KABAR DARI BUKIT (Edisi 1 Desember 2019)

Kasih dan Senjata Terang

Hari ini kita masuk ke dalam Minggu Adven, minggu penantian dan pengharapan. Firman Tuhan bagi kita sesuai leksionari dari Rm 13:11-14, dengan judul perikop “kasih adalah kegenapan hukum Taurat.” Ayat 6-10 sebagai pengantar nas minggu ini merupakan peralihan tema dari “takluk kepada pemerintah” ke tema “kasih”. Ketaatan pada pemerintah seperti pembayaran pajak merupakan kewajiban berkala dan dapat diselesaikan seketika, sedangkan kasih merupakan kewajiban yang tak habis-habisnya. Cara orang Kristen menghadapi tanggung jawabnya terhadap pemerintah, sikapnya terhadap sesama, dan perilakunya dalam kehidupan pribadinya merupakan hal yang sangat penting, dan kita tidak boleh menunda-nunda atau berhutang apapun juga. Waktunya semakin dekat dan kita perlu siap menghadap Kristus.

Rasul Paulus dalam ayat 11-12a menekankan pentingnya kasih (kepada Allah dan sesama) diwujudkan segera dan saat ini!! Perbuatan kasih sekarang, bukan nanti. Konsepnya bukan “time is money” tetapi “time is love”. Setiap kesempatan yang ada manfaatkan untuk menyatakan kasih, sekecil apa pun itu wujudnya, seperti pemberian senyum dan sopan bagi semua orang yang kita hadapi. Berdoa dan menyapaNya dengan membaca firman dan renungan. Segala keengganan dan kelesuan harus dibuang, apalagi kesombongan. Jangan malas yang jadi sumber kebodohan. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 24 November 2019)

Layak Menerima Raja

Firman Tuhan bagi kita hari Minggu ini, Minggu Kristus Raja, diambil dari Kol 1:11-20 dengan judul perikop: doa syukur dan keutamaan Kristus. Pesan yang ditekankan yakni kelayakan kita untuk masuk ke masa adven dan kedatangan Kristus Raja. Nas ini sebuah himne rasa syukur, Allah Bapa telah membuka jalan perdamaian atas dosa-dosa kita dan melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya (band. Ef 6:12). Di dalam Dia yang telah menjadi manusia, kita memiliki penebusan yaitu pengampunan dosa (ayat 14) dan rekonsiliasi (ayat 21-22). Ia telah menanggung segala sesuatu dengan tekun dan penuh kesabaran bagi kita (ayat 11).

Kita menjadi layak di hadapan-Nya oleh karena hidup kita menerima pengajaran yang benar dari-Nya, bukan dari nabi-nabi palsu dan juga hikmat dunia. Sebagai anak-anak terang, kita terus memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik, dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah (ayat 10). Oleh karena itu pula hidup kita harus lepas dari segala akar pahit, dendam dan permusuhan, bersih dari rasa kecewa dan kehilangan semangat. Kita percaya selain ditebus oleh-Nya, kita dikuatkan oleh kuasa kemuliaan-Nya melalui Roh Kudus dan diam dalam hati kita.

Pemimpin gereja-gereja memilih nas firman ini untuk mengingatkan kita agar menempatkan Kristus sebagai Raja dalam kehidupan kita dan alam semesta. Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. Ia setara dengan Bapa yang mengutus-Nya menjadi manusia agar serupa dengan kita. Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (ayat 16).

Tuhan Yesus menjadi utama oleh karena memang istimewa. Ia lahir tanpa benih laki-laki (dan agama lain mengakuinya). Ia melayani hanya 3,5 tahun tetapi memiliki pengikut terbesar di dunia, melakukan paling banyak mukjizat, dan terutama Ia mati berkorban dengan disalibkan. Tidak ada “manusia” seperti Dia. Ajaran-Nya penuh kasih, mengampuni, membalas kejahatan dengan kebaikan. Suungguh dahsyat. Super.

