KABAR DARI BUKIT (Edisi 17 Juli 2022)

IBADAH YANG BERCELA

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

“TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub:
“Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!” (Amos 8:7)

Horas, syalom….
Firman Tuhan bagi kita di hari yang berbahagia ini dari Amos 8:1-12. Ini kelanjutan renungan minggu lalu (Amos 7:7-17), yang melalui penglihatan ketiga kepada nabi Amos, mengingatkan Israel dan kita semua, agar selalu memperhatikan orang miskin dan yang memerlukan pertolongan. Penglihatan keempat adalah nas minggu ini. Tuhan menunjukkan buah-buahan musim kemarau dalam bakul kepada nabi Amos. Buah-buahan adalah simbol persembahan umat kepada Allah di altar.

Tetapi Tuhan berkata kepada Amos: “Kesudahan telah datang bagi umat-Ku Israel. Aku tidak akan memaafkannya lagi.
Nyanyian-nyanyian di tempat suci akan menjadi ratapan pada hari itu” (ay. 2b-3a). Tuhan telah marah, bangsa Israel tidak lagi menunjukkan perubahan dan pertobatan. Doa nabi Amos telah didengar dan dikabulkan di dua peringatan sebelumnya, tetapi kini Tuhan melihat tidak ada kemauan pertobatan lagi.

Pada masa itu orang-orang kaya Israel memberi upah pekerja sangat rendah dan mencurangi, pedagang menjual terigu yang busuk. Semua mereka rancang menginjak hak orang miskin dan lemah. Tidak ada rasa takut. Ini terjadi karena umat merasa adalah bangsa pilihan. Mereka rajin beribadah di Bait Alah, menyanyi, berdoa dan memberi persembahan. Umat dan pemimpin lebih fokus pada megahnya bangunan, riuhnya ibadah raya, dan mengutamakan kepentingan mereka sendiri.

Ibadah mereka jalankan dan memberi persembahan menurut ukuran manusia. Semua berpikir itu akan menyenangkan hati Tuhan. Tetapi Tuhan ternyata tidak melihat itu. Tuhan ingin agar umat lebih banyak berbuat konkrit. Nyata. Jangan menipu, jangan berlaku curang. Jangan berpikir yang utama adalah keuntungan semata.

Kemarahan Tuhan digambarkan begitu menyeramkan. Ada banyak bangkai: ke mana-mana orang melemparkannya dengan diam-diam. Tuhan menjauh (ay. 12) dan membuat malapetaka kekelaman: matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah (ay. 9). Kelaparan akan datang melanda, dan juga kehausan. Nyanyian menjadi ratapan, mereka memakai kain kabung dengan kepala gundul sebagai tanda berkabung (ay. 10).

Nas minggu ini memperingatkan kita semua, jangan seolah kita telah mengikut Kristus maka menjadi aman selamat. Janganlah sibuk pada acara dan ritual ibadah semata termasuk jamuan kasih, memahami firman tapi dalam kenyataan mengabaikan kasih. Pusat keselamatan kita adalah Kristus, sehingga arah dan tindakan mestilah sama serupa dengan Kristus. Jangan menindas, bersikap arogan; tetaplah rendah hati, menjadi lebih baik di hadapan Tuhan. Pertobatan tidak pernah terlambat sebelum Tuhan memutuskan akan menghukum kita, sebagaimana penglihatan kepada nabi Amos. Semoga kita terus dimampukan untuk melakukannya.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

KABAR DARI BUKIT (Edisi 10 Juli 2022)

ACT – ACTION KASIH

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat-Ku Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi (Amos 7:7-8b)

Horas, syalom….
ACT ini viral lagi. Tetapi buruk. Aslinya, Aksi Cepat Tangggap, membantu yang kesusahan khususnya akibat bencana. Dikelola saudara kita di sebelah. Tapi menurut media, dana donasi diambil pengurus melebihi ketentuan Kementrian Sosial; Kehidupan pengurus pun tidak sesuai dengan visi misi; Yayasan, yang menurut aturan baku, pengurus tidak boleh menikmati, ternyata dilanggar. Lantas, pernyataan KPK bahwa ada dana yang mengalir mendukung teroris. ACT pun dipelesetkan menjadi Ayo Cepat Transfer. Menurut media, Yayasan ini akan ditutup. Sungguh ironi, niat baik untuk berbuat kasih berbuntut buruk.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini, dari Amos 7:7-17. Pasal 7 – 9 kitab ini menceritakan lima penglihatan nubuatan nabi Amos, terkait hukuman Allah yang akan dialami oleh kerajaan Israel. Dua penglihatan pertama telah menubuatkan hukuman. Tapi nabi Amos, seorang peternak desa,
memohon pengampunan. Allah pun setuju bersabar.

