KABAR DARI BUKIT (Edisi 19 Mei 2024)

NURANI DAN ROH KEBENARAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yoh. 16:8)

Firman Tuhan bagi kita pada hari raya Pentakosta hari Minggu ini adalah Yoh. 15:26-27; 16:4b-15. Hari ini disebut juga hari pencurahan Roh Kudus karena dalam penantian, kesedihan, dan ketakutan para murid yang berkumpul di sebuah kamar atas, Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka (Kis. 2:1-4). Hari ini disebut juga sebagai hari lahirnya Gereja, karena Roh Kudus memberikan kuasa kepada para murid mengabarkan Injil dan menjadi saksi bagi Kristus di seluruh dunia (ay. 15:26-27; Kis. 2:14-40).

Pesan pertama nas minggu ini adalah perkataan Tuhan Yesus, ” Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (ay. 16:7). Poin ini penting sebab dengan pencurahan Roh Kudus, maka janji Allah digenapi bahwa Tuhan Yesus menyertai kita sampai akhir zaman (Mat. 28:20). Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus tentu terbatas masa dan umur-Nya. Kematian Yesus di usia muda dan hanya melayani tiga tahun dengan karya yang begitu besar, memperlihatkan kepada murid dan kita, bahwa pekerjaan misi Yesus telah diserahkan kepada semua orang percaya dengan bekal untuk dapat melakukan pekerjaan-Nya bahkan lebih besar (Yoh. 14:12).

Pesan kedua, dalam nas minggu ini Roh Kudus disebutkan sebagai Roh Kebenaran, dan pekerjaan-Nya ada tiga: “Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum” (ay. 9-11). Ketiga hal ini yakni keinsyafan atau kesadaran akan dosa, kebenaran dan penghakiman sangatlah berhubungan dengan hati nurani. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 12 Mei 2024)

DOA YESUS BAGI KITA

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh. 17:3)

Dalam bahasa Inggris ada istilah TGIF, singkatan Thank God it’s Friday. Sebuah ekspresi bersyukur di hari Jumat, hari kelegaan karena bagi pekerja esoknya libur akhir pekan, dan kerapnya gajian. Penyair Ramadhan KH menuliskannya dengan puitis: “Tiadalah kebahagiaan sebesar kebahagiaan selesai kerja”

Betul, itulah kebahagiaan yang paling nikmat, terlebih tugas yang menjadi bagian kita terselesaikan tuntas. Sungguh mengesalkan, apabila tugas yang diberikan tidak selesai.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Yoh. 17:1-11. Judul perikopnya: Doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Ini doa Tuhan Yesus sebelum ditangkap, diadili, dan dibunuh di kayu salib. Yesus merasakan misi-Nya mendekati akhir, dan akan kembali ke Bapa yang mengutus-Nya (ay. 1).

Ia menengadah ke langit dan doa-Nya di bagian pertama (ay. 1-5), Tuhan Yesus meminta kepada Bapa-Nya, agar semua rencana dalam diri-Nya digenapi. “Permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada” (ay. 5). Yesus ingin pulang dengan cara yang tidak terbayangkan oleh para murid-Nya, kembali ke asal-Nya, terangkat naik ke sorga. Kuasa atas segala yang hidup, yang telah diberikan kepada Yesus, untuk memberikan hidup yang kekal, semakin meneguhkan dan mengokohkan bagi para murid, dan semua orang yang percaya kepada-Nya (ay. 2). Allah Bapa menggenapkannya. Kemanusiaan dan ke-Allah-an Yesus, jelas tampak dalam doa ini. Demikian pula hubungan yang erat dan unik antara Putra dan Bapa. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 5 Mei 2024)

ROH YANG MENGHIDUPKAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu” (Kis. 10:44)

Ajaran Kristiani memiliki penjelasan terbaik tentang keberadaan Allah. Konsep Tritunggal sebagai kesatuan Allah dalam tiga Pribadi Satu hakekat, sangatlah menolong umat percaya untuk mudah memahaminya, tentunya dilengkapi oleh iman. Allah dalam PL dijelaskan dalam realitas yang misterius dan unik, selamanya bertakhta di sorga. Untuk pemeliharaan umat dan ciptaan-Nya, khususnya bangsa Israel, Allah mengutus malaikat dan para nabi.

Gagalnya bangsa Israel sebagai model dan keteladanan bangsa pilihan, membuat Allah Bapa mengutus Anak-Nya Yesus Kristus menjadi manusia; sebab Allah ingin manusia yang diselamatkan. Yesus terbukti memberi teladan dan model menjadi anak-anak Allah. Setelah melayani tiga tahun, Yesus kembali ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dan kelak menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan yang mati (ay. 42).