Itu sebabnya kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga. Kini pertanyaan kembali kepada diri kita: sudahkah kita mensyukurinya dan membereskan segala dosa-dosa kita dengan mohon pengampunan dan bertobat? Sudahkan kita menjadikan Yesus Kristus sebagai yang utama dan Raja yang memerintah hidup kita? Mari hidup untuk menyenangkan Dia. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini: Ia Menumbuhkan Tanduk Keselamatan Bagi Kita (Luk 1:68-79) silahkan mengklik website www.kabardaribukit.org.

KABAR DARI BUKIT (Edisi 17 November 2019)

Berdoa dan Bekerja

Firman Tuhan bagi kita hari Minggu ini, 2Tes 3:6-13 dengan judul perikop “Berdoa dan Bekerja.” Sasaran pesan nas ini ada tiga kelompok. Pertama, mereka yang berharap hari Tuhan akan datang, melihat dunia akan berakhir, sehingga tidak perlu (lagi) kerja keras. Pandangan seperti ini tidak banyak lagi saat ini, hanya terjadi sesekali pada kelompok kecil ekstrim dengan motivasi yang salah.

Kedua, nas ini ditujukan bagi mereka yang terlalu mengandalkan doa dalam segala persoalan. Kita percaya Allah ikut bekerja dalam segala hal, tetapi bukan berarti kita menyerahkan semua kepada Allah untuk menyelesaikan persoalan kita dan kita pasif. Betul, semua perlu dimulai dan didasari doa, dengan tujuan agar Allah berkenan menolong dan memimpin. Tapi jangan dilupakan, dalam doa itu juga kita perlu berjanji untuk melakukan yang terbaik. Pameo “doa adalah setengah pekerjaan” tidaklah pas, sebab peran Allah tidak layak dimatematisir. Itu hanya polesan dari pameo, “perencanaan yang baik telah menyelesaikan setengah dari pekerjaan.” Itu yang betul. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 10 November 2019)

Durhaka atau Selamat

Firman Tuhan bagi kita hari Minggu ini dari 2Tes 2:1-5, 13-17. Ayat 1-5 berbicara tentang “Kedurhakaan sebelum kedatangan Tuhan” dan ayat 13-17 tentang “Dipilih untuk diselamatkan.” Kedua bagian ini berhubungan, khususnya terkait pemahaman predestinasi yang intinya manusia dipilih Tuhan untuk menerima anugerah dan keselamatan yang tidak mungkin ditolak. Tuhan memilih berdasarkan kedaulatanNya dan bukan karena kebaikan atau kelebihan manusia.

Pesan Allah datang kepada jemaat di Tesalonika oleh karena ada ajaran-ajaran palsu yang mengatakan Tuhan Yesus akan segera datang dan murka Allah akan ditampakkan. Pengajar palsu ini mengaku mendapat ilham roh dan surat (palsu) dari Rasul Paulus (ayat 1-2). Jemaat pun menjadi bingung, gelisah dan takut. Situasi seperti ini pun beberapa kali terjadi di era sekarang, yang berakhir tragis dengan bunuh diri massal, masuk penjara karena penipuan bermotif ekonomi untuk diri pemimpinnya semata. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 3 November 2019)

Bersandar dan Bersyukur

Beberapa minggu lagi kita akan masuk masa adven, masa sukacita penantian bagi orang percaya. Penantian penuh pengharapan berdasar kasih Allah yang begitu besar pada kita dan iman yang diberikan yakni kita percaya Tuhan Yesus menjadi manusia dan mati di kayu salib untuk menjadi Juruselamat dan Penebus dosa-dosa kita semua. Oleh karena itu Firman Tuhan hari Minggu ini 2Tes 1:1-4, 11-12 berbicara tentang bersyukur dan bersyukur (ayat 1-4).