Penglihatan ketiga adalah nas minggu ini. Nabi Amos melihat Tuhan berdiri dekat sebuah tembok yang tegak lurus, dan di tangan-Nya ada tali sipat (ay. 7). Sipat adalah timah hitam yang dipakai para tukang, digantung dengan benang, untuk melihat tegak lurusnya dinding atau tiang bangunan. Jelas ini pesan Allah ingin menegakkan kebenaran dan keadilan, menghukum yang salah. Amos kembali memohon pengampunan, tetapi tidak lagi diberi kesempatan. “Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat-Ku Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi,” firman-Nya seperti di atas.

Melalui nas minggu ini, Allah berpesan: dosa pasti mempunyai konsekuensi. Dosa yang merupakan perbuatan melanggar firman-Nya, akan berdampak buruk. Ya, mungkin kadang Allah bersabar, apalagi jika hamba-Nya ikut memohon. Tetapi tidak selamanya demikian. Keadilan dan kebenaran, tetap harus ditegakkan.

Nabi Amos mengingatkan bangsa Israel, bahwa Allah menghukum bangsa Israel karena tidak memedulikan keadilan sosial. Orang miskin tidak diperhatikan, malah diperlakukan buruk (Am. 2:7; 4:1). Uang dan harta menjadi yang utama (3:10,15; 6:4-6). Ibadah dibuat megah, tetapi kasih nyata tidak diwujudkan bagi yang memerlukan. Bangsa Israel dipilih untuk menjadi teladan, menjalankan rencana Allah di kawasan dan bagi dunia; ternyata gagal!

Kasus ACT refleksi bagi kita dan gereja. Jangan terlalu terus mengutamakan ibadah, perayaannya. Jangan terlalu sibuk bernyanyi dan bersekutu, lupa memberi bagi yang memerlukan. Wujudkan kasih dengan nyata. Lihat kaum miskin dan yang membutuhkan kasih sayang dan pertolongan, agar tidak sesat. Penelitian dan disertasi saya menjelaskan hal ini juga, dana persembahan umat, sedikit sekali yang dipakai untuk pelayanan sosial dan kasih nyata.

Kehebatan dan keistimewaan manusia di masa lampau, jangan disombongkan. Itu bisa hilang dan diabaikan, seperti kepada bangsa Israel, umat pilihan-Nya dalam nas ini. Nubuatan ketiga ini bentuk kemarahan Allah terhadap mereka yang tidak bertobat, berpaling menjalankan perintah-Nya. Allah menghukum Israel untuk memberi pelajaran. Ini juga pesan kepada kita umat-Nya. Dia adalah Allah semesta. Allah mengasihi umat-Nya, mengajar dengan cara menghajar.

Mari melihat diri kita sendiri. Sudahkan cukup besar memberikan kasih nyata kepada yang membutuhkan, termasuk keluarga? Semoga demikian kita adanya.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, PERBUATLAH KASIH, MAKA ENGKAU AKAN HIDUP (Luk. 10:25-37), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 3 Juli 2022)

IMAN DAN PEMULIHAN

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel (2Raj. 5:8b)

Horas, syalom….
Ketaatan dan pemulihan melalui iman adalah tema firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini, yakni 2Raj. 5:1-14. Ini kisah Naaman, panglima raja Aram (Syria), yang sembuh dari penyakit kusta dengan mandi di sungai Yordan. Namun sesungguhnya ini kisah berantai, tentang cara Allah bekerja pada berbagai tipe manusia.

Atas nasihat gadis tawanan yang menjadi pembantunya, Naaman pergi menghadap raja Israel dengan surat pengantar dari raja Aram, agar dapat disembuhkan (ay. 2-5). Berbagai persembahan dibawanya, berharap raja Israel bersedia. Tetapi raja Israel malah marah, mengoyakkan pakaiannya, merasa dilecehkan (ay. 7). Namun nabi Elisa meminta agar mengirimkan Naaman kepadanya. Naaman pun datang. Nabi Elisa, tanpa keluar rumah, meminta Naaman pergi mandi tujuh kali di sungai Yordan. Naaman gusar. Kok? Tetapi pegawainya mengatakan, sebaiknya mencoba dan taat, dan Naaman melakukannya. Mukjizat pemulihan pun terjadi, penyakit kusta Naaman sembuh dan tahir (ay. 14).