Roh Allah sebagai Pribadi ketiga, sejak penciptaan sudah ada (Kej. 1:2), semula tidak menetap diam di hati manusia. ”Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging (Kej. 6:3). Roh Allah terbukti meninggalkan Raja Saul (1 Sam. 16:14). Sepeninggal Yesus naik ke sorga, Roh Allah kemudian dicurahkan penuh, agar diam bersemayam dan berkuasa di hati manusia. Melalui iman dan pimpinan Roh, mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, akan memperoleh pengampunan dosa, tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal (ay. 43; Yoh. 3:16). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 28 April 2024)

KASIH DAN KETAKUTAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” (1Yoh. 4:18a)

Setiap orang memiliki rasa takut, ada yang sebentar lalu hilang, tapi ada juga yang berkepanjangan bahkan menjadi beban sepanjang hidup. Tentu semua ada penyebabnya, namun ada keyakinan iman bahwa semua persoalan dapat diselesaikan. Tidak ada masalah yang abadi.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Yoh. 4:7-21. Perikop ini menjelaskan kembali pentingnya saling mengasihi. Dan ada dasarnya. Pertama, Allah adalah kasih, kita lahir dan berasal dari Allah, dan menjadi anak-anak Allah (ay. 2, 7). Kedua, kita sadar Allah mengasihi terlebih dahulu sehingga kita layak untuk mengasihi orang lain (ay. 10, 19).

Ketiga, jika tidak mengasihi berarti kita tidak mengenal Allah (ay. 8). Hanya mereka yang mengasihi dan tetap dalam kasih, membuktikan bahwa ia berada di dalam Allah, Allah di dalam dia, dan itu buah dari iman pengakuan Yesus adalah Anak Allah (ay. 13-16).

Hal keempat, tentunya kita banyak berinteraksi dengan orang lain. Selain hal yang membuat hati senang, kadang muncul sikap dan perbuatan orang lain yang kurang layak, membuat hati kita dapat galau, sedih dan bahkan kesal. Tapi dampaknya tergantung kita, sebab respon kitalah yang menentukan dampaknya, menyimpannya di hati seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan (Kis. 8:23), atau mengambil hikmat untuk kebaikan diri. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 21 April 2024)

KEPEKAAN SOSIAL KRISTIANI

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah” (1Yoh. 3:19)

Allah adalah kasih, dan mengasihi adalah sifat-Nya (1Yoh. 4:7-8). Oleh karena itu kekristenan mengutamakan ajaran kasih, dan sama sekali tidak menolerir perbuatan jahat apalagi tindakan kekerasan main hakim sendiri. Allah adalah hakimnya dan yang berhak atas pembalasan (Ul. 32:35; Rm. 12:19).

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Yoh. 3:16-24; masih lanjutan nas minggu lalu ayat 1-7 tentang status kita sebagai anak-anak Allah. Konsekuensi Allah adalah kasih maka kita pun anak-anak-Nya haruslah dikenal karena kasih yang diperlihatkan. Penjelasan kasih pada 1Kor. 13 menunjukkan bahwa kasih itu bukan soal perasaan semata, tetapi tampak dalam sikap dan perbuatan, seperti sabar, murah hati dan tidak sombong.

Kata mengasihi yang dipakai dalam nas minggu ini bentuknya kata kerja. Artinya, berbuat kasih perlu konkrit. Contoh yang diberikan pun gampang, “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (ay. 17-18). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 14 April 2024)

ANAK MIRIP TETANGGA

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Ya Abba-Bapa, ini aku anak-Mu, layakkanlah seluruh hidupku” (Lagu: “Ku Mau Cinta Yesus Selamanya”)

Kekristenan memiliki hubungan yang unik dan mesra antara orang percaya dengan Allah yang disembahnya dalam nama Yesus Kristus. Sejarah agama memperlihatkan hubungan manusia dengan Allah diawali dengan rasa takut dan takjub, belum mengenal Allah dengan baik dan benar. Mereka pun menyembah pohon, gunung, matahari, atau benda alam lainnya, kemudian menyembah patung dewa-dewa.

Segala puji syukur, melalui Yesus Kristus, kita mengenal Allah dengan baik dan benar. Alkitab menuliskan hal ini, “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal,… Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:22-23).

