KABAR DARI BUKIT (Edisi 18 Agustus 2024)

HIDUP ARIF BUKAN BEBAL

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif” (Ef. 5:15b)

Dipastikan semua orang tidak mau disebut orang bodoh, apalagi bebal. Jika orang bodoh masih ada peluang belajar untuk menjadi pintar, namun orang bebal memiliki hambatan lebih besar, sebab merasa dirinya sudah benar dan pintar sehingga tidak mau belajar dan membuka diri melihat hal lebih baik dari yang dipikirkannya.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 5:15-20. Ini lanjutan dari perikop sebelumnya, yakni agar kita orang percaya hidup sebagai anak-anak terang. Hidup sebagai anak-anak terang berarti tidak hidup dalam kegelapan, tidak terjebak dalam situasi yang menjerat dirinya. Orang dalam kegelapan tidak hanya kehilangan orientasi keberadaannya, tetapi juga arah pengharapan yang benar akan langkah tujuan hidupnya.

Melalui nas minggu ini ada empat sikap perilaku yang diminta dari kita. Pertama, memperhatikan bagaimana kita hidup, “janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif” (ay. 15). Orang arif hidup dalam kebijaksanaan, hidup menggunakan waktu dengan baik sesuai kehendak Tuhan. Bersikap bebal berarti tidak cepat menanggapi sesuatu dan bersikap masa bodoh (Ams. 1:32), tidak memakai akal budi dan pengetahuan (Mzm. 94:8; Ams. 1:22), berpikiran bahwa Allah tidak ada (Mzm. 53:1). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 11 Agustus 2024)

MEMBUANG SIFAT BURUK

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih” (Ef. 5:1)

Berbicara tentang sifat atau karakter manusia, akan timbul banyak ragam dan definisi. Namun semua bisa dikatagorikan sebagai hal positif, dan hal negatif. Sebuah ulasan psikologi menyebutkan ada 45 sifat manusia: 29 sifat positif dan 16 sifat negatif. Pandangan teologis meminta kita menjadi serupa dengan Dia, dan perlu memiliki karakter yang sama.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 4:25-5:2. Nas sebelumnya menjelaskan bahwa bagi yang menerima Tuhan Yesus haruslah menanggalkan manusia lama, “supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu” (ay. 22-23). Untuk itu perlu dibuang sifat dan predikat lama yang buruk, sebab manusia baru di dalam Kristus diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (ay. 24).

Perintah pertama yakni membuang dusta; dari kebiasaan “bohong kecil” hingga kebohongan besar. Pengikut Kristus harus memiliki karakter berkata benar. Berdusta dengan sikap diam berkelit juga tidak menyelesaikan masalah, malah menjadi beban pikiran yang terus dibawa hingga ke alam tidur. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 4 Agustus 2024)

SINERGI DALAM KEANEKARAGAMAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus” (Ef. 4:7)

“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” merupakan peribahasa yang populer. Maknanya, akan lebih baik dan efektip jika dalam mewujudkan tujuan sebuah kelompok atau organisasi, dilakukan secara bersama-sama. Ini senada dengan perumpamaan sapu lidi, jika sebuah lidi mudah dipatahkan. Namun, ketika kumpulan lidi diikat menjadi satu, kekuatannya menjadi kolektif dan tidak mudah dipatahkan.

Firman Tuhan bagi kita di Minggu berbahagia hari ini adalah Ef. 4:1-16. Judul perikopnya: Kesatuan jemaat dan karunia yang berbeda-beda. Namun ternyata sejarah gereja memperlihatkan hal berbeda. Jika membaca buku Prof. Dr. Jan S. Aritonang tentang berbagai aliran di dalam gereja, perpecahan telah terjadi sejak awal. Gereja Kristen yang tadinya satu, terpecah menjadi gereja Barat dan Timur; kemudian gereja Barat juga pecah menjadi gereja katolik dan protestan; gereja protestan terpecah menjadi gereja Lutheran dan Calvinin dan berbagai aliran lainnya. Bahkan terakhir muncul aliran gereja “sempalan”, seperti Scientology dan gerakan zaman baru yang tidak mengakui Alkitab sebagai kitab sucinya. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 28 Juli 2024)

DOA ORANG PERCAYA

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan” (Ef. 3:20)