Allah bekerja kadang berliku, tidak mudah ditangkap akal. Pada masa itu penyakit kusta jelas belum dapat disembuhkan. Tetapi Allah memakai semua orang, untuk mengambil bagian menjadi saksi bagi kebesaran-Nya. Seorang tawanan pembantu rumah dengan imannya berpikir sederhana, memberi informasi, ia ingin menolong tuannya meski bangsa lain, untuk sembuh dengan mengenalkan Allah Israel.

Raja Aram berpikir bahwa kuasa dan harta dapat menyelesaikan semua masalah. Ada salah pengertian, berpikir Raja Israel adalah manusia, raja biasa, sehingga ia meminta menyembuhkan, dengan hadiah, yang membuat raja Israel marah. Nabi Elisa melihat peluang bagus untuk menyatakan kebesaran Tuhannya, maka ia meminta Namaan dikirimkan kepadanya. Ketaatan Namaan akhirnya membuktikan, bahwa kuasa mukjizat Allah tidak mesti melalui proses yang rumit dan meriah. Cukup mandi tujuh kali di sungai Yordan.

Melalui nas minggu ini kita diajarkan beberapa hal. Pertama, kita semua diminta untuk ikut menjadi saksi kebesaran dan kekuasaan Allah. Tidak harus menjadi orang penting. Nyatakanlah bahwa Allah Israel, Allah yang kita kenal dalam Yesus Kristus, adalah Allah yang dahsyat, berkuasa atas semua umat manusia. Berikan informasi sekecil apapun, sebagai kesaksian, tuaian, pembuka pengenalan terhadap Allah kita.

Kedua, maklumi, penyampaian informasi mudah terdistorsi dan dibelokkan. Pembantu kecil mengatakan yang menyembuhkan Allah Israel melalui nabi Elisa, ternyata berbelok menjadi raja Israel yang tidak percaya mukjizat. Oleh karena itu, jika ada informasi tidak menyenangkan diterima, jangan cepat kesal, mergut, apalagi marah. Usahakan mencari informasi yang benar. Jangan juga cepat-cepat pasrah berserah. Allah bukanlah pembantu kita, melainkan kitalah pembantu-Nya untuk menyatakan kebaikan dan kebenaran.

Ketiga, iman dan ketaatan adalah inti semua solusi. Iman setia pembantu Namaan yang berani berbicara. Iman Elisa yang tahu Allah juga berkarya bagi mereka yang tidak mengenal-Nya. Iman pegawainya yang membuat Namaan taat. Iman menjadi kunci segalanya, sepanjang dilakoni untuk menyatakan kasih dan kemuliaan Tuhan.

Saudaraku dalam Kristus. Mungkin saat ini kita dalam situasi beban penyakit atau beban hidup lainnya. Jangan pernah putus harapan. Jangan juga terkesima dengan bentuk atau proses ritualnya. Allah tidak bekerja demikian. Bila dokter sudah angkat tangan, atau tidak punya dana dan daya, air putih yang kita minum dalam iman dan doa, akan menjadi “obat” mujarab bagi kesembuhan dari Allah. Mintalah kesediaan hamba Allah untuk ikut mendoakan (Yak. 5:14). Roh Allah dapat bekerja dengan perkataan saja (Mat. 8:13; Yoh. 5:9), apalagi dengan air putih. Dalam bidang lain juga sama, ketika jalan lain sudah buntu. Imanlah yang membuat segalanya mungkin bagi orang percaya, tetapi cobalah untuk taat dan jadikan kesaksian yang hidup.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, Tuaian Banyak Pekerja Sedikit (Luk. 10:1-11, 16-20), dengan mengklik

www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 26 Juni 2022)

JABATAN DAN PELAYANAN

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

“Anakku…, jadilah engkau seperti emas, sebab bila ada pun yang melontarkanmu ke lumpur atau selokan, engkau tetaplah emas”

Syalom….
Itulah pesan ayah saya sebelum saya berangkat sekolah ke Bandung. Dan saya berusaha tetap memegangnya. Sebab jika itu bekal dasar, maka kita tidak takut lagi menghadapi jalannya kehidupan. Kita akan berusaha terus untuk menjadi berkat emas berharga bagi banyak orang dan sekaligus melayani Tuhan. Memang tidak sempurna, tapi upaya menjadi lebih baik tetaplah dilakukan.

