KABAR DARI BUKIT (Edisi 28 Juli 2024)

DOA ORANG PERCAYA

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan” (Ef. 3:20)

Doa adalah nafas orang percaya, sebab doa sebuah hubungan dengan Tuhan. Kita boleh membuat pengharapan dan cita-cita, tentunya lebih dikuatkan jika ditopang oleh doa, memohon pertolongan Tuhan memberkatinya. Doa juga membuat kita kuat dalam menghadapi ujian dan pergumulan hidup, sebab dalam iman kita merasa tidak pernah ditinggalkan-Nya.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 3:14-21. Judul perikopnya: Doa Paulus. Kita mungkin sudah hafal “Doa Bapa Kami” yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Melalui nas ini Rasul Paulus memberi kita pelajaran sisi lain berdoa, khususnya bagi orang lain. Untuk itu kita berdoa kepada Bapa (ay. 14). Kita mengenal Allah Bapa di dalam Yesus Kristus sehingga wajar kita berdoa dalam nama-Nya. Alkitab juga mengajarkan agar kita berdoa di dalam Roh Kudus, “… bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus (Yud. 1:20). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 21 Juli 2024)

DIPERSATUKAN DI DALAM KRISTUS

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat” (Ef. 2:17)

Kita melihat banyak aliran gereja, atau denominasi; sebagai kelompok di bawah satu organisasi, nama, struktur, dan ajaran tersendiri. Sayangnya denominasi seringnya membuat jarak, lantaran mengaku memiliki ajaran (termasuk liturgi) yang paling baik dan benar.

Sejarah manusia penuh dengan pertikaian antar kelompok. Bila kita membaca sejarah, itu tidak terlepas dari sikap merasa kelompoknya lebih hebat. Kisah kekejaman Adolf Hitler yang ingin ras Arya menguasai dunia, sebuah sejarah tragis. Dalam sejarah gereja juga demikian. Ada saat terdahulu, sebuah denominasi merasa dirinya paling benar dan kuat, kemudian melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan firman-Nya. Semoga tidak terulang lagi.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 2:11-2, dengan judul perikop: Dipersatukan di Dalam Kristus. Nas ini dilatarbelakangi oleh adanya pandangan orang Yahudi terhadap orang Romawi yang tidak bersunat, kelompok inferior. Orang Yahudi menganggap dirinya umat perjanjian dan penuh pengharapan, “dekat” dengan Allah (ay. 12), dan yang bukan orang Yahudi adalah yang “jauh”. Ada perasaan sombong, unggul terhadap yang lain. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 14 Juli 2024)

PERJALANAN IMAN DAN STATUS

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus” (Ef. 1:9)

Bagaimana perjalanan iman seseorang? Selain definisi iman pada Ibr. 11:1, iman adalah kepercayaan dan ketergantungan kepada kuasa yang Mahatinggi, dan bagi kita dikenal dalam nama Yesus Kristus. Iman juga sebuah anugerah, pemberian Allah (1Kor. 12:9), lantas sebuah proses yang bisa bertumbuh (selain mengecil). Dalam hal ini peran manusia dalam menapak perjalanan dan membangun imannya sangatlah penting.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 1:3-14. Perikop ini dalam versi aslinya merupakan satu kesatuan kalimat panjang, padat ajaran. Isinya saling berhubungan, diawali status seseorang saat beriman pada Kristus, kemudian perubahan status dan perjalanan imannya. Semua status dilimpahkan kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian (ay. 7), sesuai dengan rencana kerelaan-Nya (ay. 9). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 7 Juli 2024)

DURI DALAM DAGING

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2Kor. 12:9)

Peribahasa “duri dalam daging” biasanya dipakai jika ada gangguan atau rasa sakit dalam diri seseorang. Untuk kelompok, peribahasa ini lebih bernada negatip, yakni dalam keluarga atau kelompok, kehadiran seseorang menjadi batu sandungan. Semua yang dilakukannya cenderung berdampak buruk, senada dengan perumpamaan “kerikil dalam sepatu”, menimbulkan rasa tidak enak dan sulit dihilangkan.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah 2Kor. 12:2-10. Perikop ini menjelaskan bahwa sebenarnya Rasul Paulus memiliki kesempatan untuk bermegah atas apa yang sudah dicapai dan dialaminya. Ia samarkan pengalamannya di Damsyik, ketika ia menjadi buta, saat dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya; sebuah kesempatan yang menurutnya ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga dan firdaus (ay. 3-4).