Meski ada sesuatu yang membuat hati kita sedih, kita patut dan wajib bersyukur bila melihat semua kebaikan Tuhan pada kita, sejak lahir hingga saat ini. “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya,” kata Daud dalam mazmurnya (Mzm 139:14). Bila bersyukur itu sulit karena ada persoalan dan pengharapan yang belum terkabul, maka kita perlu membersihkan hati dan pikiran, sehingga dapat melihat dengan mata rohani yang benar. Bagaikan pemazmur mengatakan, “Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung” (Mzm 40:6; KJ 439).

Penganiayaan dan penderitaan pada manusia (atau gereja) selalu ada dan Tuhan punya maksud, sebagaimana jemaat Tesalonika dalam nas ini. Maksud Tuhan mulai dari mengajar kita untuk lebih baik, menguji untuk lulus ke tingkatan yang tinggi, atau Tuhan pakai sebagai proses pengudusan. Betul, kadang penderitaan itu datang karena ulah kebodohan kita dan miskin hikmat, sehingga Tuhan “membiarkan” sebagai pengajaran. Tetapi pegangan dasar kita tetap, yakni: Allah itu Maha Tahu, Kasih dan Maha Adil. Seperti pada renungan minggu lalu, semua ada yang mengaturnya, semua dalam kendaliNya. Tugas kita hanya bersandar penuh kepadaNya.

Rasul Paulus menekankan agar kita melihat penderitaan yang datang seperti itu. Tuhan tidak akan membiarkan anak-anakNya jatuh tergeletak (Mzm 37:24), kecuali memang kita yang menyerah dan mengikuti kelemahan daging dan kekuatan Iblis. Bila kita merasa sesuatu terjadi karena ulah orang lain, tidak perlu kita juga merepotkannya dan membuat kita bersusah. FirmanNya menegaskan, Tuhan akan membalas yang menentang anak-anakNya (ayat 6-9). Tuhan akan datang kelak untuk dikagumi oleh semua kita orang yang percaya (ayat 10). “Pembalasan adalah hak-Ku,” kata Tuhan (Rm 12:19; Ibr 10:30). Maka, bersyukurlah.

Hal yang penting menurut nas firmanNya minggu ini, meski kita dalam penderitaan, agar tetap layak bagi panggilan-Nya, kita diminta tetap melakukan kebaikan. Kekuatan-Nya akan menyempurnakan segala pekerjaan iman kita (ayat 11). Allah setia dan sanggup membekali dan menguatkan kita hingga berbuah kemenangan di akhirnya. Dan dari semua itu, “nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus” (ayat 12). Bersyukurlah. Haleluya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini: Yesus Datang Mencari dan Menyelamatkan yang Hilang (Luk 19:1-10), silahkan mengklik web www.kabardaribukit.org.

KABAR DARI BUKIT (Edisi 27 Oktober 2019)

Akhir Pertandingan

“To God be glory forever and ever. Amen!” (4:18b)

Firman Tuhan hari Minggu ini 2Tim 4:6-8; 16-18 berbicara tentang hidup ini bagaikan sebuah pertandingan. Ketika mulai menjadi dewasa dengan pengakuan iman, kita sebenarnya telah masuk ke dalam arena pertandingan, bagian perjalanan kehidupan, hingga tiba saatnya semua usai yakni kita dipanggil pulang menghadapNya, mempertanggungjawabkan “permainan” yang kita pertunjukkan.

Jelas tidak masuk akal bila kita ada di dunia ini hanyalah sebuah kebetulan atau proses alamiah semata. Manusia memiliki jiwa dan kekuatan akal untuk merencanakan dan memilih yang terbaik, yang mampu dikembangkannya sendiri atau bersama. Firman Tuhan memberi mandat budaya kepada manusia untuk meneruskan masa depan ciptaan Allah dan mengelolanya dengan berkhikmat (Kej 1:28). Oleh karena itu setiap orang wajib mengambil bagian di dalamnya dan merumuskan tujuan hidupnya.