Jabatan dan pelayanan adalah tema firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini, yakni dari 2Raj. 2:1-14. Kisahnya tentang nabi Elia yang akan terangkat ke sorga, dan penggantinya nabi Elisa telah ditunjuk (ay. 3, 5). Namun ada kekhawatiran nabi Elisa, apakah dia akan mampu seperti Elia? Elia telah membuktikan kuasanya dengan memukulkan jubahnya ke atas air sungai Yordan, dan air itu terbelah sehingga mereka dapat melewatinya. Elisa kemudian meminta khusus, agar Elia mau memberikan dua bagian dari “kuasa” yang dimilikinya (ay. 9).

Elia dengan penuh hikmat berkata: “Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi” (ay. 9-10). Elia tahu bahwa kuasa yang dimilikinya berasal dari Tuhan dan hanya DIA yang berhak memberi. Tapi Elia memberi tanda, jika Elisa melihat ia terangkat ke sorga, maka kuasa itu akan ada padanya. Dan puji Tuhan, suksesi dan pelayanan berjalan baik.

Rasa takut di awal pasti ada ketika hendak memegang jabatan, sebagaimana Elisa ingin ada kepastian memiliki kuasa yang sama dengan Elia. Untuk itu Elisa tetap setia mengikuti Elia kemana pun ia pergi hingga melihat Elia terangkat ke sorga. Dan akhirnya kuasa yang sama diberikan Tuhan kepada Elisa, ia dapat membelah sungai Yordan (ay. 14). Elisa pun dapat merasakan kedahsyatan Allah yang dia sembah dan layani.

Jabatan adalah sesuatu yang dibuat manusia dalam organisasi untuk tempat mengabdi dan melayani. Oleh karena itu, kita senang melihat orang ingin memiliki jabatan. Mungkin agar ia lebih optimal dalam melayani. Tetapi hati kita miris jika melihat suksesi dan pelayanan seperti bergelut jabatan. Ada yang ingin tetap mempertahankan, ada yang membuat jabatan dengan membentuk organisasi baru. Malah ada yang menghalalkan segala cara demi meraih jabatan: sikut kiri kanan, meninggalkan teman, menyebar info bohong, dan sebagainya.

Firman Tuhan minggu ini mengajarkan kita hal penting tentang jabatan dan pelayanan, dengan meneladani Elisa. Pertama, Elisa setia dengan terus mengikuti Elia. Kedua, Elisa terus meningkatkan kemampuan dirinya. Ia semangat ingin belajar dan tidak membiarkan dirinya tanpa persiapan. Ketiga, mendapat dukungan dari kelompoknya, sebagaimana Elisa memperolehnya dari nabi-nabi yang lain (ay. 5-6).

Seperti pesan ayah saya di atas, keberhasilan menjalani kehidupan menjadi emas dibentuk oleh empat faktor: kemauan, kemampuan, karakter, dan kesempatan. Kemauan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik, didasari motivasi yang tulus dan siap melayani sesama dan Tuhan; kemampuan juga terus diasah dan dikembangkan. Karakter sangat menentukan, menjadi orang yang selalu berpikir positip dan penuh kasih dan pengampunan. Dan terakhir, kesempatan selalu Tuhan yang memberi, dan jalan Tuhan mestinya penuh damai.

Saudaraku, jika saat ini telah memiliki atau rindu akan jabatan, atau tidak memegang jabatan dan rindu melayani, ujilah dan belajarlah dari nabi Elisa. Jangan sampai peran yang dipegang bukan lagi sebagai berkat dan teladan bagi banyak orang. Dan tetaplah percaya, sepanjang motivasi memang baik dan dijalankan penuh kasih, Tuhan akan membuka jalan untuk kita dapat melayani lebih baik dan menyenangkan hati-Nya.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, Harga Mengikut Yesus (Luk. 9:51-62), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 19 Juni 2022)

WARISAN DAN BERKAT

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Syalom….
Bagi orang Batak (dan juga suku lain), tidak jarang masalah warisan menjadi sumber pertikaian, bahkan berujung kekerasan, kasus hukum, atau putus hubungan. Pemicu biasanya dasar pembagiannya. Ada yang ingin mengacu kepada hukum adat; yang tiap daerah bisa berbeda. Misalnya, ada hak atas rumah utama adalah bagi anak sulung, tapi ada daerah lain untuk yang bungsu. Ada juga penyebabnya perbedaan gender; berpendapat, anak perempuan tidak berhak sama sekali. Alasannya, mereka telah “dijual” kepada marga lain, jadi hak mereka dari suaminya. Tetapi hanya sedikit yang melihat, warisan orang tua adalah berkat bagi semua.