Namun Rasul Paulus mengatakan, bukan kehebatan-kehebatan yang dialami seseorang yang perlu diungkapkan sebagai bukti kebaikan dan kasih Tuhan, “…. tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku” (ay. 5b). Justru yang ditampilkan Paulus adalah kelemahannya, dan melihatnya sebagai sumber kekuatan. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 30 Juni 2024)

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan” (2Kor. 8:1)

Pertumbuhan iman orang percaya dapat dilihat beberapa tahap. Yang pertama tentunya mengaku percaya Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya dan bertobat. Kedua, ia bertumbuh dalam kasih, baik terhadap Tuhan Yesus dengan senang membaca firman-Nya dan rajin berdoa, serta kasih terhadap sesama dalam bentuk kepedulian sosial yang tinggi. Tahap ketiga, ia selesai dengan (ambisi) dirinya dan berupaya sebagaimana pujian
NKB 138, “Makin serupa Yesus, Tuhanku, inilah sungguh kerinduanku….”

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah 2Kor. 8:8-15. Judul perikopnya: Pelayanan kasih. Ini pesan tentang perlunya keseimbangan antara yang berlebih dan berkekurangan. Selain itu Rasul Paulus membuat katagori orang kaya, yakni kaya dalam iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan untuk membantu, dan kasih terhadap hamba Tuhan dan sesama (ay. 2). Jadi kaya tidak hanya dipahami memiliki harta duniawi semata. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 23 Juni 2024)

KESEMPATAN ATAU BATU SANDUNGAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima” (2Kor. 6:1)

Ada dikotomi atau pembelahan dua bagian orang percaya, yakni hamba dan murid. Hamba lebih dimaksudkan bagi pelayan dengan jabatan gerejawi atau lembaga Kristiani, sementara murid merupakan sebutan umum bagi siapa saja yang percaya dan mengikut Tuhan Yesus. Namun satu hal yang sama, hamba atau murid adalah duta atau utusan Kristus di dunia ini (2Kor. 5:20). Sebagai duta, seperti duta besar, ada yang kebagian tugas untuk negara kecil dan ada untuk negara besar. Namun tugas utamanya sama, menjaga dan meninggikan harkat negara/pengutusnya.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah 2Kor. 6:1-13. Nas ini ada dua bagian: pertama tentang Paulus dalam pelayanannya (ay. 1-10); kedua tentang permintaan agar tidak ada noda kekafiran pada orang percaya (ay. 11-13).

Sebagai duta-duta Kristus, setiap momen perlu dikreasikan menjadi kesempatan untuk berkarya dan membuat kita lebih didengar-Nya. Allah telah memberi talenta dan kasih karunia kepada kita semua. Ia tidak pernah menjadikan manusia bersisi buruk semua, pasti ada sisi baiknya. Itulah pola talenta. Maka sebuah ironi, jika itu tidak digunakan dan sia-sia. Oleh karena itu, poin pertama pesan nas ini, tantangan dan penderitaan apapun merupakan kesempatan yang bagus untuk memperlihatkan jati diri kita sebagai duta agar berkenan bagi-Nya dan diselamatkan (ay. 1-2). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 16 Juni 2024)

TAKHTA PENGADILAN KRISTUS

”Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat” (2Kor. 5:9-10; bdk. Rm. 14:12)

Salah satu alasan orang percaya adanya Tuhan adalah mutlaknya manusia mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama hidup. Rasanya tidak logis dan adil setelah manusia mati, semua perbuatannya di dunia tentang hal baik dan terutama yang jahat, selesai begitu saja. Semua agama pun meyakini demikian, hanya berbeda bentuk penghakimannya dan hasil hukuman serta upah/pahala yang dijanjikan.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 2Kor. 5:6-10. Nas ini lanjutan minggu lalu tentang perlunya kesiapan orang percaya menghadapi penderitaan dan kematian. Kita diminta senantiasa tabah, menjalani hidup karena percaya, bukan karena melihat. Ada kerinduan iman, hidup bersama Tuhan sungguh indah (ay. 6-8). Untuk itulah terus berusaha agar berkenan kepada-Nya (ay. 9).

Hal pertama dari nas kita, pengadilan akhirat perlu sebab hidup di dunia bisa saja menderita dan tidak adil. Kebenaran dan keadilan hanya terjadi di pengadilan akhirat, sebagai pertanggungjawaban manusia atas seluruh perbuatannya baik ataupun jahat (ay. 10; 1Pet. 4:5). Tujuan penghakiman ini untuk menyatakan kedaulatan dan keadilan Allah, sesuai Pribadinya yang Maha Kuasa dan Mahaadil. Dan tidak ada hal tersembunyi bagi Tuhan (Ibr. 4:13), yang di dunia dapat ditutupi dan dimanipulasi. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 9 Juni 2024)

TEGAR MENGHADAPI KEMATIAN

”Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (2Kor. 4:18)

Sesuai leksionari pada kalender gereja, di minggu-minggu Pentakosta ini tema renungan kita merupakan penuntun menjalani hidup di kala penuh cobaan, ujian, kesusahan, dan badai. Dua minggu lalu renungan kita adalah “Menang atas Penderitaan” dari 2Kor. 4:1-15. Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah lanjutannya, yakni 2Kor. 4:16-5:1. Judul perikopnya: Jangan tawar hati, juga waktu menghadapi maut.