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Yoh. 3:1-7. Judul perikopnya: Anak-anak Allah. Kita “disamakan” dengan Yesus Kristus menjadi anak-anak-Nya melalui proses adopsi rohani dan iman. Menurut Dr. Chis Marantika dalam bukunya Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani, kata adopsi diterjemahkan dari kata Yunani huiothesias, yakni pemberian posisi legal sebagai anak. Kata ini lima kali disebut dalam PB dan salah satunya, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya” (Ef. 1:5; lih. Gal. 4:5; Rm. 8:15, 23; 9:4). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 7 April 2024)

SUKACITA FIRMAN HIDUP

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami” (1Yoh. 1:2)

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Yoh. 1:1-2:2. Judul perikopnya: Kesaksian para rasul tentang Firman hidup dan Allah adalah terang. Membaca nas ini sangatlah enak, poin-poin utamanya mudah diikuti, dicerna, dan pesannya jelas. Semestinya setelah membaca dan mengamininya, setiap orang percaya berubah pribadinya. Janganlah setelah membaca firman/renungan, menyetujui isinya, namun tidak terjadi perubahan diri.

Pesan pertama nas ini yakni Allah menjadi manusia, Firman hidup. Rasul Yohanes sebelumnya mengatakan, “Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah…. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya…, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 1:1b-2, 14).

Mengapa menjadi manusia? Inkarnasi Allah diperlukan karena tidak cukup lagi pesan-pesan melalui nabi dalam PL untuk mengubah dan menyelamatkan manusia. Dalam inkarnasi sebagai Yesus Kristus, kita lebih mudah mengenal, merasakan, meraba dan melihat contoh teladan yang sempurna kehidupan Yesus di dunia, menampakkan wujud kasih, kesetiaan, pengorbanan dan pengampunan. Allah menjadi manusia karena kasih-Nya yang begitu besar, agar banyak jiwa tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (ay. 2; Yoh. 3:16). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 31 Maret 2024)

KEBANGKITAN DAN NUBUATAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu” (Mrk. 16:7)

Kisah kebangkitan Tuhan Yesus ditulis dalam empat kitab Injil memperlihatkan pentingnya hal tersebut. Alkitab juga menuliskan, “andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka… kamu masih hidup dalam dosamu (1Kor. 15:14, 16-17).

Firman Tuhan bagi kita di Minggu peringatan kebangkitan Tuhan Yesus hari ini adalah Mrk.16:1-8. Nas paralelnya berdasar leksionari adalah Mzm. 118:1-2, 14-24; 1Kor. 15:1-11; Kis. 10:34-43 dan Yoh. 20:1-18. Keempat nas ini telah saya tulis sebagai renungan dan dapat dibaca di website www.kabardaribukit.org. Perikop minggu ini menceritakan Maria Magdalena bersama dua ibu lainnya ingin meminyaki tubuh Yesus, namun khawatir tidak ada yang bisa menggulingkan batu penutup kubur-Nya (ay. 1-3).

Ternyata ketika mereka tiba, batu itu telah terguling, mereka menemukan kubur kosong (ay. 4-5). Seorang muda yang memakai jubah putih – tentunya malaikat, berkata: “Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini” (ay. 6b). Lalu malaikat itu mengingatkan nubuatan Tuhan Yesus sebelumnya, “Sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea” (Mrk. 14:28; Mat. 26:32). Kitab Perjanjian Lama juga telah menubuatkan kebangkitan Yesus (Mzm. 16:10-11; 71:20). Maka sesungguhnya, nubuatan Alkitab tidak pernah salah. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi Jumat Agung 29 Maret 2024)

DARI PENGADILAN HINGGA GOLGOTA – VIA DOLOROSA (Yoh 18:1-19:42)

Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi

Pendahuluan
Perjalanan penderitaan Tuhan Yesus menuju bukit Golgota merupakan rangkaian beberapa peristiwa yang sangat mengharukan, dimulai sejak perjamuan pada hari Kamis malam hingga kematian-Nya di Jumat senja hari. Jumat Agung memang mengingatkan kita tentang sejarah penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, dan kematian-Nya merupakan bagian penting dalam sejarah orang percaya.

Pengadilan Yesus tidak sah dan adil
Dari catatan para murid dan rasul yang dituliskan di Alkitab, banyak pihak berkesimpulan bahwa pengadilan terhadap Yesus berlangsung secara tidak sah dan tidak memenuhi ketentuan “demi keadilan dan kebenaran” sebagaimana layaknya sebuah pengadilan. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa hal di bawah ini:

1. Yesus sudah dinyatakan harus mati sebelum diadili (Mrk. 14:1; Yoh. 11:50). Dengan demikiam tidak ada asas praduga tak bersalah, yakni tidak bersalah sebelum dibuktikan di depan hukum.