Persoalan senada di tengah bangsa kita saat ini, ada pada partai-partai politik, yang dituduh membangun oligarki. Anak-anak pendiri seolah menjadi pemilik takhta. Ini juga sering terjadi di kehidupan gereja – yang umumnya kharismatik. Padahal, jelas sekali, partai dibangun untuk kemajuan bangsa dan negara, dan gereja dibangun untuk kemuliaan Tuhan. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 12 Juni 2022)

HIKMAT ATAU KEMUNAFIKAN?

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Syalom…. Hari ini Minggu Trinitas, minggu yang meneguhkan iman percaya kita tentang Allah dalam tiga wujud, Satu hakekat: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ini satu seri rangkaian yakni Allah Bapa mengaruniakan Tuhan Yesus turun ke bumi di hari Natal; melayani, mati, dan bangkit serta naik ke sorga. Kemudian turunlah Roh Kudus yang kita rayakan minggu lalu.

Dan firman Tuhan bagi kita di minggu ini dari Ams. 8:1-31. Judul perikopnya: Wejangan hikmat. Renungan paralelnya menurut leksionari adalah Mzm. 8; Rm. 5:1-5 dan Yoh. 16:12-15. Dua nas terakhir renungannya dapat dibaca di website www.kabardaribukit.org. Amsal ini berbicara tentang hikmat. “Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya? …. Hai, para pria, kepadamulah aku berseru, kepada anak-anak manusia kutujukan suaraku” (ay. 1, 4).

Hikmat lebih berharga daripada permata (ay. 11). Maka manusia perlu mencarinya dan menemukan kebenaran yang sejati di dalam Tuhan Yesus, sebagaimana penulis Amsal Raja Salomo melihat dengan imannya keberadaan hikmat di dalam Tuhan Yesus. “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.” Ayat berikutnya menjelaskan bahwa anak manusia telah ada sebelum dunia dijadikan, sebelum air samudera raya ada, langit masih dipersiapkan, sebelum diberi batas kepada laut, Hikmat dan Tuhan Yesus telah ada (ay. 22-31).

Kini pertanyaan bagi kita, bagaimana kita menghargai hidup yang kita jalani saat ini? Apakah dengan banyaknya uang dan harta yang kita miliki? Atau, jabatan yang ada dan pernah kita pegang? Tentu baiknya tidak begitu. Apalagi, harta yang ada kita miliki diperoleh dari cara-cara yang tidak berkenan kepada Tuhan. Atau, jabatan yang kita emban saat ini, kita dapatkan dengan mengorbankan pertemanan dan persaudaraan, bahkan iman kita? Atau, kita emban jabatan tanpa ada tanggungjawab?

Janganlah sampai kita jauh dari lingkungan pertemanan dan persaudaraan. Terlebih, itu terjadi karena kita menilai diri sendiri terlalu berlebihan. Sebuah ilustrasi gambar memperlihatkan bahwa manusia yang menilai dirinya sangat hebat dan memandang kecil orang lain, sebenarnya ia seperti memandang dari atas bukit. Sebaliknya juga terjadi, bagi orang yang dipandang kecil tadi, dari bawah ia melihat orang yang diatas bukit juga kecil. Jadi, sami mawon, sarua wae, dos, sama saja.

Orang yang dalam pimpinan hikmat-Nya, hidupnya berharga di mata Allah dan juga menjadi berkat bagi sesama. Orang yang berhikmat takut akan Tuhan (Ams. 1:7). Ia membenci kejahatan dan tipu muslihat (ay. 13). Dalam hikmat ada pengetahuan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk melakukan hal yang baik dan benar, bertanggungjawab, serta nasihat, pengertian dan kekuatan (ay. 12-16).

Oleh karena itu, janganlah kita hidup di dalam dua dunia, satu kebenaran dari hikmat Tuhan, dan satu lagi dari kebenaran diri sendiri. Ini adalah kemunafikan. Tidak satunya kata-kata dengan perbuatan dan sikap hidup. “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah” (1Pet. 2:1).

Mari menanyakan diri kita, apakah sudah berhikmat dengan penuh kasih dan tidak mengorbankan orang lain untuk memperoleh apa yang kita dapatkan saat ini? Roh Kudus, Roh Kebenaran, itulah yang membimbing kita kepada kebenaran sejati, hidup seturut dengan firman Tuhan. “Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” (Mat. 23:28).