Ya, tubuh kita terus menua, akan semakin merosot jika beban berat dan kesusahan banyak menerpa. Sebagaimana disampaikan Rasul Paulus, tubuh manusia ibarat bejana tanah liat yang rapuh. Tetapi nyata bagi kita orang percaya, isi bejananya adalah “kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (ay. 7b). Itu adalah harta rohani berupa iman yang teguh mengandalkan penyertaan Tuhan, pengharapan kekekalan sebagai tujuan hidup, dan kasih terhadap sesama; semuanya menjadi pendorong kita agar tidak mudah menyerah.

Resiko terbesar ancaman dan kesusahan adalah kematian, yang semua orang takut menghadapinya; bahkan mereka yang hendak bunuh diri juga umumnya perlu melawannya. Rasa takut itu dapat berupa masuk neraka dan belum siap; takut akan proses menuju kematian mungkin lewat sakit berat, berkepanjangan; meninggalkan orang yang dikasihi, seperti suami/istri, anak, orangtua; atau takut justru yang dikasihi mati terlebih dahulu. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 2 Juni 2024)

PANGGILAN DAN PELAYANAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar” (1Sam. 3:9b)

Salah satu perbedaan pekerjaan dengan pelayanan adalah perihal upah. Upah pekerja sudah ditetapkan sebelumnya, langsung dapat dinikmati; sementara pelayanan khususnya untuk Tuhan, upah sifatnya janji iman, belum nyata. Namun hal yang lebih prinsip lagi, dalam pelayanan faktor panggilan sangat utama; bukan melamar seperti pekerja. Oleh karena itu, menghayati panggilan sangat penting dalam pelayanan.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Sam. 3:1-20. Kisah ini tentang Samuel yang masih remaja, belum mengenal Tuhan, sedang tidur dan merasa namanya dipanggil (ay. 2-7). Ia yang tinggal bersama Nabi Eli di Bait Allah, kemudian berlari menghadap Eli, tapi merasa tidak memanggilnya. Tiga kali berulang, dan Nabi Eli tahu yang memanggilnya adalah Allah sendiri. Eli pun menasihati, bila ada panggilan lagi, agar Samuel menjawab: “Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar” (ay. 9-10). Allah pun berbicara langsung kepada Samuel (ay. 11-18).

Samuel yang memang sudah dinazarkan ibunya Hana untuk menjadi hamba Tuhan (pasal 1), perlu mendapat pelatihan dan persiapan. Eli bersedia membimbingnya sebab anak-anaknya telah gagal dibimbingnya, karena suka mencuri persembahan yang dibawa oleh umat (pasal 2). Samuel yang lugu, mendengar suara Tuhan menyampaikan kekecewaan-Nya terhadap anak-anak Eli. Samuel pun semakin teguh hingga ia menjadi nabi besar umat Israel (ay. 19-20). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 26 Mei 2024)

MENANG ATAS PENDERITAAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2Kor. 4:7)

Salah satu ketakutan manusia adalah merasa sendirian, tidak berdaya. Hal itu terjadi jika kondisinya sudah pada titik nadir, dampak situasi ekonomi, kesehatan, perseteruan, atau penolakan. Pikiran buntu, melihat tidak ada lagi peluang pengharapan seolah lenyap. Situasi neurotik ini menurut pakar psikologi sangat berbahaya, dapat menimbulkan rasa frustasi, ketakutan, merasa gagal dan bersalah, hingga depresi dan bunuh diri.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu Trinitas yang berbahagia ini adalah 2Kor. 4:7-15. Judul perikopnya: Harta rohani dalam bejana tanah. Pada ayat 7 dituliskan, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”

Pesan pertama renungan kita yakni agar manusia tidak sombong. Kemanusiaan dan kedagingan kita lemah, bagaikan bejana tanah liat yang rapuh, mudah pecah berkeping. Semakin hari tubuh kita merosot dan tidak ada yang dapat menghentikannya. Kita dengan mudah mengalami rasa sakit, kesusahan, kesedihan dan tangisan. Namun orang yang rendah hati lebih siap menghadapinya, sebab hikmat Tuhan ada padanya (Ams. 11:2).

Pesan kedua nas ini, agar jemaat di Korintus dan kita tidak mudah menyerah dan tawar hati. Meski tubuh kita merosot dan kedagingan kita merana, namun kita tidak perlu takut dan gentar. Di dalam bejana yang rapuh itu tersimpan harta sorgawi, yakni “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (ay. 10). Keteladanan dan kuasa Tuhan Yesus menjadi pegangan. Read more

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!