KABAR DARI BUKIT (Edisi 17 Maret 2024)

PENGANTARA YANG SEMPURNA (Ibr. 5:5-10)

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”… dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya” (Ibr. 5:9)

Para imam dan kaum Lewi adalah petugas Bait Suci umat Israel di era PL. Imam Besar merupakan pimpinan, posisi tertinggi. Setahun sekali pada hari raya penebusan (Yom Kippur), hanya Imam Besar yang boleh masuk ke ruang maha suci, mempersembahkan korban tahunan sebagai pengantara umat Israel dengan Allah.

Alkitab menuliskan, Abraham memberi persembahan kepada Melkisedek, Imam Allah yang Mahatinggi (Kej. 14:18-20). Namun Melkisedek bukanlah dari garis suku Israel. Jabatan Imam Besar baru ada saat umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Harun – saudaranya Musa – yang dipanggil Allah, adalah imam besar pertama (ay. 4). Di masa PB kita tahu, masih ada imam besar Kayafas yang mengadili Tuhan Yesus. Jabatan ini kemudian hilang, seiring diruntuhkannya bait suci oleh kekaisaran Romawi.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Ibr. 5:5-10. Nas ini bagian dari perikop Yesus sebagai Imam Besar (Ibr. 4:14), penegasan dasar kepercayaan kita. Jabatan Yesus menggantikan para imam besar yang sebelumnya dipilih manusia dari keturunan Lewi; tapi kini ditegaskan, Yesus Kristus ditunjuk langsung oleh Allah Bapa menurut peraturan Melkisedek (ay. 6).

Penetapan dan pengakuan Yesus sebagai Imam Besar melewati proses yang panjang saat diri-Nya sebagai manusia. Ada ujian, Yesus dicobai Iblis (Mat. 4:1-11), diuji tatkala diri-Nya akan disalibkan; Ia berdoa dengan ratap tangis dan keluhan kepada Allah Bapa (ay. 7), agar cawan itu berlalu (Mat. 26:39a, 27:46).

Terbukti, Yesus lulus, tetap mengikuti kehendak Bapa (Mat. 26:39b). Allah pun meneguhkannya, “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini, …. Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya” (ay. 5-6; Mzm. 2:7, 110:4). Itu semua membuktikan Yesus adalah manusia sejati, dan setelah kematian-Nya, kebangkitan dan terangkat ke sorga, Yesus terbukti sebagai Anak Allah sejati.

Melalui nas hari ini kita diajar bahwa ketaatan itu adalah kunci. “Sekalipun Yesus adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya” (ay. 8).  Melalui ujian godaan dan penderitaan yang dialami-Nya, keimaman Yesus menjadi sempurna: “dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah” (Ibr. 5:9-10). Yesus kini menjadi Pengantara baru yang sempurna agar kita dapat dan berani mendekat menghadap takhta Allah Bapa (Ibr. 4:16).

Kesempurnaan Yesus sebagai Imam Besar menjadi bukti, model dan sekaligus teladan agar setiap orang percaya, diminta menjadi serupa dengan Dia, dan terus memperlihatkan kesalehan (ay. 7b). Kita akan dimampukan, sepanjang ada keinginan taat. Tentu, dalam upaya tersebut kita tidak bisa sempurna, sama seperti Harun tidak sempurna pernah menduakan Allah (Kel. 32:1-30). Namun Allah melihat hati (1Sam. 16:7; Yer. 17:10), dan memberi jalan kita menjadi sempurna melalui pengakuan dosa dan pembasuhan oleh darah-Nya.

Pesan lain dalam nas ini, yakni agar kita tidak memanfaatkan situasi. Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, menjadi sombong atas berkat dan jabatan yang diterima. Kuncinya justru sebesar apa pengorbanan kita, sebab tidak ada yang lebih mulia dari pengorbanan yang diberikan. Terakhir, pesan firman-Nya, agar kita tetap dalam iman dan pengharapan, meski tantangan yang ada besar dan berat, sebab kita percaya Yesus di sorga tetap berdoa dan Pembela bagi kita (Ibr. 9:24; Rm. 8:34; 1Yoh. 2:1). Haleluya.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

KABAR DARI BUKIT (Edisi 10 Maret 2024)

MELAKUKAN PEKERJAAN BAIK

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya” (Ef. 2:10a)

Pertanyaan teologis paling mendasar tentang keberadaan manusia adalah: Apa tujuan Allah menciptakan manusia? Kemudian pertanyaan lanjutannya kepada diri sendiri: mengapa saya hadir di dunia ini? Apakah ada rencana Allah?