Merujuk kepada ayat 1-5 sebelumnya, sangat jelas bahwa kita ada dan hadir di dunia ini mengemban misi Allah. Misi tersebut tidak terlepas pada rencana Allah menciptakan bumi dan segala isinya yakni agar ciptaanNya itu tetap sempurna dan semua baik (Kej 1:31). Allah menciptakan Taman Eden bagi Adam dan Hawa untuk hidup tenteram sejahtera seturut rencanaNya. Kehadiran iblis dalam seekor ular membuyarkan rencana tersebut sehingga rencana lain dijalankan dan manusia perlu bersusah payah serta harus menderita dalam menjalani kehidupan di bumi ini (Kej 3:16-19). Tetapi maksud Allah tetap, yakni menghadirkan kerajaan sorga di bumi ini dengan seluruh mosaik keindahannya.

Hidup adalah pertandingan dan yang ingin dicapai adalah kemenangan. Kemenangan tidak selalu harus dengan menyakiti. “Lawan” bisa berupa diri sendiri seperti disiplin dalam sebuah permainan golf. Diri sendiri juga perlu dikalahkan yang berbentuk ego, ambisi, keinginan daging dan tawaran keduniaan atau kesombongan meninggikan diri. Lawan dapat berupa pihak lain dengan berbagai siasat dan kekuatan. Iblis adalah komandan semuanya. Tetapi bagi seorang pemenang, yang dasarnya kuat dalam iman, ia tentu dapat mengendalikan semua itu, tetap bertumbuh secara rohani. Tujuan akhirnya yakni menjadi pemenang, penerima mahkota kebenaran (ayat 8).

Masalah selalu ada. Lawan bisa saja lebih kuat untuk sesaat. Kita kadang ditinggalkan kawan dan merasa sendiri, nelongso (ayat 18). Tetapi seperti Rasul Paulus tekankan dalam akhir pasal nas ini, tidak usah terlalu dikuatirkan. Allah selalu setia mendampingi dan menguatkan (ayat 17). Fokuslah dalam panggilan sorgawi yakni menjadikan hidup ini adalah persembahan dan kesaksian, berbuah dan tetap teguh. Kematian sebagai akhir pertandingan bagi orang percaya, menjadi sebuah kelepasan dari tugas-tugas di dunia dan masuk ke dalam kehidupan sukacita abadi yang indah, yakni Kerajaan-Nya di sorga yang baka. Kini pertanyaannya: sudahkah aku ikut ambil bagian dalam pertandingan itu? Sesal di akhir jelas tidak berguna. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

(Pdt. Em. Ramles M Silalahi)

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini Barangsiapa Meninggikan Diri, Ia Akan Direndahkan (Luk 18:9-14) silahkam mengklik web www.kabardaribukit.org.

KABAR DARI BUKIT (Edisi 20 Oktober 2019)

Kebenaran dan Iman

Firman Tuhan hari Minggu ini 2Tim 3:14 – 4:5 berbicara pada kita tentang kebenaran Alkitab dan iman yang berbuah untuk melakukan sesuatu. Timotius telah melihat dan merasakan penderitaan yang dialami para pengikut Kristus saat itu, tetapi Rasul Paulus menegaskan agar Timotius tetap berpegang pada kebenaran yang telah diterima dan diyakininya, sebagaimana telah diajarkan kepadanya oleh neneknya dan keluarga serta oleh Paulus sendiri (ayat 14-15).

Kebenaran Alkitab itu dijelaskan dalam ayat 16 berikutnya: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Poinnya adalah seluruh tulisan dalam Alkitab itu diilhamkan oleh Allah, ditulis oleh para hamba-hamba pilihan Allah dengan tuntunan Roh Kudus, dan dijaga kemurniannya melalui bapa-bapa gereja saat dikanonkan menjadi Kitab Suci kita orang percaya.