2. Banyaknya kesaksian palsu yang diberikan kepada Yesus (Mat. 26:59). Para pemimpin Yahudi memprovokasi dan menyaring saksi-saksi yang tampil dalam pengadilan itu. Oleh karena itu Pilatus melihatnya tidak bersalah.

3. Pemimpin Yahudi menjebak Yesus atas ucapan-ucapan-Nya, kemudian mengkriminalisasi apa yang dikatakan-Nya itu (Mat. 26:63-66).

4. Tidak ada pembelaan bagi Yesus selama proses pengadilan (Luk. 22:67-71).

5. Pengadilan berlangsung malam hari (Mrk. 14:53-65; 15:1) yang sebenarnya tidak diperbolehkan menurut hukum Yahudi.

6. Pengadilan berlangsung di tempat pertemuan Sanhedrin, bukan di tempat kaum Farisi sebagaimana biasanya (Mrk. 14:53-65).

Tetapi itu adalah proses yang harus dilalui dan dialami oleh Tuhan Yesus. Cawan penderitaan itu harus diminum-Nya untuk dapat menyelesaikan misi-Nya yang agung dari Bapa, demi untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita yang penuh dosa ini.

Tujuh ucapan Yesus dari kayu salib
Rasul Yohanes menyatakan bahwa pengadilan Yesus berakhir “kira-kira jam dua belas” (bdk. Kitab Markus yang menyebutkan Yesus disalibkan pada “jam sembilan” – Mrk. 15:25). Perbedaan ini terjadi karena Yohanes menggunakan jam perhitungan Romawi sementara Markus menggunakan jam Palestina. Keputusan hukuman mati di siang hari itu membawa konsekuensi Yesus harus langsung dieksekusi, dan sebagaimana kebiasaan mereka dihukum mati dengan cara disalibkan. Ini adalah cara mati yang bagi pandangan umat Yahudi adalah sebuah kutukan.

Alkitab mencatat ada tujuh kalimat yang Tuhan Yesus ucapkan saat disalibkan. Urutannya adalah sebagai berikut.

1. Ketika menghadapi para pembenci dan penghukum-Nya, ucapan Yesus yang pertama: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).

2. Yesus berkata kepada penjahat disebelah-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:43).

3. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” (Yoh. 19:26-27).

4. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat. 27:46; Mrk. 15:34).

5. Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia: “Aku haus!” (Yoh. 19:28).

6. Sesudah Yesus meminum anggur asam yang diberikan, berkatalah Ia: “Sudah selesai” (Yoh. 19:30).

7. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya (Luk. 23:46).

Bukankah semua itu pernyataan yang dahsyat? Betapa hebatnya Yesus, yakni pada saat Dia disalib setelah disiksa dan dianiaya, Ia bahkan berdoa agar Bapa-Nya di sorga mengampuni mereka! Dalam situasi yang lemah, Ia malah memberkati penjahat disebelah-Nya, memberi petunjuk kepada murid-murid-Nya, dan puncaknya adalah, Ia menyerahkan semua kepada Bapa-Nya. Sungguh mulia Tuhan kita, yang harus menjadi teladan dalam hidup kita.

Arti dan makna kematian Yesus bagi kita
Kematian Kristus di kayu salib bagaikan korban anak domba sembelihan. Yesus tidak bersalah tetapi harus menanggung hukuman demikian berat. Kini, apa arti dan makna kematian Yesus Kristus itu bagi kita? Berikut diberikan gambaran artinya bagi kita:

1. Kematian Kristus merupakan penggenapan janji Tuhan (Kej. 3:15; Yes. 53:3, 7b; Zak. 9:9; Mzm. 41:10; 22:7-dab).

2. Kematian Kristus membuka pintu perdamaian bagi kita dengan Allah (2Kor. 5:18-21). Kita seharusnya mendapat murka Allah karena dosa-dosa kita, tetapi Allah memperdamaikan (Rm. 1:18; band. Rm. 11:28).

3. Kematian Kristus membuat kita dibenarkan (Rm. 3:24; 4:2-3; 5:9-10).

4. Kematian Kristus sebagai pengganti bagi kita orang-orang berdosa. Allah membuka jalan penebusan melalui Kristus yang seharusnya Dia tidak alami dan tidak lalui, tetapi demi untuk dosa-dosa kita, Ia rela berkorban (Rm. 5:5-8; 5:24; Kol. 1:14).