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, Memimpin ke dalam Kebenaran (Yoh. 16:12-15), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 5 Juni 2022)

PERPECAHAN ORGANISASI

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Syalom…. Saudaraku dalam kasih Yesus Kristus.
Di perkumpulan orang Batak, agak sering kita mendengar “perpecahan”. Suatu organisasi (disebut Punguan atau Parsadaan) dan tadinya berjalan bagus, tetapi kemudian muncul lagi organisasi serupa dengan pengurus yang berbeda. Ini biasa terlihat pada perkumpulan marga-marga, atau sub-marga, dan sering mengejutkan hati dan menguras pikiran.

Minggu ini adalah hari raya Pentakosta atau disebut juga dengan Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja. Firman Tuhan di Minggu hari ini dari Kej. 11:1-9. Ini cerita Menara Babel, yang pasti pernah kita dengar. Awalnya manusia satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya (ay. 6a). Tetapi kemudian manusia bersepakat dan berkata: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi” (ay. 4)

Melihat hal ini, Tuhan mengambil sikap: “Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing” (ay. 6b-7). “Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel” (ay. 8b-9).

Kembali ke masalah “perpecahan” dalam perkumpulan orang Batak, mengapa hal itu terjadi? Apakah itu hal baik atau selalu buruk dan negatif?

Falsafah budaya orang Batak adalah Dalihan Na Tolu (Tungku Berkaki Tiga), yakni hubungan tripartit Dongan Tubu (rekan semarga), Hula-hula (marga istri) dan Boru (perempuan semarga dengan laki-laki). Prinsip utama tiga tungku ini, bersikap hormat kepada hula-hula, bersikap kasih mengayomi kepada boru, dan bersikap kasih menghargai kepada dongan tubu. Jadi dalam keseharian atau acara/ritual, seseorang bisa menjadi hula-hula yang dihormati, tapi kadang dia menjadi boru bila bertemu semarga dengan istrinya. Prinsip ini membuat kesetaraan, egaliter, sebagaimana tiga tungku memiliki peran dan kedudukan yang sama.

Menurut Dr. Andar Lumbantobing dalam bukunya Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak (BPK Gunung Mulia, 1996), orang Batak memiliki sifat-sifat keprajuritan yang gemar berkelahi, pertikaian kelompok; meski orang Batak bukanlah pendendam. Maka selain kesetaraan tadi, hal ini mendorong persaingan yang tinggi. Selain itu, orang Batak juga menghargai sahala ni tohonan (wibawa jabatan), yang sering dikejar sebagaimana hasangapon dalam konsep 3H (hamoraon= kekayaan, hagabean = beranak laki-laki dan perempuan, dan hasangapon =kehormatan, kemuliaan); sebagai tujuan hidup, sesuai lagu Marragam-ragam (Beraneka-ragam) yang sangat populer.

Oleh karena itu terjadinya “perpecahan” organisasi, tidak perlu kita melihatnya sebagai hal negatif. Memang disayangkan, tapi tidak perlu ditangisi. Sebagaimana pada gereja juga terjadi “perpecahan” sejak awal hingga saat ini, ternyata memberi dampak positif, sepanjang dasar berpisah dan kemandiriannya adalah untuk dapat lebih baik dan optimal melayani Tuhan dan sesama. Kita bisa membayangkan, seandainya gereja-gereja tetap dalam satu wadah denominasi, maka tidak akan terjadi pertumbuhan umat Kristiani seperti saat ini.

Hal yang perlu kita pelajari dan cermati, ketika berpisah dan mandiri, maka pelayanan kepada anggota perkumpulan haruslah lebih baik. Jangan juga seperti Menara Babel, motif mendirikannya untuk mencari nama (ay. 4), sahala, kehormatan, namun manfaat dan pelayanan bagi anggota tidak lebih baik. Apalagi jika motif untuk berpisah didasari sifat TEL (Teal=sombong, Elat=irihati, Late=dengki dan merusak); tentu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita semakin berkarya bagi sesama bersama Roh Kudus yang tercurah hari ini.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, YESUS DAN ROH KUDUS (Yoh. 14:8-17), dengan mengklik www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 29 Mei 2022)

BERNAZAR

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Syalom…. Saudaraku dalam kasih Yesus Kristus.
Saat mengalami sakit vertigo akut di akhir tahun 1990-an, saya sering mengikuti ibadah doa kesembuhan. Dalam altar-call, saya membuat janji iman atau “nazar”, akan melayani Tuhan jika diberi kesembuhan. Meski kesembuhan tidak melalui mukjizat seketika dalam ibadah, melainkan dengan pengobatan dokter di Singapore, saya tetap belajar teologi. Setelah lulus, kemudian melayani penuh waktu melalui gereja-Nya dan ditahbiskan menjadi pendeta.