Doa adalah nafas orang percaya, sebab doa sebuah hubungan dengan Tuhan. Kita boleh membuat pengharapan dan cita-cita, tentunya lebih dikuatkan jika ditopang oleh doa, memohon pertolongan Tuhan memberkatinya. Doa juga membuat kita kuat dalam menghadapi ujian dan pergumulan hidup, sebab dalam iman kita merasa tidak pernah ditinggalkan-Nya.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 3:14-21. Judul perikopnya: Doa Paulus. Kita mungkin sudah hafal “Doa Bapa Kami” yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Melalui nas ini Rasul Paulus memberi kita pelajaran sisi lain berdoa, khususnya bagi orang lain. Untuk itu kita berdoa kepada Bapa (ay. 14). Kita mengenal Allah Bapa di dalam Yesus Kristus sehingga wajar kita berdoa dalam nama-Nya. Alkitab juga mengajarkan agar kita berdoa di dalam Roh Kudus, “… bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus (Yud. 1:20). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 21 Juli 2024)

DIPERSATUKAN DI DALAM KRISTUS

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat” (Ef. 2:17)

Kita melihat banyak aliran gereja, atau denominasi; sebagai kelompok di bawah satu organisasi, nama, struktur, dan ajaran tersendiri. Sayangnya denominasi seringnya membuat jarak, lantaran mengaku memiliki ajaran (termasuk liturgi) yang paling baik dan benar.

Sejarah manusia penuh dengan pertikaian antar kelompok. Bila kita membaca sejarah, itu tidak terlepas dari sikap merasa kelompoknya lebih hebat. Kisah kekejaman Adolf Hitler yang ingin ras Arya menguasai dunia, sebuah sejarah tragis. Dalam sejarah gereja juga demikian. Ada saat terdahulu, sebuah denominasi merasa dirinya paling benar dan kuat, kemudian melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan firman-Nya. Semoga tidak terulang lagi.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 2:11-2, dengan judul perikop: Dipersatukan di Dalam Kristus. Nas ini dilatarbelakangi oleh adanya pandangan orang Yahudi terhadap orang Romawi yang tidak bersunat, kelompok inferior. Orang Yahudi menganggap dirinya umat perjanjian dan penuh pengharapan, “dekat” dengan Allah (ay. 12), dan yang bukan orang Yahudi adalah yang “jauh”. Ada perasaan sombong, unggul terhadap yang lain. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 14 Juli 2024)

PERJALANAN IMAN DAN STATUS

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus” (Ef. 1:9)

Bagaimana perjalanan iman seseorang? Selain definisi iman pada Ibr. 11:1, iman adalah kepercayaan dan ketergantungan kepada kuasa yang Mahatinggi, dan bagi kita dikenal dalam nama Yesus Kristus. Iman juga sebuah anugerah, pemberian Allah (1Kor. 12:9), lantas sebuah proses yang bisa bertumbuh (selain mengecil). Dalam hal ini peran manusia dalam menapak perjalanan dan membangun imannya sangatlah penting.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 1:3-14. Perikop ini dalam versi aslinya merupakan satu kesatuan kalimat panjang, padat ajaran. Isinya saling berhubungan, diawali status seseorang saat beriman pada Kristus, kemudian perubahan status dan perjalanan imannya. Semua status dilimpahkan kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian (ay. 7), sesuai dengan rencana kerelaan-Nya (ay. 9). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 7 Juli 2024)

DURI DALAM DAGING

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2Kor. 12:9)

Peribahasa “duri dalam daging” biasanya dipakai jika ada gangguan atau rasa sakit dalam diri seseorang. Untuk kelompok, peribahasa ini lebih bernada negatip, yakni dalam keluarga atau kelompok, kehadiran seseorang menjadi batu sandungan. Semua yang dilakukannya cenderung berdampak buruk, senada dengan perumpamaan “kerikil dalam sepatu”, menimbulkan rasa tidak enak dan sulit dihilangkan.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah 2Kor. 12:2-10. Perikop ini menjelaskan bahwa sebenarnya Rasul Paulus memiliki kesempatan untuk bermegah atas apa yang sudah dicapai dan dialaminya. Ia samarkan pengalamannya di Damsyik, ketika ia menjadi buta, saat dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya; sebuah kesempatan yang menurutnya ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga dan firdaus (ay. 3-4).