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 2:1-10. Perikop ini berjudul: Semuanya adalah kasih karunia. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dari nafas Allah, oleh karena itu kita dapat mengenal Allah; ini bedanya dengan hewan dan ciptaan lainnya. Kemudian Allah memberi perintah, mandat, agar manusia beranakcucu, memenuhi bumi, menaklukkan dan berkuasa atas ciptaan lainnya (Kej. 1:26-28). Jadi jelas, Allah menciptakan manusia bertujuan agar melakukan pekerjaan baik.

Kejatuhan Hawa dan Adam oleh godaan Iblis pembunuh manusia (Yoh. 8:44), mengajaknya berdosa melawan kehendak Allah (1Yoh. 3:8; Kej. 3:4b). Mereka gagal menaati Allah dan akibatnya diusir dari Taman Eden. Lalu Allah memanggil Abraham, menjadi bapak bangsa Israel yang dipilih dan diberkati untuk menjadi teladan dan berkat bagi umat manusia. Namun dalam perjalanannya, bangsa Israel juga gagal dalam tugas melakukan pekerjaan baik, lantas Allah menceraiberaikan mereka. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 3 Maret 2024)

SEPULUH PERINTAH DAN KASIH

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

”Lalu Allah mengucapkan segala firman ini “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan” (Kel. 20:1-2)

Dalam buku Jhon S. Feinberg Masih Relevankah PL di Era PB, dituliskan ada kesamaan PL dan PB yakni tentang pengampunan, iman, ketaatan, dan kehidupan kekal. Tetapi ada perbedaannya, dalam PL umat Israel lebih terikat pada hukum, ibadahnya lebih bersifat upacara dan dianggap kurang rohani, pencurahan Roh Kudus dalam PB bersifat kekal tidak sementara, dan tentunya PL awalnya terbatas bagi umat Israel, sementara PB bersifat universal, terbuka bagi semua bangsa.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Kel. 20:1-17. Perikop ini adalah kesepuluh firman sesuai judulnya. Ini hukum yang diturunkan kepada bangsa Israel di saat perjalanan pulang ke Tanah Kanaan (Ul. 5:6-21), diberikan melalui Nabi Musa di Gunung Sinai pada dua loh batu yang ditulis dengan jari Allah (Kel. 31:18). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 25 Februari 2024)

FIRMAN, JANJI ALLAH DAN KITA

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.” (Kej 17:7)

Saat kuliah teologi dan berwisata ke Bali, saya melihat layanan melukis tato di tubuh. Saya tergerak dan memutuskan mentato pundak saya dengan gambar salib. Saya berharap, itu tanda perjanjian dengan Allah, dan diingatkan untuk siap memikul salib dalam perjalanan hidup dan pelayanan. Amin.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Kej. 17:1-7, 15-16. Perikopnya tentang sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham. Bila Abraham setia, maka Allah berjanji akan memberikan keturunan yang sangat banyak, ia menjadi bapa sejumlah besar bangsa, kepemilikan Tanah Kanaan dan akan adanya raja-raja yang berkuasa (ay. 2-8). Syarat utama ikatan perjanjian adalah: umat Israel hidup di hadapan Allah dengan tidak bercela (ay. 1). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 18 Februari 2024)

MENDERITA DENGAN SABAR

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah” (1Pet. 3:18)

Tidak semua niat baik hasilnya baik, bahkan kadang buruk. Misalnya kita memberi nasihat, berharap yang bagus, namun perkiraannya ada udang di balik batu. Responnya malah perselisihan. Bagi seorang hamba Tuhan atau umat yang peduli, resiko ini harus dipersiapkan. Prinsip utama tetaplah dipegang, lebih baik takut kepada Tuhan sesuai firman-Nya: “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak. 4:17; bdk. Im. 19:17).