Kisah janji iman atau nazar ada pada
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini, dari 1Sam. 2:1-10. Hana yang belum mendapat anak, bertahun-tahun mengalami pelecehan dari Penina, madunya, yang telah diberi anak. Hana terus berdoa, menangis, sujud, memberi korban persembahan, dan bernazar akan menyerahkan anaknya melayani Tuhan. Setelah diberkati imam Eli, Hana diberi Tuhan anak laki-laki Samuel (1Sam. 1:2-28).

Nas minggu ini merupakan puji-pujian dan doa Hana. Ia bersukacita, Tuhan telah mengabulkan doanya. Terlebih, ia juga menggenapi nazarnya kepada Tuhan (tentang Nazar lihat Im. 22 dan Bil. 30). “Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu. Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita” (ay. 1-2). Hana semakin dekat dan mengenal Allah, yang sejatinya mengatur semua roda kehidupan.

Ada empat hal yang dapat kita pelajari dari nas minggu ini. Pertama, dalam setiap pergumulan, seperti Hana, tetaplah mengandalkan Tuhan. Iman Hana tetap teguh, katanya: “TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga” (ay. 6-7).

Kedua, jangan membalas kejahatan yang orang lain lakukan dengan kejahatan. Tetapi serahkanlah semua kepada Tuhan pergumulan yang terjadi. Hana tetap berharap kepada Tuhan, tidak membalas perbuatan Penina. Kandungan Hana yang tertutup, Tuhan buka kembali, setelah melihat hati Hana, dan nazarnya, serta imam Eli yang memberkatinya. Tuhan tahu, kita anak-anak-Nya yang setia, tidak akan dibiarkannya jatuh dan dihina. “Langkah kaki orang-orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya, tetapi orang-orang fasik akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh karena kekuatannya sendiri seseorang berkuasa” (ay. 9).

Ketiga, peringatan bagi kita semua, yaitu, “Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji” (ay. 3). Apa yang dilakukan oleh Penina istri kedua Elkana terhadap Hana, tidak layak ditiru. Tidak ada gunanya menyakiti hati orang lain, apalagi keluarga. Kepuasan sesaat akan berdampak terus hingga kekekalan, kecuali ada pertobatan. “Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Mat. 16:19).

Terakhir, jangan lupa bersyukur, bersaksi atas kebaikan Allah. Hal yang kita peroleh bukanlah karena kehebatan kita, melainkan atas kasih Allah semata untuk tujuan dan rencana-Nya.

Nah, seberapa besar masalah Anda saat ini? Apa pergumulan atau pengharapan yang dialami? Teladani Hana. Jangan meniru Penina yang senang menyakiti hati orang lain. Menangislah kepada Tuhan, sujud, memberi dari hati, berpuasa, dan bila perlu buatlah janji iman, sebab mungkin Tuhan mempunyai rencana atas pergumulan yang terjadi. Tiada yang mustahil bagi Tuhan dan juga bagi kita orang percaya. Itulah iman sejati Kristiani.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, Supaya Semua Menjadi Satu (Yoh. 17:20-26), dengan mengklik
www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 22 Mei 2022)

BERSYUKUR DAN DIBERKATI

Oleh Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Syalom…. Saudaraku dalam Kristus.
Firman Tuhan di Minggu hari yang indah ini bagi kita dari Mzm. 67:1-8. Judul perikopnya: Nyanyian syukur karena segala berkat Allah; sebuah ungkapan syukur umat Israel mengingat kebaikan Allah atas panen dan juga berkat lainnya. “Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita” (ay. 7). Nas ini juga pilihan pada Minggu VI Paskah hari ini, mengingat para murid pada masa itu, sangat bersyukur karena hampir 40 hari mereka bersama Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya. Hari Kamis, kita memperingati kenaikan-Nya ke sorga.

Bagaimana dengan hidup kita? Apakah selalu mengucap syukur dan merasa diberkati? Selain kita telah diselamatkan oleh penebusan Tuhan Yesus, kita layak mengucap syukur atas segala kebaikan-Nya. Jika kita belum dapat membuat daftar yang panjang semua kebaikan itu, rasanya ada yang salah dengan mata rohani kita. Mungkin mata jasmani kita berfungsi baik, tetapi mata rohani sangat diperlukan untuk melihat dan mensyukuri semua kebaikan yang diterima dalam hidup ini.