Tujuan Allah untuk memberikan Alkitab bagi kita agar “tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (ayat 17). Dengan demikian ada pegangan, standar, kanon, SOP, manual, benteng dan teladan bagi kita umat pilihan Allah dalam menjalani kehidupan ini. Semua itu sesuai dengan panggilan dan penetapan yang Allah berikan dan kita diperlengkapi dengan talenta dan karunia rohani yang diperlukan.

Panggilan itu adalah menjadi saksi, menjadi berkat, menjadi alat Tuhan dalam memberitakan firman, langsung atau tidak langsung, melalui perkataan atau perbuatan, pelaku kebenaran yang semuanya demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya (ayat 1). Masa kini tantangan semakin berat, hambatan semakin besar, “lawan” semakin kuat, ajaran dunia semakin canggih dan serasa enak ditelinga, sehingga kita perlu saling mendukung, saling mendorong dan menguatkan (ayat 2-4).

Metoda pekabaran Injil (PI) tidak dapat lagi terbatas pada pendekatan lama, diakonia semata, cukup menolong kaum miskin dan pemberdayaan, tetapi kini mesti diperkuat dengan pemahaman yang dalam tentang pribadi Kristus, memperbandingkan ajaran dan sejarah, serta esensi dan berkat mengikuti Kristus. Untuk itu kita diminta siap sedia, rela dan sabar dalam penderitaan, demi pekabaran Injil dalam setiap tugas dan pelayanan. Yang penting, jangan tidak peduli, dan terus bertanya: apa yang bisa saya lakukan untuk PI? Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

(Pdt. Em. Ramles M Silalahi)

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini Berdoa Dengan Tidak Jemu-Jemu (Luk 18:1-8) dapat mengklik web www.kabardaribukit.org.

KABAR DARI BUKIT (Edisi 13 Oktober 2019)

Panggilan dan Kelayakan

Firman Tuhan hari Minggu ini 2Tim 2:8-15, merupakan renungan tentang peneguhan panggilan bagi kita orang percaya. Perjanjian Baru atau Injil berbicara dan fokus tentang Yesus Kristus. PI berarti pemberitaan tentang Tuhan Yesus. Dia adalah pusat pemberitaan dan sekaligus merupakan pengenalan baru kita terhadap Allah beserta janji baru bagi orang yang percaya dan taat.

Setiap orang percaya dipanggil untuk ikut dalam pemberitaan itu. Tidak ada alasan berkelit, sebab bagaimana dan dimana pun kita ditempatkan Tuhan, jalan untuk pembawa misi dan menjadi berkat bagi orang lain itu tersedia lebar dan luas. Kadang kala perlu berkorban dan menderita, maka itu harus dijalani dan diimani sebagai bagian rencana Tuhan. Injil tidak untuk didiamkan tetapi dikumandangkan sebagai kabar baik. Rasul Paulus yang dibelenggu seperti penjahat, tetapi firman Allah tidak akan terbelenggu (ayat 9).  Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 6 Oktober 2019)

Berpegang Teguh

Namun ‘ku tahu yang kupercaya; dan aku yakin ‘kan kuasaNya; Ia menjaga yang kutaruhkan, hingga hariNya kelak (Reff. KJ 387)

Firman Tuhan hari Minggu ini diberi kepada kita dari 2Tim 1:1-14, renungan tentang keyakinan teguh yang mesti dimiliki oleh setiap pengikut Kristus. Keyakinan itu akan terpelihara dan tidak tergoyahkan bila kita memahami pondasinya yang kuat. Pondasi pertama, mengetahui Allah adalah kasih dan kasih karunia diberikan kepada yang mau menerima dan mengikutiNya (ayat 1, 9-10). Pondasi kedua, menerima dan meyakini hal yang diberikanNya saat ini merupakan panggilan tugas dari Tuhan bagi kita (ayat 11), sepanjang yang kita lakukan tidak melanggar perintahNya. Setiap pekerjaan, apa pun, memiliki kadar pelayanan yang sama bila diimani dilakukan untuk kemuliaan nama Tuhan.

