ay. 18, 20-22). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 11 September 2022)

PINTAR BERBUAT JAHAT

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Sekarang Aku sendiri akan menjatuhkan hukuman atas mereka (Yer. 4:12b)

Salam dalam kasih Kristus.
Saya sangat suka ayat Alkitab Yak. 4:17, dan sedikit ragu, apakah semua orang Kristen tahu dan menyadari maknanya? “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Ngeri-ngeri sedap ya ayatnya…, sebab situasi ini sering kita hadapi, dan kita agaknya lebih cenderung berpaling atau berkelit.

Inilah yang dihadapi oleh Nabi Yeremia ketika harus menyampaikan kenyataan pahit, bahwa Allah sedang marah besar dan menghukum bangsa Israel. Kisah itulah nas bacaan kita di hari Minggu ini, Yer. 4:11-12, 22-28, tentang pesan Allah agar bangsa Israel bertobat. Pesannya pun sangat keras! “Sungguh, bodohlah umat-Ku itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu” (ayat 22).

Nabi Yeremia kemudian menjabarkan hukuman yang dilakukan Allah terhadap bangsa itu. “Angin panas dari bukit-bukit gundul di padang gurun bertiup ke arah puteri umat-Ku; bukan untuk menampi dan bukan untuk membersihkan, melainkan angin yang keras datang atas perintah-Ku” (ay. 11). “Aku melihat bumi, ternyata campur baur dan kosong, dan melihat kepada langit, tidak ada terangnya…, kepada gunung-gunung, ternyata goncang; dan seluruh bukitpun goyah. Aku melihat, ternyata tidak ada manusia, dan semua burung di udara sudah lari terbang. Aku melihat, ternyata tanah subur sudah menjadi padang gurun, dan segala kotanya sudah runtuh di hadapan TUHAN, di hadapan murka-Nya yang menyala-nyala! (ay. 23-26).

Hukuman berat ini masih dilanjutkan. “Seluruh negeri ini akan menjadi sunyi sepi, tetapi Aku tidak akan membuatnya habis lenyap. Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu” (ay. 27-28).

Tidak terbayangkan dan ini menjadi salah satu gambaran pemusnahan di akhir zaman; bukan saja untuk dunia, tetapi juga untuk bangsa dan pribadi!!

Dua hari lalu dalam renungan di Radio Heartline, saya menyampaikan bahwa sebagai orang percaya, kita tidak boleh hanya bersyukur bahwa anugerah keselamatan telah diberikan, sola gratia. Bayangan masuk sorga pun timbul dengan percaya kepada Tuhan Yesus; dosa-dosa kita telah ditebus dengan Yesus mati tersalib. Tetapi, janganlah lupa, doktrin Kekritenan dan isi Alkitab menegaskan, ada ujian tiap hari yang mesti kita lalui, yang disebut sebagai ketekunan orang percaya. Percaya hanyalah sebuah awal proses, dan ujian ketaatan dan ketekunan akan berlangsung terus sepanjang hidup.

Ketekunan orang percaya inilah mesti kita jalani dan lewati, agar keselamatan berdasar anugerah dapat kita terima; kita jaga, pertahankan dan lulus. Dalam hal ini, ada beberapa ukuran yang perlu kita lihat dan pakai secara mudah dalam kehidupan sehari-hari:

1. Apakah kita hidup bukan lagi untuk diri kita, tetapi untuk Tuhan? Ini bukan berarti kita harus menjadi hamba Tuhan dan aktif di gereja, tetapi tujuan hidup kita sudah fokus menjadi alat kemuliaan Tuhan. Kita bisa saja menjadi pekerja, pengusaha, petani, dan lainnya, tapi hidup kita telah dipakai oleh-Nya.
2. Apakah kita hidup selalu mengandalkan Tuhan dan dalam kebenaran Alkitab?
3. Apakah kita hidup selalu penuh kasih, kerendahan hati, selalu mengalah?
4. Apakah dalam hidup kita, tidak lagi ada kebencian, permusuhan, bahkan ingin menyakiti orang lain?
5. Apakah kita sudah suka berbagi dan terbaik yang kita berikan?
6. Apakah kita merasa tidak diberkati, bahkan “dihukum” Tuhan, seperti ayat 12b di atas?

Bagaimana dengan kita tentang semua itu? Janganlah kita pintar berbuat jahat, dan tidak tahu berbuat baik. Janganlah hati kita menjadi tumpul, tidak peduli dan peka. Bila kita percaya diselamatkan, isilah penuh tanggungjawab. Semoga tidak seorang pun berkata: au ah gelap, EGP.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut leksionari hari ini, Ada Sukacita karena Satu Orang Bertobat (Luk. 15:1-10), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!