NABI, MALAIKAT DAN YESUS
Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi
”Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu” (Ibr. 2:11)
Allah menyampaikan pesan-Nya kepada manusia melalui berbagai cara dan media. Pada zaman PL, menurut Alkitab, Allah menyampaikan pesannya melalui mimpi, teofani seperti nyala api di semak duri, urim dan tumim, undi, nabi-nabi, malaikat, dan peristiwa mukjizat.
Para nabi telah menyampaikan pesan Allah sejak zaman nabi Musa, ketika bangsa Israel ke luar dari Mesir di tahun 1445 SM hingga Kitab PL tersusun pada tahun 100 SM dan kemudian dikanonkan menjadi tahun 100 M melalui Sidang sidang Majelis (Akademi) Agama Yahudi. Kemudian pada era PB, Allah langsung berbicara melalui Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan digenapi dengan pengilhaman kepada para rasul yang menuliskannya dan dikanonkan menjadi Kitab PB.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Ibr. 1:1-4, 2:5-12. Perikopnya dari dua pasal, menjelaskan hal tersebut dengan membandingkan Yesus sebagai Pribadi Anak Allah yang lebih tinggi dari para nabi dan malaikat. Allah perlu berbicara langsung mengutus Anak-Nya menjadi manusia turun ke dunia.
John Stott mengutip kitab Yesaya 55 untuk kita mengenal tiga kebenaran tentang wahyu Allah termasuk dalam Pribadi Yesus Kristus, yakni:
1. Wahyu Ilahi bukan saja masuk akal, tetapi juga mutlak diperlukan. Tanpa penyataan, tidak mungkin kita mengenal Allah;
2. Wahyu Ilahi terjadi lewat kata-kata Allah berbicara melalui kata-kata manusia, dan dengan itu menjelaskan makna perbuatan-perbuatan-Nya;
3. Wahyu Ilahi ditujukan untuk keselamatan. Dia menunjukkan kepada kita, Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Read more