Keyakinan tersebut diperkuat dengan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, yakni Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (ayat 7). Pada setiap tempat, waktu dan lintasan kehidupan, tantangan pasti ada; bahkan rasa sakit dan derita muncul seperti yang dialami Rasul Paulus (ayat 12). Tetapi Allah tidak membiarkan kita sendiri. Roh Kudus hidup menguatkan kita untuk melampaui semuanya dengan berpegang pada yang telah dikaruniakan kepada kita (ayat 13).

Oleh karena itu firmanNya mengatakan, tetaplah menjadi saksi, jangan malu atau takut. Ikutlah terus. Kita bahkan perlu merasa bangga akan kesaksian hidup para rasul dan juga para bapa-bapa gereja kita. Rasul Paulus menulis surat ini dari penjara dan dianggap sebagai surat terakhirnya, hingga kematian martirnya. Kekristenan memiliki kekuatan sejarah yang panjang dan terbuka melalui penderitaan ratusan tahun, tetap dalam semangat para rasul yang tidak terperikan dan berbuah kemenangan.

Hal lain yang ditekankan firmanNya minggu ini yakni keyakinan iman itu juga dapat tumbuh dari benih-benih para orangtua atau kakek nenek kita. Rasul Paulus mengingatkan iman yang tulus dimiliki Timotius, itu datang dari iman yang pertama-tama hidup di dalam neneknya Lois dan di dalam ibunya, Eunike (ayat 5). Oleh karena itu, kita sebagai orang tua perlu menyadari hal ini, menjaga dan menumbuhkan keyakinan iman tersebut agar anak cucu kita memiliki iman yang kuat juga kepada Kristus, harta kita yang terindah (ayat 14).

Melalui nas ini kita diajar, Timotius pelayan muda di Efesus, yang sering mencucurkan airmata dalam memimpin jemaat (ayat 4), telah dikuatkan dengan firmanNya melalui Rasul Paulus (ayat 6-8). Kita pun, yang saat ini sudah menjadi pengikut Kristus sejati, hendaknya dikuatkan dan melihat panggilan Kristus dalam hidup kita di segala bidang kita ditempatkan. Mari tunjukkan kualitas iman kita, rela berkorban, dan jangan menjadi hamba yang tidak berguna (lihat khotbah lain minggu ini di bawah). “Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita” (ayat 14). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

(Pdt. Em. Ramles M Silalahi)

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini Hamba-Hamba yang Tidak Berguna (Luk 17:5-10) dapat mengklik web www.kabardaribukit.org.

KABAR DARI BUKIT (Edisi 29 September 2019)

Ibadah dan Kecukupan

Firman Tuhan hari Minggu ini diberi kepada kita dari 1Tim 6:6-19 dengan pokok renungan tentang ibadah, cinta uang dan kebajikan. Ibadah berasal dari kata abodah, avodah (Ibrani) yang menurut KBBI berarti “Perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.” Alkitab meminta kita orang percaya agar janganlah menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (Ibr 10:25a). Artinya, ritual rutin, seperti doa pagi dan membaca Alkitab/Renungan, doa syukur malam, ibadah Minggu, doa-doa bersama, PA bulanan, semua itu wajib menjadi bagian dari kehidupan kita.

Tetapi Alkitab juga memberikan pemahaman bahwa melakukan kegiatan, baik dalam kerangka pekerjaan, sosial, rumah tangga dan lainnya itu merupakan ibadah. Perintahnya cukup jelas, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol 3:23). Dengan demikian seluruh kehidupan kita harus dianggap sebagai ibadah, dalam arti totalitasnya mewujudkan misi Allah di dunia ini.

Read more

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!