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah 1Pet. 3:18-22. Judul perikopnya: Menderita dengan sabar. Contoh yang diberikan adalah Kristus, “Ia yang benar (telah mati) untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah” (ay. 18). Artinya, Tuhan Yesus menderita atas hal yang sama; jadi kita tidak perlu berkecil hati, atau menjadi takut mengulangi berbuat baik. Tuhan melihat hati dan motivasi. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 11 Februari 2024)

TERANG DI HATI DAN JANJI KEMULIAAN

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” (2Kor. 4:6b)

Hari ini adalah Minggu Epifani terakhir dalam kalender gereja dan juga disebut Minggu Transfigurasi, yang berarti perubahan muka/bentuk. Ini berdasar kisah Yesus naik ke gunung, berdoa bersama tiga murid-Nya. Tiba-tiba Yesus berubah rupa, sedang berbicara dengan Elia dan Musa dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Kisah ini dapat dibaca pada Mrk 9:2-9 dan menjadi renungan paralel minggu ini (link di bawah).

Hari Rabu nanti, kita akan masuk Rabu Abu, pintu masuk ke masa Pra-Paskah. Jika Minggu Transfigurasi adalah mengenang penggenapan ke-Ilahian Yesus, maka Rabu Abu adalah awal mengenang penyelamatan Allah bagi manusia yang dari debu/abu, namun melalui penderitaan Tuhan Yesus yang sampai disiksa, dicerca dan mati disalibkan di bukit Golgota, kita ditebus, hidup dan diselamatkan.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 2Kor. 4:3-6. Nas ini menegaskan bahwa Injil Yesus harus terus diberitakan, baik melalui firman-Nya, perbuatan kasih, maupun dengan keteladanan kesiapan berkorban dan setia sampai akhir hayat. Hidup di dunia ini adalah pertandingan, mesti diakhiri dengan kemenangan (2Tim. 4:7). Nas minggu ini juga mengingatkan, dalam memberitakan Injil, jangan fokus pada diri sendiri (ay. 5), sebagaimana kita kadang mendengar khotbah yang bercerita lebih banyak tentang dirinya daripada Tuhan Yesus. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 4 Februari 2024)

KRISTEN BUNGLON

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor. 9:16b)

Semua pernah mendengar tentang bunglon. Menurut Wikipedia, bunglon adalah sebutan khusus untuk beraneka jenis kadal/bengkarung atau calotes, yang memiliki kemampuan mengubah bahkan mengkombinasi warna kulit luarnya. Yang terkenal tentunya Iguana, yang sering dipelihara karena cantik, imut, meski lumayan mahal.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Kor. 9:16-23. Firman Tuhan yang ditulis oleh Rasul Paulus ini menjelaskan tentang perlunya kita orang Kristen bersikap luwes hidup dalam keragaman masyarakat, khususnya memberitakan Yesus Kristus. Perlu ada hikmat dan taktik, tidak harus ngotot, serang, dan akhirnya malah orang menjauh.

Bunglon berbeda dengan topeng yang menampilkan wajah “palsu”, tidak sesuai aslinya. Pengalaman membuktikan, wajah, sifat dan karakter yang buruk pasti terkuak, tidak dapat lama tersembunyikan. Maka, janganlah bertopeng dalam menjalani kehidupan ini, tapi ubahlah yang tidak sesuai firman-Nya.

Memberitakan Kristus tentu berharap orang lain mau ikut menjadi murid-Nya. Untuk itu keluwesan diperlukan, seperti bunglon. Ini terutama dilakukan bagi mereka yang belum mengenal Kristus, dengan tujuan, “supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang” (ay. 19b). Bukan cara menghalalkan tujuan, tetapi yang penting adalah Kristus diberitakan (Flp. 1:18). Soal berhasil atau tidak, itu adalah ranah Tuhan yang memberikan iman kepadanya (Rm. 10:17; 12:3; 1Kor. 12:9). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 28 Januari 2024)

PENGETAHUAN, HIKMAT DAN KASIH

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah” (1Kor. 8:9)

Saya ingat masa kecil tahun 1960-an, di kota kecamatan. Ada sebuah kelenteng. Setiap acara hari raya Tionghoa, banyak sekali makanan disajikan dan selalu ada deretan daging babi utuh yang sudah dipanggang dan berwarna merah; itu bagian persembahan. Tapi otak kita berpikir itu enak disantap. Maka, seringlah kita berondok masuk mengambilnya, dan menikmati daging yang gurih.