5. Kematian Kristus memberi kita keselamatan dan hidup yang kekal (Rm. 5:12-18). Upah dosa adalah maut (Rm. 6:23) dan kita pasti akan mengalaminya. Tetapi maut yang dimaksudkan disini adalah kematian sementara, sebab kebangkitan dan kehidupan kekal telah menanti sebagaimana Kristus telah bangkit, mengalahkan maut, maka kita pun orang percaya akan dibangkitkan dan menang atas maut kematian itu. Kita menerima rahmat itu di dalam kematian Kristus, untuk dibangkitkan bersama-sama dengan Dia dan memiliki kehidupan yang baru bersama-Nya (Rm. 6:1-4).

6. Kematian Kristus membuka kesadaran kita, betapa besarnya kasih Allah untuk kita yang rindu selalu dekat dengan Dia. Allah ingin membangun hubungan yang baru (2Kor. 5:17), dan melalui kematian-Nya itu sekaligus menggerakkan dan menghidupkan kita (2Kor. 5:14; Gal. 2:20).

7. Kematian Kristus membuat kita lebih kuat dalam menanggung penderitaan, mendewasakan dan menjadikan kita lebih utuh dan sempurna (2Kor. 12:10).

Kini, bagaimana kita meresponi pengorbanan Kristus itu? Semua itu tidak lain tidak bukan, Allah menginginkan kita menyesali segala dosa dan kesalahan kita, bertobat, tidak mengulangi lagi dosa-dosa yang pernah kita perbuat, serta mempersembahkan yang terbaik dari hidup kita bagi kerajaan dan kemuliaan-Nya.

Penutup
Penderitaan dan kematian Yesus menunjukan kesetian-Nya pada Allah dan kasih-Nya pada manusia. Kesetiaan dengan meminum cawan penderitaan yang sungguh amat berat itu, dan menyerahkan sesuai dengan kehendak Bapa-Nya. Kasih-Nya kepada kita dengan menanggung jalan panjang via dolorosa yang seharusnya Dia tidak tanggung, tetapi rela berkorban bagi penebusan dosa-dosa kita. Tuhan Yesus menginginkan kita untuk memahami hal itu, bersedia mengingat pengorbanan tubuh-Nya dan tumpahnya darah-Nya melalui perjamuan kudus yang kita ikuti pada Jumat Agung itu.

Semoga kita memahami arti dan makna kematian Tuhan kita itu bagi kita, dan siap untuk berubah dan memberikan yang terbaik sehingga kita justru tidak menyalibkan Dia lagi melalui dosa-dosa perbuatan kita.

Selamat memperingati Jumat Agung dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati kita, amin.

KABAR DARI BUKIT (Edisi 24 Maret 2024)

BERKHIANAT DAN BUAHNYA

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Maka sedihlah hati mereka dan seorang demi seorang berkata kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?”” (Mrk. 14:19)

Menurut KBBI kata khianat berarti perbuatan tidak setia; tipu daya; perbuatan yang bertentangan dengan janji; pengkhianat adalah orang yang tidak setia kepada negara atau teman sendiri. Namun pada kehidupan politik, biasanya susah penerapannya sebab kepentinganlah yang selalu abadi.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu Palma masa sengsara hari ini bagi kita adalah Mrk. 14:10-11, 17-21. Perikop ini menceritakan Yudas Iskariot, salah seorang murid, berkhianat menemui imam-imam kepala bermaksud menyerahkan Yesus. Tentu mereka sangat gembira karena memang ingin membunuhnya (ay. 1-2), dan mereka pun memberikan uang tiga puluh perak kepada Yudas.

Tuhan Yesus sudah tahu akan hal itu dan pada perjamuan malam, Ia berkata kepada para murid yang bersama-Nya, “Sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku …. dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku (ay. 18,20).

Pertanyaannya, mengapa Tuhan Yesus tidak menghentikan langkah Yudas? Kita dapat melihat bahwa Tuhan tidak selalu menggunakan otoritas-Nya untuk memotivasi atau menghentikan rencana dan langkah setiap orang. Seringnya Tuhan memakai cara tidak langsung, yakni mengingatkan dan menegor, ketika Yesus berkata, “akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan” (ay. 21b). Sayangnya Yudas tidak sadar akan tegoran, ia tetap berkhianat. Read more

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!