Melihat dengan hati dan mata rohani perlu dilakukan, agar hari-hari kita tidak diisi dengan mengeluh, kecewa, marah, benci, iri, dan pikiran buruk lainnya. Hal mendasar yang dilakukan adalah: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1Tes. 5:18). Setiap beban pergumulan hanya dilihat sebagai jalan Tuhan untuk memurnikan dan meneguhkan iman kita. Kedua, selalu merasa cukup. Hilangkan kecendrungan tidak pernah puas dan ingin lebih. Alkitab mengajarkan, “… cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu” (Ibr. 13:5b).

Contoh mudah, janganlah membuat hutang, apalagi demi memuaskan nafsu. Membeli barang bukan primer dengan kartu kredit atau cicilan, sebenarnya itu jeratan keinginan dan obsesi. Mencukupkan dan menyesuaikan penghasilan dan pengeluaran akan membuat orang merdeka, bukan budak keinginan. Ingatlah kata Amsal Salomo, “…, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi” (Ams. 22:7b). Maka bila saat ini masih ada hutang, bekerja keraslah segera melunasinya.

Ketiga, tetaplah murah hati, terutama bagi yang lebih memerlukan. Yesus berkata, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk. 6:36). Tetapi murah hati harus bijak memilih dan tepat sasaran. Jangan murah hati hanya kepada orang tertentu, mengikuti perasaaan, tetapi pelit terhadap orang yang membutuhkan. “Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin” (Ams. 22:9). Dapatkan prinsip: “adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis. 20:35). Sebagaimana Abraham, kita dipanggil diberkati untuk menjadi berkat (Kej. 12:2; 28:14).

Hal terakhir, persiapkan masa depan yang lebih baik terutama untuk anak. Ingatlah, tidak ada yang mudah dan sekejap, lakukan dengan iman dan pengharapan. Ini membuat kita tidak takut gagal. “Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu” (Gal. 3:9). Demikian juga dengan pengharapan, dijadikan sauh yang kuat dan aman dalam melaksanakan semua rencana (Ibr. 6:19).

Mazmur 67 hari ini mengajarkan semua berkat yang kita terima, tujuannya adalah untuk dipakai bagi kemuliaan Tuhan; bukanlah diri sendiri, kelompok atau bangsanya (ay. 3-6), apalagi menyombongkannya. Untuk itu mari menjalani hidup dengan mengubah mindset, yakni mengerjakan hal yang Tuhan inginkan, dengan rasa syukur, merasa cukup, murah hati, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik dengan keyakinan Tuhan akan bekerja untuk kebaikan kita (Rm. 8:28). Dan itulah kuncinya, yang diberkati Tuhan adalah mereka yang selalu bersyukur.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin. 🙏

Silahkan membaca renungan lainnya menurut Leksionari hari ini, Ketaatan pada Firman dan Damai Sukacita (Yoh. 14:23-29), dengan mengklik
www.kabardaribukit.org

KABAR DARI BUKIT (Edisi 15 Mei 2022)

YESUS BERDIRI MENYAMBUT

Oleh Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Syalom….Saudaraku dalam Kristus.
Pernahkah kita membayangkan saat-saat ajal kelak datang menyambut hidup kita? Terlepas dari situasi saat mengakhiri hidup ini dengan kesadaran penuh, tanpa rasa sakit atau mungkin mengerang menahan rasa sakit yang hebat, atau keadaan komma tidak sadar secara medis, tetapi roh kita selalu pasti terhubung dengan Allah pemberi kehidupan. Bagaimana kira-kira gambarannya? Takut, atau tidak mau dipikirkan?

Gambarannya dijelaskan melalui Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini, dari Kis. 7:55-60. Sebenarnya nas ini dari leksionasi Tahun A untuk renungan Minggu kelima Paskah. Kita saat ini masih di tahun C dan nas pilihannya adalah Kis. 11:1-18; Mzm. 148; Why. 21:1-6 atau Yoh. 13:31-35. Namun, keempat nas tersebut telah saya tulis di tahun-tahun lalu, dan semua dapat diakses melalui website www.kabardaribukit.org atau pada buku-buku yang telah diterbitkan.

Nas minggu ini menceritakan tentang Stefanus, martir perdana, yang dibunuh para anggota Mahkamah Agama, saat mereka mendengar kesaksian Stefanus tentang Tuhan Yesus. Para pendengarnya menghasut dan menuduhnya telah mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah (Kis. 6:8-7:54). Ia kemudian dibawa dan tetap dengan penjelasannya, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan Bait Allah mereka dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa (Kis. 6:14). Read more

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!