Pengalaman lain. Bila ada hajatan, ibu saya dahulu selalu menaruh dua piring makanan penuh lauk pauk, biasanya ditempatkan di atas lemari. Katanya untuk kakek nenek saya yang sudah mendahului. Tak lama kemudian, makanan diambil dan ternyata sudah menjadi dingin. Ibu saya senang dan berkata: “mereka datang”. Tentunya, setelah itu, makanan tadi tetap kita santap. Kadang, hal itu masih dilakukan beberapa orang saat ini.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Kor. 8:1-13, tentang persembahan berhala. Pengertian berhala adalah sesuatu yang disembah selain Allah Bapa yang kita kenal dalam Tuhan Yesus. Di Israel pada masa itu masih banyak dewa yang disembah. Mereka menyajikan makanan, termasuk daging mentah. Dan kita tahu, tidak mungkin makanan itu lenyap menguap, karena daging tetaplah daging. Maka setelah ritual persembahan, ada yang menjualnya di pasar. Rasul Paulus menjelaskan, tidak masalah memakan daging eks persembahan tersebut (ay. 10; 1Kor. 10:25). Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 21 Januari 2024)

KAWIN DAN CERAI

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! (1Kor. 7:27a)

Perceraian tegas dilarang oleh Alkitab. Namun kenyataannya, perceraian cukup tinggi di Indonesia. Dari browsing data di internet, ada 516 ribu pada tahun 2022 meski ada 1,8 juta pernikahan tiap tahunnya, dan tentu sebagian adalah pengikut Kristus. Dari data juga diperoleh, penyebab perceraian umumnya akibat gugat cerai dan 75% oleh istri. Sisanya karena talak dari pihak suami.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Kor. 7:27-30. Pasal 7 surat ini berbicara tentang perkawinan dan nas minggu ini spesifik anjuran agar hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah. Melihat konteksnya, bagian ini merupakan dampak perkiraan Rasul Paulus bahwa Tuhan Yesus akan segera kembali. Konsekuensinya, ia menyarankan, bagi gadis yang belum menikah sebaiknya tidak menikah dulu (ay. 25-26). Namun bagi yang sudah menikah tidak perlu mengusahakan perceraian (ay. 27).

Rasul Paulus tidak salah mengatakan bahwa Tuhan Yesus akan segera kembali sehingga menyarankan lebih baik mempertahankan situasi yang ada. Ia juga berpandangan, lebih baik (bagi lelaki) untuk tidak menikah (ay. 1, 7). Tetapi untuk menghindari perzinahan, disarankannya untuk menikah, meski ditambahkannya, pernikahan akan membawa konsekuensi lebih merepotkan, lebih khawatir, dan memunculkan kesusahan badani (ay. 28, 33-34). Kita tahu Paulus sendiri tidak menikah untuk fokus melayani Tuhan. Read more

KABAR DARI BUKIT (Edisi 14 Januari 2024)

PERCABULAN DAN JALAN PULANG

Pdt. (Em.) Ramles Manampang Silalahi

“Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1Kor. 6:20)

Tubuh manusia memiliki lima indera untuk membantu manusia merespon rangsangan dari luar dan meneruskannya ke otak; yakni penglihatan (mata), pendengaran (kuping), sentuhan dan meraba (kulit), penciuman (hidung) dan rasa (lidah). Ada indera keenam yang disebut naluri atau intuisi dan berasal dari persepsi dan pikiran. Ada indera lainnya terkait keseimbangan tubuh dan respon atas cuaca dingin dan panas, namun hal ini masih diperdebatkan.

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Kor. 6:12-20. Judul perikopnya nasihat terhadap percabulan. KBBI mendefinisikan percabulan (cabul) yakni (perbuatan) keji dan kotor; tidak senonoh (melanggar kesopanan, kesusilaan). Tetapi nas ini lebih mengkhususkan percabulan sebagai hubungan badani antara dua orang yang tidak diikat oleh pernikahan. Kalau melihat konteksnya, Korintus memang kota pelabuhan dengan berbagai ragam godaan hubungan badani.

Setelah mengupas hal percabulan, Rasul Paulus juga menyampaikan tentang makanan. Jemaat diminta agar menahan diri atas makanan dari persembahan berhala. Paulus tidak melarangnya, hanya diminta agar berhikmat menahan diri, terlebih bila hal itu menjadi batu sandungan bagi orang lain (1Kor. 8). Oleh karena itu nas ini dibuka dengan pernyataan, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun” (ay. 12). Memang makanan dan seks merupakan dua tuntutan tubuh sehingga firman Tuhan cukup panjang membahasnya dalam kitab ini, agar kita tidak diperhamba. Read more

Hubungi Kami

Tanyakan pada kami apa yang ingin anda ketahui!