Namun Rasul Paulus mengatakan, bukan kehebatan-kehebatan yang dialami seseorang yang perlu diungkapkan sebagai bukti kebaikan dan kasih Tuhan, “…. tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku” (ay. 5b). Justru yang ditampilkan Paulus adalah kelemahannya, dan melihatnya sebagai sumber kekuatan. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 30 Juni 2024)

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan” (2Kor. 8:1)

Pertumbuhan iman orang percaya dapat dilihat beberapa tahap. Yang pertama tentunya mengaku percaya Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya dan bertobat. Kedua, ia bertumbuh dalam kasih, baik terhadap Tuhan Yesus dengan senang membaca firman-Nya dan rajin berdoa, serta kasih terhadap sesama dalam bentuk kepedulian sosial yang tinggi. Tahap ketiga, ia selesai dengan (ambisi) dirinya dan berupaya sebagaimana pujian
NKB 138, “Makin serupa Yesus, Tuhanku, inilah sungguh kerinduanku….”

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah 2Kor. 8:8-15. Judul perikopnya: Pelayanan kasih. Ini pesan tentang perlunya keseimbangan antara yang berlebih dan berkekurangan. Selain itu Rasul Paulus membuat katagori orang kaya, yakni kaya dalam iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan untuk membantu, dan kasih terhadap hamba Tuhan dan sesama (ay. 2). Jadi kaya tidak hanya dipahami memiliki harta duniawi semata. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 23 Juni 2024)

KESEMPATAN ATAU BATU SANDUNGAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima” (2Kor. 6:1)

Ada dikotomi atau pembelahan dua bagian orang percaya, yakni hamba dan murid. Hamba lebih dimaksudkan bagi pelayan dengan jabatan gerejawi atau lembaga Kristiani, sementara murid merupakan sebutan umum bagi siapa saja yang percaya dan mengikut Tuhan Yesus. Namun satu hal yang sama, hamba atau murid adalah duta atau utusan Kristus di dunia ini (2Kor. 5:20). Sebagai duta, seperti duta besar, ada yang kebagian tugas untuk negara kecil dan ada untuk negara besar. Namun tugas utamanya sama, menjaga dan meninggikan harkat negara/pengutusnya.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah 2Kor. 6:1-13. Nas ini ada dua bagian: pertama tentang Paulus dalam pelayanannya (ay. 1-10); kedua tentang permintaan agar tidak ada noda kekafiran pada orang percaya (ay. 11-13).

Sebagai duta-duta Kristus, setiap momen perlu dikreasikan menjadi kesempatan untuk berkarya dan membuat kita lebih didengar-Nya. Allah telah memberi talenta dan kasih karunia kepada kita semua. Ia tidak pernah menjadikan manusia bersisi buruk semua, pasti ada sisi baiknya. Itulah pola talenta. Maka sebuah ironi, jika itu tidak digunakan dan sia-sia. Oleh karena itu, poin pertama pesan nas ini, tantangan dan penderitaan apapun merupakan kesempatan yang bagus untuk memperlihatkan jati diri kita sebagai duta agar berkenan bagi-Nya dan diselamatkan (ay. 1-2). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 16 Juni 2024)

TAKHTA PENGADILAN KRISTUS

”Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat” (2Kor. 5:9-10; bdk. Rm. 14:12)

Salah satu alasan orang percaya adanya Tuhan adalah mutlaknya manusia mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama hidup. Rasanya tidak logis dan adil setelah manusia mati, semua perbuatannya di dunia tentang hal baik dan terutama yang jahat, selesai begitu saja. Semua agama pun meyakini demikian, hanya berbeda bentuk penghakimannya dan hasil hukuman serta upah/pahala yang dijanjikan.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 2Kor. 5:6-10. Nas ini lanjutan minggu lalu tentang perlunya kesiapan orang percaya menghadapi penderitaan dan kematian. Kita diminta senantiasa tabah, menjalani hidup karena percaya, bukan karena melihat. Ada kerinduan iman, hidup bersama Tuhan sungguh indah (ay. 6-8). Untuk itulah terus berusaha agar berkenan kepada-Nya (ay. 9).

Hal pertama dari nas kita, pengadilan akhirat perlu sebab hidup di dunia bisa saja menderita dan tidak adil. Kebenaran dan keadilan hanya terjadi di pengadilan akhirat, sebagai pertanggungjawaban manusia atas seluruh perbuatannya baik ataupun jahat (ay. 10; 1Pet. 4:5). Tujuan penghakiman ini untuk menyatakan kedaulatan dan keadilan Allah, sesuai Pribadinya yang Maha Kuasa dan Mahaadil. Dan tidak ada hal tersembunyi bagi Tuhan (Ibr. 4:13), yang di dunia dapat ditutupi dan dimanipulasi. Read more

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!